Sindrom Iritasi Usus Besar: Waspadai Resiko Penyebab & Gejala

Saluran pencernaan merupakan salah satu bagian tubuh yang rawan terkena penyakit, salah satunya adalah Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau yang sering disebut sindrom iritasi usus besar. Iritasi pada saluran pencernaan, memunculkan berbagai macam gejala yang terasa sangat mengganggu.

Terlebih lagi, kondisi yang timbul karena sindrom iritasi ini berkepanjangan (kronis) dan bersifat kambuhan. Umumnya penyakit tersebut  lebih sering diderita oleh wanita yang berusia di bawah 50 tahun. Ada banyak hal yang bisa memicu terjadinya IBS, lho.

Nah, bagi Sedulur yang merasa penasaran tentang sindrom iritasi usus besar, langsung saja simak informasi yang ada di bawah ini.

BACA JUGA: Ranitidine: Kenali Pemakaian, Manfaat dan Efek Sampingnya

Apa itu sindrom iritasi usus?

sindrom iritasi usus besar
pexels

Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus adalah kondisi iritasi yang menyerang bagian usus besar. Sindrom yang satu ini, biasanya menimbulkan tanda-tanda seperti nyeri perut, kram perut, kembung, hingga perubahan pola buang air besar (konstipasi atau diare).

Sindrom satu ini adalah keadaan kronis yang memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. Akan tetapi, sindrom tersebut tidak menyebabkan perubahan struktur jaringan usus dan juga tidak berisiko terjadinya kanker usus besar.

Gejala sindrom iritasi usus besar

pexels

Seperti yang tadi sudah dikatakan, ada beberapa tanda dan gejala yang muncul ketika terjadinya sindrom iritasi usus besar. Nah, beberapa gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut.

  • Diare atau konstipasi (beberapa kasus da yang mengalami keduanya).
  • Adanya lendir dalam tinja.
  • Kram perut, nyeri perut, atau kembung (biasanya akan mereda setelah buang air besar).
  • Pengeluaran gas secara berlebihan.

Sebagian besar pengidap sindrom iritasi ini, mengalami gejala yang hilang timbul dengan tingkat keparahan yang beragam. Bahkan ada yang tiba-tiba merasakan gejala yang sangat berat, kemudian tiba-tiba hilang begitu saja.

Pola gangguan karena IBS

sindrom iritasi usus besar
pexels

Sindrom iritasi usus besar itu bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap penderitanya. Akan tetapi, secara umum IBS sendiri menimbulkan 4 pola gangguan saluran cerna, yaitu seperti berikut.

  • IBS-C, dengan gejala konstipasi atau sembelit
  • IBS-D, dengan gejala diare
  • IBS-M, dengan gejala campuran diare dan konstipasi
  • IBS-U, dengan gejala yang tidak bisa diklasifikasikan

Penyebab sindrom iritasi usus

sindrom iritasi usus besar
pexels

Bisa dibilang jika penyebab pasti dari sindrom iritasi usus ini belum diketahui. Tetapi ada beberapa faktor yang berperan penting terhadap terjadinya sindrom tersebut, yakni seperti berikut.

Kontraksi otot usus

Terjadinya kontraksi pada otot dinding usus yang lebih kuat dari biasanya, bisa menyebabkan penumpukan gas, diare, dan juga kembung. Sedangkan kontraksi yang terlalu lemah, akan membuat makanan sulit melewati usus dan akhirnya terjadi konstipasi.

Sistem saraf

Saraf pada sistem pencernaan yang tidak normal, bisa menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian perut. Hal ini menyebabkan pembentukan gas secara berlebih.

Peradangan pada usus

Beberapa penderita sindrom iritasi usus, menunjukkan adanya peningkatan sel radang di bagian usus. Hal ini berkaitan erat dengan terjadinya diare serta nyeri pada perut.

Infeksi berat

Sindrom iritasi ini bisa terjadi karena infeksi berat oleh virus atau bakteri. Biasanya virus atau bakteri tersebut datang pada saat orang mengalami diare.

Perubahan flora normal di usus

Flora normal merupakan bakteri baik yang ada di usus, ketidakseimbangan jumlah bakteri baik dalam usus dapat menyebabkan terjadinya sindrom iritasi usus.

Faktor risiko sindrom iritasi usus

pexels

Tanpa disadari, banyak orang merasakan tanda-tanda dan gejala dari sindrom iritasi usus ini. Namun selain itu, ada juga beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya. Berikut beberapa faktor yang dimaksud.

Usia

Pada umunya, IBS ini lebih sering terjadi pada rentang usia di bawah 50 tahun.

Kelamin

Lebih banyak kasus perempuan yang mengalami IBS, dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini karena estrogen sebelum dan sesudah menopause itu bisa meningkatkan risiko sindrom ini.

Riwayat keluarga

Keluarga yang memiliki riwayat sindrom iritasi usus, kemungkinan akan menurunkan gen yang juga memiliki sifat yang sama. Tentu saja risiko terkena IBS pada generasi berikutnya jadi lebih tinggi.

Riwayat gangguan jiwa

Depresi, kecemasan, stres ataupun gangguan jiwa yang lain, kerap dikaitkan dengan terjadinya masalah sindrom iritasi usus.

