Pernah mendengar kata SDLC? Ya, SDLC adalah singkatan dari Software Development Life Cycle yang mana diartikan sebagai proses untuk merancang, mengembangkan, dan menguji software yang berkualitas tinggi. Tujuan adanya hal ini adalah menyediakan alur yang terstruktur dalam membantu organisasi menghasilkan software berkualitas tinggi dan diselesaikan dengan perkiraan waktu singkat serta biaya lebih rendah. Tidak hanya itu saja, semuanya juga harus memenuhi atau melebihi pelanggan.
Dalam praktiknya, SDLC dimulai dari mengevaluasi sistem yang ada untuk mendefinisikan persyaratan di sistem baru. Kemudian, software akan dibuat berdasarkan tahapan-tahapan SDLC yang ada. Keberadaan istilah ini bisa mengantisipasi kemungkinan adanya kesalahan sehingga bisa mengurangi pengerjaan ulang atau perbaikan setelah software telah jadi. SDLC merupakan metodologi yang berulang sehingga Sedulur bisa memastikan kualitas kode pada setiap siklus.
Mungkin sebagian Sedulur masih penasaran dengan SDLC, mulai dari pengertian, fungsi, dan tujuannnya. Penasaran seperti apa ulasannya? Yuk, simak penjelasan kelebihan dan kekurangan SDLC berikut ini.
Apa itu SDLC?
SDLC atau Software Development Life Cycle merupakan proses yang digunakan untuk merancang, mengembangkan, dan menguji software berkualitas tinggi. Tujuan keberadaannya adalah untuk menyelesaikan masalah secara efektif. Dalam pengertian lain, SDLC merupakan tahapan kerja dan bertujuan menghasilkan sistem berkualitas tinggi sesuai keinginan pelanggan atau tujuan dibuatnya sistem tersebut.
SDLC menjadi kerangka dan berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memproses pengembangan suatu perangkat lunak. Sistem ini berisi rencana lengkap untuk mengembangkan, memelihara, dan menggantikan perangkat lunak tertentu. Sementara menurut para ahli, Prof. Dr. Sri Mulyani, AK., CA (2017), SDLC memiliki arti proses logika yang digunakan oleh seorang analis sistem dalam mengembangkan sebuah sistem informasi dan melibatkan requirement, validation, training, dan pemilik sistem.
BACA JUGA: Apa itu Software? Pengertian, Fungsi, Jenis, & Contohnya
Cara kerjanya
Sejatinya, SDLC atau yang memiliki kepanjangan dari Software Development Life Cycle adalah sebuah proses yang bisa menurunkan biaya pembangunan sebuah software. Sebab, program ini memang didesain untuk mempersingkat waktu produksi secara serentak.
Menurut informasi dari Phoenix menjelaskan bahwa Software Development Life Cycle sendiri biasanya dilakukan berdasarkan panduan yang dibuat oleh stakeholders atau klien. Kemudian pembahasan mengenai rancangan panduan ini dimulai dengan proses evaluasi sistem yang sudah ada demi efisiensi produk.
Baru selanjutnya adalah bagaimana semua tim developer akan mendefinisikan persayaratan-persyaratan dari sistem software yang baru. Setelah itu, software akan dibuat dengan beberapa tahap. dimulai dari identifikasi, perencanaan, rancangan, membangun produk, pengujian, pemasaran, dan pemeliharaan. Sementara itu, supaya dapat menghindari penggunaan biaya yang terlalu besar, pihak dari engineer akan berusaha dalam meminta feedback dari end-user terhadap produknya.
Proses Software Development Life Cycle ini setidaknya mampu mengeliminasi sebuah pekerjaan yang biasanya terjadi berulang-ulang setelah perbaikan sudah selesai.
Fungsi SDLC
Setelah memahami tentang pengertiannya, maka berikutnya memahami apa saja fungsi dari istilah ini. Dikutip dari laman Ekrut menjelaskan bahwa fungsi SDLC adalah menyediakan alat bantu bagi menajer proyek IT dalam memastikan keberhasilan implementasi sistem yang memenuhi tujuan strategis dan bisnis. SDLC jika dilakukan dengan benar dapat berfungsi sebagai kontrol dan dokumentasi manajemen tingkat tinggi dalam perusahaan pengembangan perangkat lunak.
Namun secara umum, fungsi SDLC sebagai gambaran baik masukan maupun luaran bagi tim pengembang dalam menjalankan proses pengembangan dari satu tahap ke tahap lainnya tanpa risiko pengulangan.
