Sebagai warga Indonesia khususnya suku Jawa, tentunya sudah tahu jika tembang macapat termasuk salah satu budaya yang harus dilestarikan. Sangat disayangkan jika warisan budaya yang satu ini hilang begitu saja termakan oleh zaman.
Seperti yang diketahui, sudah ada banyak sekali warisan budaya yang saat ini sudah mulai menghilang secara perlahan. Banyak generasi muda yang enggan mempertahannya, dan justru lebih tertarik untuk mengikuti budaya luar.
Tentu saja Sedulur tidak ingin salah satu warisan budaya, yakni macapat dilupakan dan menghilang, ‘kan? Nah, untuk itu, mari bahas mengenai apa yang dimaksud tembang macapat dan jenis-jenisnya.
BACA JUGA: 15 Kebiasaan Orang Jawa dan Tradisi yang Masih Dilestarikan
Apa itu tembang macapat?
Tembang macapat yaiku sebuah puisi atau tembang yang sifatnya tradisional dan berasal dari wilayah Jawa. Setiap baitnya memiliki baris kalimat yang disebut dengan gatra. Gatra mempunyai beberapa suku kata yang berakhiran di bunyi sajak, disebut guru lagu.
Tidak hanya Jawa saja, macapat juga dapat ditemukan dalam beberapa unsur kebudayaan lain seperti Sunda, Bali, Sasak, hingga Madura. Bahkan tembang ini juga ditemukan di kawasan seperti Palembang dan Banjarmasin.
Tembang macapat cacahe ana (jumlahnya ada) 11. Setiap tembang memiliki makna tersendiri yang terkandung di dalamnya. Namun pada intinya, tembang tersebut menceritakan awal kehidupan “kelahiran” manusia hingga pada akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.
Nah, berikut ini urutan tembang macapat mulai dari kelahiran manusia sampai kembali kepada-Nya beserta contoh tembangnya.
1. Tembang maskumambang
Kata maskumambang sendiri diambil dari dua kata, yaitu “mas” dan “kumambang” yang dalam bahasa Indonesia berarti emas terapung. Tembang maskumbang ini menceritakan tahap pertama dalam perjalanan hidup seorang manusia.
Maskumambang melambangkan anak sebelum dilahirkan alias masih ada di dalam kandungan. Tembang ini banyak berisi nasihat kepada seorang anak, supaya nantinya selalu berbakti kepada orang tua ketika sudah lahir.
Contoh tembang maskumambang dan artinya
Nadyan silih bapa biyung kaki nini,
Sadulur myang sanak,
Kalamun muruk tan becik,
Nora pantes yen den nuta.
(Pakubuwono IV, Wulang Reh)
2. Tembang mijil
Mijil diambil dari kata bahasa Jawa, yaitu “wijil” yang berarti keluar. Tembang mijil ini mempunyai makna ketika anak manusia terlahir ke dunia dari kandungan atau rahim ibunya.
Tembang mijil sering digunakan untuk memberi ajaran dan nasihat kepada manusia supaya selalu kuat dan tabah dalam menjalani kehidupan ke depannya.
Contoh tembang macapat mijil
Madya ratri kentarnya mangikis,
Sira Sang lir sinom,
Saking taman miyos butulane,
Datan wonten cethine udani,
Lampahe lestari,
Wus ngambah marga Gung.
3. Tembang sinom
Kata sinom artinya daun yang muda. Selain itu, tembang sinom ini juga bisa diartikan sebagai isih enom (masih muda). Tembang macapat ini melukiskan masa muda, masa-masa yang indah dan masa yang penuh dengan harapan serta angan-angan.
Tembang sinom ini berisi tentang nasihat, rasa persahabatan, dan keramahtamahan.
Contoh tembang sinom
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya keduman melik
Kaliren wekasannipun
Dilalah kersa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada
(Ranggawarsita, Serat Kalatidha)
4. Tembang kinanthi
Kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang berarti tuntun. Jadi tembang tersebut bisa diartikan setiap manusia membutuhkan bimbingan atau tuntunan. Tembang ini mengisahkan kehidupan seorang anak yang butuh tuntunan agar bisa menuju jalan benar.
Tembang kinanthi diibaratkan menyampaikan sebuah cerita yang berisikan nasihat yang baik dan juga kasih sayang.
Contoh tembang kinanthi
Kinanthi panglipur wuyung
Rerenggane prawan sunthi
Durung pasah doyan nginang
Tapih pinjung tur mantesi
Mendah gene yen diwasa
Bumi langit gonjang ganjing
BACA JUGA: Mengenal Perbedaan Harimau Jawa, Sumatra & Bali, Ini Cirinya!
5. Tembang asmaradana
Asmarandana berasal dari kata “asmara” dan “dahana” atau api. Jika digabungkan artinya menjadi “api asmara” atau “cinta kasih”. Tembang ini menceritakan perjalanan hidup manusia yang berada dalam tahap memadu cinta kasih dengan pasangan hidupnya.
Tembang asmarandana juga menggambarkan perasaan hati yang bahagia sekaligus pilu dan sedih karena dirundung asmara.
Contoh tembang asmaradana
Kidung kedresaning kapti,
Yayah nglamong tanpa mangsa,
Hingan silarja jatine,
Satata samaptaptinya,
Raket rakiting ruksa,
Tahan tumaneming siku,
Karasuk sakeh kasrakat.
