Alutsista adalah kependekan dari Alat Utama Sistem Senjata yang merujuk pada perlengkapan dan armada tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI). Urusan ini diatur oleh Kementerian Pertahanan berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 tentang Penggunaan Alat Utama Sistem Senjata pada Penyelenggaraan Tugas Perbantuan dalam Operasi Militer selain Perang.
Alutsista merupakan salah satu indikator yang dipakai saat menaksir kekuatan militer suatu negara. Selain tentunya kuantitas dan kapabilitas personel, ketahanan finansial, serta faktor geografis. Lantas, bagaimana kondisi dan kualitas alutsista Indonesia sekarang? Mari simak ulasan di bawah ini.
BACA JUGA: Mengenal Makna Lambang Garuda Pancasila hingga Sejarahnya
Definisi alutsista
Alutsista menurut KBBI merupakan akronim dari alat utama sistem pertahanan. Namun, Kementerian Pertahanan menyebutnya sebagai alat utama sistem senjata. Apapun itu, keduanya punya definisi dan fungsi yang tidak jauh berbeda. Kemenhan kemudian menjelaskan definisinya dalam Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 17 Tahun 2014. Alutsista artinya alat peralatan utama beserta pendukungnya yang merupakan suatu sistem senjata yang memiliki kemampuan untuk pelaksanaan tugas pokok TNI.
Apa saja tugas pokok mereka? Sesuai yang dicantumkan dalam situs resmi TNI, tugas tersebut antara lain menegakkan kedaulatan negara; mempertahankan keutuhan wilayah NKRI berdasarkan UUD 1945; serta melindungi segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Kekuatan militer Indonesia
Untuk mengetahui kekuatan militer suatu negara, tentu diperlukan pembanding, yaitu negara-negara lain di dunia. Salah satu lembaga independen yang rutin melakukan perbandingan kekuatan militer negara di dunia tiap tahunnya adalah Global Firepower. Mereka menggunakan sejumlah indikator sebagai berikut:
- Jumlah senjata
- Keragaman senjata
- Sumber daya alam
- Industri yang tersedia
- Sumber daya manusia
- Stabilitas keuangan
Per Januari 2022 , Indonesia berada di peringkat 15. Naik satu peringkat dari tahun lalu. Sementara, peringkat pertama ditempati Amerika Serikat yang disusul oleh Rusia, Tiongkok, India, Jepang, Korsel, Prancis, dan Inggris. Khusus untuk jumlah tentara aktif, melansir rangkuman Katadata, Indonesia berada di urutan ke-8 di Asia. Tiongkok masih mendominasi, disusul India yang juga beberapa tahun belakangan makin gigih memperkuat kekuatan militernya.
Fungsi alutsista dalam terciptanya deterrent effect
Selain sebagai sarana dan alat untuk menjaga keutuhan negara, senjata dan armada tempur memiliki fungsi deterrence. Menurut RAND Corporation, salah satu lembaga think tank dunia, deterrence adalah cara untuk membuat negara lain enggan melakukan tindakan yang tidak diinginkan seperti agresi, pencaplokan wilayah, dan lain sebagainya.
Kepemilikan senjata yang lengkap, beragam, kuat, dan terkini diharapkan bisa membuat pihak yang hendak mengganggu kedaulatan negara berpikir dua kali sebelum melakukan serangan atau pendudukan atas suatu wilayah. Namun, tentu kepemilikan akan alutsista yang canggih dan cukup secara kuantitas bukan satu-satunya jaminan bahwa negara sudah aman seratus persen.
Seperti yang dicantumkan Global Firepower, ada beberapa faktor lain yang harus dipertimbangkan seperti kestabilan ekonomi (seberapa besar ia bergantung pada negara lain), kepemilikan sumber daya alam dan industri (untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan memasok kebutuhan luar negeri), serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
Deterrence juga tidak hanya dalam bentuk persenjataan, tetapi juga bisa diciptakan dari kekuatan ekonomi dan finansial. Beberapa negara misalnya dianggap strategis dan kuat karena mereka stabil secara ekonomi atau menguasai pasar komoditas esensial tertentu, misal pangan dan energi.
BACA JUGA: 15 Tempat Bersejarah di Indonesia Terpopuler, Wajib Dikunjungi!