Tahapan dalam SDLC
Pada awalnya keberadaan sistem ini adalah menggambarkan alur terstruktur dalam fase siklus software dan seperti apa fase itu dilaksanakan dalam membuat software berkualitas dalam waktu cepat. Diketahui dalam setiap fase akan menghasilkan apa yang dibutuhkan pada fase berikutnya dalam life cycle tersebut. Kemudian persyaratan tersebut diterjemahkan dalam desain dan kode, serta akan diproduksi sesuai dengan desain tersebut dalam tahap pengembangan.
Setelah coding dan pengembangan itu, baru kemudian dilakukan tahapan pengujian guna memverifikasi apakah hasil yang diharapkan telah sesuai persyaratan yang sudah ditentukan sejak awal. Supaya lebih paham dengan penjelasan pada SDLC, simak beberapa tahapan-tahapan di bawah ini Sedulur.
1. Planning
Pada tahap ini project leaders akan mengevaluasi persyaratan yang ada dalam sebuah proyek. Kegiatan ini mencakup menghitung tenaga kerja dan material yang dibutukan, membuat jadwal dengan tujuan target, membentuk tim serta struktur tentang kepemimpinan pada proyek tersebut. Dalam tahapan ini juga mencakup pengumpulan umpan balik dari pemangku kepentingan atau pihak-pihak terkait seperti calon pelanggan, developer, perwakilan tim sales, dan pendapat ahli.
Sangat penting untuk diingat bahwa dalam perencanaan harus bisa menjelaskan ruang lingkup dan tujuan pembuatan aplikasi software. Hal ini dibutuhkan supaya tim bisa membuat software secara efektif tanpa bergeser dari tujuan asli.
2. Define requirements
Berikutnya adalah fase define requirement di mana fase ini merupakan bagian dari tahapan planning. Tujuan SDLC di tahapan ini adalah menentukan untuk apa seharusnya software atau aplikasi tersebut lalu seperti apa persyaratan yang dibutuhkan dalam menjalankannya.
Contoh SDLC pada tahapan ini, misalnya agar aplikasi media sosial bisa berjalan, maka dibutuhkan kemampuan di mana pengguna bisa terhubung dengan seorang teman sehingga perlu adanya fitur pencarian dalam aplikasi tersebut. Dalam tahapan ini pula dimaksudkan untuk menentukan sumber daya yang dibutuhkan dalam membangun proyek seperti tim atau mesin dalam proses pengembangan aplikasi software tersebut.
3. Design and prototyping
Fase desain dalam SDLC adalah di mana Sedulur akan membuat model cara kerja aplikasi software. Adapun aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menjalankan tahapan ini adalah sebagai berikut.
- Communication, yaitu mendefinisikan metode atau cara aplikasi berkomunikasi melaui aset lainnya seperti server pusat atau aplikasi lainnya.
- Programming, dalam tahapan ini tidak hanya menentukan bahasa pemrograman tapi juga termasuk metode pemecahan masalah dan tugas-tugas dalam aplikasi.
- Architeture, menentukan bahasa pemrograman, praktik dalam dunia industri lalu desain keseluruhan dan penggunaan template tertentu.
- User interface, mendefinisikan mengenai bagaimana seharusnya pelanggan melakukan interaksi menggunakan software dan seperti apa pula software tersebut merespon input yang ada.
- Platform, diartikan sebagai di mana software akan dijalankan seperti versi Android, iOS, Linux, atau game konsol.
- Security, yang mana pada tahapan ini menjelaskan tentang keamanan aplikasi, misalnya dalam membuat perlindungan kata sandi, enkripsi SSL traffic maupun dalam membuat penyimpanan kredensial pengguna tetap aman.
4. Software development
Pada fase berikutnya setelah design & prototyping adalah software development. Dalam fase ini dapat menggunakan aplikasi Access Control ataupun Source Code Management dalam membantu developer dalam melacak perubahan pada kode lalu memastikan bahwa kompabilitas antar proyek tim berbeda sehingga sasaran terpenuhi.