Diagnosis sindrom iritasi usus besar

pexels

Diagnosis dari sindrom iritasi usus besar bisa diberikan oleh dokter, dengan melihat riwayat medis yang sebelumnya. Selain itu, diagnosis ini juga dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab yang paling tepat.

Nah, sindrom iritasi usus sendiri dibagi menjadi tiga kategori, yakni gejala dominan diare, gejala dominan konstipasi, dan juga campuran. Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan untuk mencari penyebab sindrom tersebut, yakni:

Sigmoidoskopi

Kamera dimasukan ke dalam anus, lalu melihat dan mengecek permukaan di area sigmoid.

Kolonoskopi

Kamera dimasukan ke dalam anus, lalu melihat dan mengecek permukaan seluruh usus besar.

Foto rontgen atau CT Scan

Foto rontgen atau CT scan digunakan untuk melihat penyebab yang lain. Nantinya, dokter akan menambahkan cairan kontras barium untuk melihat struktur pada usus secara spesifik.

BACA JUGA: 8 Gejala Penyakit Usus Buntu Penyebab & Pengobatannya

Pencegahan sindrom iritasi usus besar

pexels

Nah, beberapa hal yang ada di bawah ini bisa Sedulur lakukan untuk mencegah dan mengurangi gejala yang timbul dari penyakit sindrom iritasi usus.

  • Berkonsultasi pada ahli untuk meredakan stres yang menjadi salah satu faktor risiko sindrom iritasi usus. Jika stres sudah hilang, maka kesehatan saluran cerna juga akan terjaga.
  • Batasi konsumsi teh, kopi, dan soda.
  • Batasi produk-produk olahan susu atau keju.
  • Buat catatan makanan yang dilarang untuk iritasi usus, dan selalu patuhi larangan tersebut.
  • Makan dalam porsi yang kecil namun sering.

Pengobatan sindrom iritasi usus besar

pexels

Apa sindrom iritasi usus besar bisa sembuh? Kebanyakan pengidap sindrom tersebut bisa disembuhkan kok. Akan tetapi, tidak semua terapi bisa bekerja dengan baik bagi setiap pengidap, lho. Untuk mengurangi gejala, dokter harus menemukan rencana terapi yang tepat.

Ada banyak hal yang bisa memicu sindrom iritasi usus besar, seperti makanan tertentu yang mengandung gas, obat-obatan, hingga stres. Para pengidap bisa mengubah gaya hidup dan juga minum obat untuk mengurangi gejala dan tanda yang muncul.

Umumnya, sedikit perubahan pada pola makan dan gaya hidup itu sudah cukup efektif untuk mengurangi gejala yang timbul. Nah, berikut ini beberapa saran untuk mengurangi gejala sindrom iritasi usus besar.

  • Mengatasi sindrom iritasi usus besar diet tinggi serat (makan makanan dengan serat tinggi seperti buah, sayur, dan kacang).
  • Rutin meminum air putih, paling tidak satu hari 3 sampai 4 gelas.
  • Menghindari minuman yang mengandung kafein seperti teh dan kopi.
  • Tidak merokok.
  • Dalam penanganan sindrom iritasi usus besar latihan fisik juga perlu dilakukan.

Terapi medis sindrom iritasi usus besar

pexels

Antibiotik

Antibiotik akan diberikan jika sindrom disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah bakteri di dalam usus.

Antispasmodik

Antispasmodik bisa diberikan untuk sindrom iritasi usus besar pengobatan nyeri saraf. Obat ini akan menurunkan ketegangan otot usus, sehingga kontraksinya terjadi secara berlebihan.

Antidepresan

Antidepresan akan meredakan gejala pada beberapa orang, terutama gejala yang dipicu oleh depresi atau stres.

Probiotik

Probiotik yang merupakan bakteri hidup, bisa membantu dalam proses pencernaan di dalam usus.

Komplikasi sindrom iritasi usus besar

pexels

IBS adalah penyakit kronis yang bisa meningkatkan risiko terjadinya beberapa kompikasi seperti berikut.

  • Gangguan mental, seperti cemas atau depresi
  • Hemoroid (wasir)
  • Malnutrisi
  • Penurunan produktivitas kerja

Kapan harus ke dokter?

pexels

Jika Sedulur mengalami keluhan dan gejala seperti yang ada di bawah ini, maka langsung hubungi dokter:

  • Benjolan di bagian perut atau perut membengkak
  • Berat badan yang turun tanpa alasan yang jelas
  • Diare yang terjadi di malam hari
  • BAB atau fases berdarah
  • Kulit tampak lebih pucat
  • Mual dan muntah yang semakin sering
  • Kesulitan untuk menelan makanan
  • Rasa sakit perut yang tidak kunjung membaik usai kentut dan buang air besar
  • Sesak napas serta jantung berdebar-debar

BACA JUGA: 8 Gejala & Ciri Usus Buntu Ringan Hingga Berat, Harus Waspada

Nah, itulah beberapa hal yang perlu ketahui tentang sindrom iritasi usus besar. Ya, sebenarnya penyakit itu tidak terlalu berbahaya. Bahkan sangat kecil kemungkinan mengalami kematian dalam kasus ini.

Meskipun begitu, gejala yang muncul itu terasa sangat mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Jadi bagaimana pun caranya, kita harus selalu menjaga kesehatan, terutama usus besar dan pencernaan.

Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.

Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.