Perkembangan alutsista di Indonesia
Sistem persenjataan Indonesia selama ini didominasi oleh produk impor atau pembelian senjata dan armada bekas dari negara lain. Ini karena Indonesia bukan negara penghasil logam dan produsen senjata yang besar. Masih banyak keperluan persenjataan dan armada tempur yang harus dibeli dari luar negeri. Sumber dananya adalah sebagian APBN sesuai dengan kebijakan dan agenda tahunan yang dibuat pengelola pemerintah pusat. Ia bisa juga diambil dari pinjaman dalam maupun luar negeri.
Tentunya seiring berjalannya waktu, terjadi peningkatan dari segi jumlah dan kualitas. Bahkan beberapa alutsista sudah dibeli dari perusahaan dalam negeri. Atau sesuai dengan penjelasan di situs resmi Kemhan ada sistem kerjasama offset, yaitu imbal dagang di mana pihak penjual dan pembeli setuju dilakukannya transfer teknologi dan kerjasama produksi dengan produsen dalam negeri.
Daftar belanja Indonesia 2022
Alutsista Indonesia 2022 beberapa kali disoroti, bahkan oleh media luar negeri. Salah satunya saat Kemhan membeli jet tempur French Rafale pada awal tahun. Menurut liputan Lowy Institute, selama ini Indonesia hanya bertumpu pada pesawat tempur F-16 dan belasan varian pesawat Sukhoi yang sudah tua. Ini membuat pembelian tersebut dianggap sebagai keseriusan Indonesia memperbarui sistem persenjataannya.
Hal lain yang juga disoroti adalah kerjasama persenjataan dan pertahanan dengan Jepang. Jepang sendiri menggarisbawahi kerjasama tersebut sebagai bentuk mutual consent untuk mempertahankan status quo di Laut Tiongkok Selatan. Namun, Indonesia justru enggan menegaskan stance politiknya dan hanya menganggap kerjasama tersebut dengan tujuan-tujuan normatif biasa seperti transfer teknologi dan edukasi.
Selain pesawat baru tadi, ada pula produksi tandem dengan Korea Selatan untuk membuat sekitar 50 pesawat tempur KF-21.
Alutsista yang dibeli Menhan Prabowo sejak menjabat
Berikut beberapa daftar alutsista Indonesia terbaru yang dibeli sejak 2019 hingga akhir 2021 menurut beberapa sumber.
- Jet tempur Dassault Rafale sebanyak 42 unit
- Kapal selam Scorpene 4 unit
- Kapal perang Korvet Gowind 2 unit
- Kapal perang Fregat impor dari perusahaan Fincantieri asal Italia.
- Pesawat Airbus A400M sebanyak 2 unit sebagai alat angkut kargo besar yang bisa menjamah daerah terpencil.
Alutsista buatan indonesia
Selain impor, ada pula alutsista TNI buatan dalam negeri yang diborong Prabowo. Berikut daftarnya sesuai dengan yang dilansir Katadata.
- Maung dari PT Pindad yang berupa kendaraan taktis sebanyak 500 unit.
- Tank boat Antasena buatan PT Pindad
- Helikopter Bell 412EPI sebanyak 9 unit milik PT Dirgantara Indonesia
- Kapal perang angkut tank AT-8 dan AT-9 dari PT Bandar Abadi
- KRI Golok-688 dari PT Lundin Industry Invest
BACA JUGA: Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia
Persiapan menghadapi krisis Laut Tiongkok Selatan?
Dari daftar belanja di atas, banyak analis alutsista yang menduga bahwa ini adalah bentuk persiapan Indonesia menghadapi krisis di Laut Tiongkok Selatan. Seiring dengan meningkatnya pengaruh Tiongkok dalam perdagangan dunia diimbangi dengan kenaikan level hard power atau kekuatan militernya, Tiongkok jadi salah satu negara yang wajib diwaspadai para negara tetangganya.
Apalagi dengan perang Ukraina dan Rusia saat ini, Tiongkok dipercaya sedang mengawasi ketat apa yang terjadi. Xi Jin Ping bisa saja memulai Perang Dunia III bila ia mengekor agresi Rusia ke negara berdaulat lain. Taiwan diprediksi jadi sasaran pertamanya dan bisa terus berlanjut ke Laut Tiongkok Selatan. Namun, tentu anggaran pertahanan tetap harus dikontrol untuk alokasi kebutuhan negara lainnya.
Itu beberapa hal tentang alutsista. Mulai dari peran hingga potensinya untuk Indonesia. Apapun itu, semoga fungsi deterrence dari persenjataan bisa terwujud dan keamanan dunia bisa terjaga.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.