Biasanya jika proyek tersebut kecil, maka program bisa ditulis oleh satu developer saja. Namun berbeda halnya apabila sedang mengerjakan proyek besar, maka bisa dipecah dan dikerjakan oleh beberapa tim. Sehingga pekerjaan pada sebuah proyek dapat segera terselesaikan dengan baik dan benar. Selain itu, pada tahapan ini termasuk dalam fase Software Development Life Cycle sehingga benar-benar membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
5. Testing
Berikutnya hal yang tidak kalah penting dalam sistem SDLC adalah keberadaan testing atau biasa dinamakan dengan tahapan pengujian. Sangat penting sekali apabila sebelum aplikasi software dapat digunakan oleh pengguna atau pelanggan kita. Biasanya dalam tahapan pengujian, dilakukan seperti security testing alias tes untuk mengetahui keamanan sebuah perangkat software. Dalam proses pengujian, harus memastikan bahwa setiap fungsi bisa bekerja dengan benar dan lancar, sampai dapat mengurangi adanya kemungkinan suatu keterlambatan pada pemrosesan. Seperti masalah bug, spam, atau gangguan lainnya.
6. Deployment
Tahapan selanjutnya pada proses SDLC adalah penerapan. Di fase ini aplikasi harus benar-benar tersedia serta bisa digunakan oleh pelanggan sebagaimana mestinya. Meski demikian, Sedulur harus mengetahui bahwa dalam tahapan ini akan menjadi lebih rumit. Misalnya, beberapa perusahaan harus melakukan pembaruan database ke aplikasi baru. Otomatis dengan pembaruan database akan lebih banyak memakan waktu dan tenaga.
7. Operation and maintenance
Ini merupakan tahapan terakhir dalam proses SDLC di mana pada titik ini sebenarnya aplikasi benar-benar telah selesai dan sudah bisa digunakan di lapangan. Meski demikian, dalam tahapan operasi lalu pemeliharaan tetap dianggap penting. Sebab, pada tahapan ini, bisa saja pengguna dapat menemukan persoalan seperti bug yang sebelumnya tidak ditemukan dalam proses pengujian aplikasi. Maka dari itu, masukan dari pengguna yang mana menemukan persoalan bug pada aplikasi sangat penting dan dapat segera ditangani dengan baik.
Tahapan ini bisa memunculkan Software Development Life Cycle baru dalam memperbaiki bug. Misalnya, bagaimana menentukan rencana pengembangan berulang atau tambahan fitur dalam rilis yang akan datang.
BACA JUGA: 18 Bahasa Pemrograman Paling Populer untuk Dipelajari
Model pengembangan SDLC
Berlanjut ke model-model dalam pengembangan SDLC di mana fase ini ada beberapa metode pengembangan supaya benar-benar teruji dan sesuai dengan harapan. Nah, tanpa berlama-lama, simak beberapa model pengembangan di bawah ini.
1. Metode SDLC waterfall
Waterfall SDLC adalah merupakan metodologi yang terstruktur dan termasuk paling tua. Dalam metode ini dikenal paling mudah karena bisa dilakukan dengan menyelesaikan satu fase total lalu melanjutkan ke fase berikutnya tanpa harus kembali atau terjadi pengulangan. Dalam metode waterfall ini sebenarnya sangat mudah dipahami dan dikelola, akan tetapi kekurangannya metode seperti ini sangat kurang efisien dalam hal waktu. Seperti terjadi perlambatan ataupun penundaan fase awal maka bisa membuang seluruh garis waktu dalam suatu proyek.
Tidak hanya itu, salah satu kekurangan dari model ini adalah jika ada satu detail kecil tertinggal dapat memengaruhi keseluruhan rencana dan berakhir berantakan. Setiap fase pada model ini memiliki rencana kecil dan menurun ke fase berikutnya. Maka dari itu, fase ini mungkin bisa dikatakan sebagai waterfall atau air terjun karena setiap fase mempunyai turunan kecil lainnya.
2. V-shaped model
Metode berikutnya pada sistem SDLC adalah menggunakan model V-shaped model dimana metode ini memiliki bentuk V. Pada metode ini dilakukan dengan menggunakan fase pengujian sesuai untuk setiap fase pengembangannya. Diketahui jika metode ini menyerupai metode waterfall karena baru dapat berganti fase, hanya saat fase sebelumnya sudah berakhir.
Penggunaan metode ini sangat berguna saat tidak ditemukan lagi persyaratan yang dibutuhkan atau tidak diketahui saat pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena apabila sudah berganti tahap maka metode seperti ini tidak akan membuat pengembang kembali ke tahap sebelumnya.
3. Incremental model
Selain V-shaped ada lagi metode yang tidak boleh dilewatkan yaitu incremental model. Model dalam SDLC yang merupakan proses pengembangan suatu perangkat lunak dan pada bagian persyaratan akan dibagi menjadi beberapa modul mandiri dari SDLC itu sendiri. Penggunaan model seperti ini akan memungkinkan adanya setiap model dapat melewati tahapan-tahapan seperti persyaratan, desain, implementasi, dan pengujian. Kemudian dalam setiap rilis modul selanjutnya terjadi penambahan fungsi ke rilisan sebelumnya. Lalu proses ini dapat terus berlanjut secara simultan sampai semua sistem dapat secara lengkap tercapai. Itulah keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan metode incremental model.