(Rangga Warsita, Serat Jayengbaya)
6. Tembang gambuh
Gambuh berarti cocok atau jodoh. Tembang gambuh ini mengisahkan seseorang yang telah berhasil menemukan pasangan hidupnya. Gambuh digunakan untuk menyampaikan cerita dan nasihat dalam kehidupan seperti kebersamaan, rasa persaudaraan, dan toleransi.
Contoh tembang gambuh
Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpa tutur katula-tula katali,
Kadalu warsa kapatuh,
Katutuh pan dadi awon.
(Sunan Paku Buwana IV. Wulang Reh: III. 1)
7. Tembang dhandhanggula
Dhandhanggula berasal dari kata “dhangdhang” atau berharap. Namun, ada juga yang menganggapnya berasal dari kata “gegadhangan” yang artinya angan-angan, cita-cita, atau harapan. Sedangkan untuk kata gula sendiri, menggambarkan rasa manis, bahagia, atau indah.
Dengan demikian, maka tembang dhandhanggula mempunyai makna “berharap sesuatu yang indah” atau “mengharapkan yang manis”. Tembang ini digunakan sebagai pembuka untuk menjabarkan berbagai ajaran kebaikan, ungkapan rasa cinta, serta kebahagiaan.
Contoh tembang dhandhanggula
Hang tekan kadhatone sami,
Nuli rusak iya nungsa Jawa,
Nora karuwan tatane,
Pra nayaka sadarum,
Miwah manca negara sami,
Pada sowang-sowangan,
Mangkana Winuwua,
Mangka Allahu tangala,
Anjenengken Sang Ratu Asmara kingkin,
Bagus maksih taruna.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)
8. Tembang durma
Tembang durma umumnya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat berontak, amarah, serta nafsu berperang. Tembang ini menunjukkan sifat atau watak manusia yang angkuh, sombong, serakah, mudah emosi, suka mengumbar hawa nafsu, dan berbuat semena-mena terhadap sesama.
Dalam istilah Jawa, keadaan seperti itu juga disebut dengan munduring tata karma (durma) atau yang berarti “hilangnya atau berkurangnya tata krama”. Nah, tembang durma ini berisi nasihat supaya berhati-hati dalam meniti kehidupan.
Contoh tembang durma
Lamon dika epasrae panggabayan,
Ampon mare apeker,
Terang ka’eko’na,
Ad janji maranta’a,
Pon pon brinto tarongguwi,
Anggap tanggungan,
Ma’ ta’ malo da’ oreng,
(Asmoro, 1950 ; 19)
9. Tembang pangkur
Pangkur dapat disamakan dengan kata “mungkur” yang berarti undur diri. Tembang pangkur ini menggambarkan manusia yang sudah tua dan telah mulai mengalami banyak kemunduran fisik. Badannya sudah mulai lemah, tidak sekuat ketika masih usia muda.
Tembang ini sering digunakan oleh orang Jawa sebagai nasihat yang disampaikan dengan rasa kasih sayang.
Contoh tembang pangkur
Mingkar-mingkuring angkara,
Akarana karenan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kertarto, pakartining ngelmu luhung,
Kang tumrap neng tanah Jawi,
Agama-ageming aji.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedhatama)
BACA JUGA: 12 Alat Musik Jawa Tengah Paling Poluler & Cara Memainkannya
10. Tembang megatruh
Kata megatruh diambil dari kata “megat” yang artinya pisah, dan “ruh” yang berarti nyawa. Sehingga megatruh bisa diartikan sebagai “berpisahnya ruh dari tubuh manusia”. Makna yang terkandung dalam tembang ini yaitu ketika manusia mengalami kematian.
Tembang megatruh sendiri berisikan nasihat supaya setiap orang mempersiapkan diri menuju akhirat yang kekal abadi. Biasanya tembang ini digunakan untuk menggambarkan duka cita, rasa penyesalan, atau kesedihan.
Contoh tembang megatruh
Hawya pegat ngudiya ronging budyayu,
Margane suka basuki,
Dimen luwar kang kinayun,
Kalising panggawe sisip,
Ingkang taberi prihatos.
(Rangga Warsita, Serat Sabda Jati)
11. Tembang pucung
Kata pucung atau pocong sering ditafsirkan sebagai orang meninggal yang ada di alam kubur. Tembang pucung ini diibaratkan tahapan terakhir dalam perjalanan kehidupan manusia, yakni berada di dalam alam baka.
Biasanya tembang pucung menceritakan hal-hal yang lucu untuk menghibur hati. Walaupun sifatnya jenaka, isi dari tembang pucung ini mengandung nasihat yang bijak untuk menyelaraskan kehidupan antara manusia, lingkungan, alam, dan juga Sang Pencipta.
Contoh tembang pucung
Kancil gugup andhelik maras kalangkung,
Dangu ingantosan,
Mayug-mayug tan lumaris,
Duh kiteng tyas sumyar gandaning kusuma.
Itulah beberapa jenis tembang macapat yang perlu untuk Sedulur ketahui. Setiap tembang tersebut memiliki artinya sendiri-sendiri, dari awal kehidupan sebelum dilahirkan hingga sampai akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.
Ya, itu memang keistimewaan dari tembang macapat yang mungkin tidak akan ditemui di jenis tembang yang lain. Harus dilestarikan agar tidak hilang tergerus oleh zaman.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.