Kisah Sunan Kalijaga yang Berdakwah Lewat Media Wayang

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo yang berperan menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Merupakan sosok yang dihormati pada masanya dan hingga saat ini. Dakwahnya sangat unik dengan menggunakan media wayang yang pada saat itu merupakan hiburan utama masyarakat Jawa.

Riwayat hidup Sunan Kalijaga tidak semulus yang kita kira, Banyak tantangan dan ujian hidup yang dihadapinya hingga kemudian berteguh hati menjadi seorang pedakwah dan ditasbihkan sebagai seorang Walisongo. Untuk lebih mengenal sosok yang dihormati dalam sejarah penyebaran Islam di Tanah Jawa ini, mari kita simak kisah lengkapnya di bawah ini!

BACA JUGA: Kisah dan Sejarah Sunan Ampel: Ajaran Moh Limo

Awal kehidupan dan sebelum berdakwah

sunan kalijaga lahir pada tahun
Tirto.ID

Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 dengan nama asli Raden Syahid. Merupakan anak seorang adipati Tuban, bernama Tumenggung Wilatikta.

Sunan Kalijaga berasal dari Tuban namun dalam masa awal hidupnya, Raden Syahid muda harus diusir dari Tuban oleh ayahnya, akibat hal yang tidak bisa dimaafkan. Hal yang tidak bisa dimaafkan itu yaitu membagikan bahan makanan yang dia ambil dari gundang Kadipaten Tubang kepada masyarakat yang membutuhkan. Ayahnya tentu tidak suka dengan tindakannya tersebut dan kemudian mengusirnya. Alih-alih mereda, akibat pengusiran tersebut Raden Syahid malah makin menjadi-jadi.

Raden Syahid kemudian murka dan menjadi bromocorah, mencuri, dan menjarah harta orang-orang kaya dan membagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Tindakannya tersebut membuatnya dicari dan diincar hingga kemudian membuatnya melarikan diri ke Hutan Jati Wangi. Pada titik ini, merupakan permulaan seorang Raden Syahid secara perlahan bertransformasi menjadi Sunan Kalijaga.

Menjadi murid dan berguru pada Sunan Bonang

guru sunan kalijaga
Informazone

Nama Sunan Kalijaga sendiri merupakan pemberian dari Sunan Bonang. Hal ini berawal dari perintah Sunan Bonang kepada Raden Syahid untuk bersemedi di pinggir kali. Walaupun masih simpang siur, kisahnya Sunan Bonang meninggalkan Raden Syahid yang bersemedi selama tiga tahun. Pada saat kepulangannya, Sunan Bonang melihat tubuh Raden Syahid yang dipenuhi tumbuhan dan masih dalam posisi bersemedi.

Melihat keteguhan hatinya dan kesungguhannya tersebut, Sunan Bonang kemudian mengangkat Raden Syahid muda menjadi muridnya dan mengubah namanya. Sebagai guru Sunan Kalijaga, Sunan Bonang pun mengajak Kalijaga kepada Walisongo lainnya, yaitu Sunan Ampel dan Sunan Giri, dengan tujuan untuk berguru.

Seorang pedakwah yang komplit

sunan kalijaga berasal dari
Republika

Lama menghabiskan waktu berguru kepada Sunan Bonang, Sunan Ampel dan Sunan Giri, Sunan Kalijaga lahir sebagai seorang pedakwah yang komplit. Setiap ahli sejarah dan budaya serta agama, yang mempelajari kehidupannya, sepakat bahwa sosok Walisongo ini merupakan seorang pedakwah yang komplit.

Sebab ia tidak hanya mengajarkan spiritual, namun juga mengenalkan budaya kepada masyarakat. Diduga kuat, Kalijaga juga merupakan seorang cedikawan, politikus, tasawuf dan ahli filsafat. Hal ini bukan tanpa dasar dan bukti yang kuat, segala predikat yang diterimanya tersebut dapat terlihat dari karya-karyanya berupa wayang kulit dan beberapa kidung tentang kehidupan.

Menjadikan seni sebagai media dakwah

sunan kalijaga berdakwah
Jatim Network

Sunan Kalijaga berdakwah sebagai Walisongo dengan menggunakan seni sebagai media dakwahnya. Terlihat dari berbagai wayang kulit yang diciptakan dan beberapa kidung dan lagu yang tercipta. Media wayang sebagai dakwah saat itu dianggap merupakan terobosan yang brilian untuk berdakwah.

Lagu dan kidung yang diciptakannya memiliki makna tentang petuah-petuah kehidupan. Berikut ini beberapa karya yang diciptakan sebagai media dakwahnya:

  • Tembang Jawa lir ilir,
  • Seni ukir dedaunan,
  • Alat menggantung gamelan
  • Alat-alat rancakan gamelan
  • Peti-peti Klasik
  • Ukiran rumah-rumah adat di kudus, Demak, dan Gresik
  • Menciptakan gamelan yang dikenal dengan nama Gong Sekaten
  • Wayang kulit

Menampilkan wayang saat pembukaan Masjid Demak

makam sunan kalijaga
Bantennews

Pada abad ke-15, ketika Masjid Demak selesai dibangung dan hendak dibukan, ia terpikir untuk menampilkan wayang sebagai bagian dari rangkaian pembukaan Masjid Demak. Namun pada awalnya, ide tersebut menadapatkan pertentangan dari Sunan Giri. Karena wayang dianggap tidak sesuai dengan Islam, yang bentuknya menyerupai manusia.

Tidak ingin membuat gurunya marah dan mendapatkan pertentangan, akhirnya Sunan Kalijaga berinisiatif mengubah bentuk wayang agar tidak menyerupai manusia. Mulai dari mengubah tangannya menjadi sangat panjang hingga lutut, pinggang yang kurus dan bentuk yang pipih, sehingga jauh dari mirip seperti bentuk manusia.

Inovasinya tersebut didukung dan tidak mendapatkan pertentangan, bentuk wayang tersebut bertahan hingga saat ini yang dapat kita saksikan. Peran dalam dakwah dan penyebaran Islam sosok Walisongo satu ini sangat tinggi, begitu pula peran terhadap kebudayaan dan kesenian. Wajar jika Walisongo satu ini dinobatkan sebagai pedakwah yang sangat komplit.

BACA JUGA: Kerajaan Tarumanegara: Sejarah, Raja, Kejayaan & Peninggalan

Akhir hidup dan penerus dakwah

keturunan sunan kalijaga
Tribunnews

Ilmu Sunan Kalijaga sudah terbukti sangat dalam dan komplit. Beliau mampu mengolaborasi dan mengelaborasi dakwah Islam dengan kesenian sehingga bisa menarik perhatian masyarakat. Dalam hidupnya, sosok Walisongo ini menikah dengan seorang wanita bernama Siti Zaenab.

Dari pernikahannya tersebut lahir beberapa anak, dua di antaranya adalah Sunan Pegung dan Sunan Muria. Dua keturunan Sunan Kalijaga tersebut ikut berperan sebagai penerus tradisi dakwah dan kesenian yang diciptakan oleh ayahnya. Banyak versi dan informasi yang simpang siur mengenai keluarganya, informasi terkait nama istri dan kedua anaknya tersebut merupakan salah satu informasi yang jelas.

Selain itu, tidak ada catatan yang pasti yang menyampaikan kapan wafat Walisongo satu ini. Namun terlepas dari itu, makam Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, yang berjarak kurang lebih 3 km dari Masjid Agung Demak. Makamnya merupakan salah satu destinasi wisata religi bagi setiap masyarakat yang ingin berziarah.

Salah satu yang membuat masyarakat turut berziarah ke makamnya dan mendoakannya adalah karena peran dan kemuliaan yang didapatkannya dalam kontribusinya menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Saat ini Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Sementara Pulau Jawa sendiri merupakan pusat dari Indonesia itu sendiri.

Secara tidak langsung, peran serta sosok Sunan Kalijaga dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa dapat memberikan dampak hingga kemudian Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Tanpa jasa dan perannya dalam berdakwah, tentu Islam tidak mungkin sebesar saat ini di Indonesia.

Demikianlah kisah dari Sunan Kalijaga, sosok Walisongo yang komplit yang menjadikan budaya dan seni sebagai media dakwahnya. Tidak hanya berperan dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa, Kalijaga juga turut berperan dalam menghadirkan kesenian wayang yang hingga saat ini bisa kita saksikan bersama.

Dari kisah hidupnya di atas, kita bisa belajar banyak, terutama belajar perihal toleransi dan menggunakan pendekatan yang berbeda dalam berdakwah. Sifat rendah hatinya dan keteguhan hatinya patut menjadi tauladan bagi kita, agar kita setidaknya bisa menjadi manusia yang memberikan dampak dan bermanfaat bagi yang lainnya.

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!