4. Agile model
Agile SDLC adalah salah satu metode paling populer digunakan dan metode ini dilakukan untuk memecah produk menjadi beberapa siklus serta lantas dengan cepat memberikan fungsi pada produk. Diketahui bahwa metode ini merupakan sebuah metode yang menggunakan pendekatan pengembangan lebih realistis dan cepat. Metode ini mampu menghasilkan rilisan produk perangkat lunak berkelanjutan lalu bisa diperbarui secara bertahap.
Metode ini lebih menekankan pada interaksi antara klien, pengembang, dan tim pengembang karena adanya kans dalam melakukan penyisipan fungsi tengah proyek. Hanya saja metode ini memiliki kekurangan sangat bergantung pada klien sehingga proyeknya pun tidak terarah. Dalam metode ini tim akan mencoba dalam membuat setiap produk yang telah selesai untuk meminimalisir kesalahan. Namun selain proyek jadi tidak terarah, metodologi ini dapat memicu proyek ke arah yang salah dan tentunya tidak akan sesuai dengan kemauan dan ekspektasi dari para customer.
5. Interactive model
Metode SDLC interaktif dilakukan dengan pengulangan karena penerapan serangkaian persyaratan perangkat lunak yang berbeda. Baru selanjutnya pengujian dan di proses ini dilakukan dengan memproduksi setiap versi perangkat lunak dengan setiap fase atau iterasi.
Adapun keuntungan yang diperoleh menggunakan metode ini yaitu memberi versi yang berfungsi di awal proses dan membuatnya bisa lebih murah dalam proses implementasinya atau pembaruan. Sementara itu, kelemahan model ini adalah sangat boros dalam penggunaan sumber daya sebab terus mengalami pengulangan proses yang berkali-kali. Selain boros, satu lagi kekurangan dari metodologi ini adalah bisa menambah konsumsi bahan baku apabila ada satu detail yang tertinggal saat pengerjaan.
6. Bigbang model
Berikutnya metode paling populer dalam SDLC adalah bigbang model yang mana merupakan anomali pada proses SDLC dikarenakan prosesnya tidak akan mengikuti proses khusus dan akan membutuhkan waktu sedikit dalam perencanaan. Metode ini sangat umum digunakan pada proyek kecil yang hanya menggunakan satu sampai dua insinyur perangkat lunak. Sehingga kurang bergitu direkomendasikan untuk proyek-proyek besar karena berpotensi terjadi pengulangan dari awal saat produk telah diproduksi amat besar.
Risiko yang harus ditanggung berikutnya adalah saat pengerjaanya tim akan melakukan inestasi semua bahan baku ke dalam proyek tersebut. Itulah sebabnya mengapa metode ini sangat punya risiko besar dan memang tidak boleh digunakan pada sebuah proyek kecil.
7. Spiral model
Berikutya metode yang tidak kalah penting adalah penggunaan model spiral dan metode ini sangat fleksibel. Mengapa dikatakan fleksibel, karena metode ini dilakukan dengan mengambil syarat dari model iteratif dan pengulangannya hanya melewati empat tahapan berulang seperti dalam spiral sampai dengan selesai. Maka dari itu, metode ini akan memungkinkan terjadinya beberapa putaran penyempurnaan atau pembaruan.
Jika Sedulur menggunakan metode ini, maka akan memungkinkan seorang pengembang dapat membangun sebuah produk yang disesuaikan dengan umpan balik pengguna. Selanjutnya untuk risiko menggunakan metode ini adalah akan terciptanya fase spiral yang tidak akan pernah berakhir hanya untuk satu proyek saja atau produk terus diperbarui tanpa pernah bisa mencapai kata selesai.
8. Prototype model
SDLC prototype adalah metode yang memungkinkan seorang pengguna atau user akan memiliki gambaran awal mengenai perangkat lunak serta pengguna bisa melakukan proses pengujian awal sebelum benar-benar dirilis. Metode ini memiliki tujuan dalam mengembangkan model menjadi perangkat lunak final. Maka artinya, sistem ini akan dikembangkan lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan pun akan lebih rendah.
Dalam menggunakan metode ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti analisis kebutuhan, membuat prototype, evaluasi prototype, mengodekan sistem, pengujian sebuah sistem, evaluasi sistem, dan terakhir adalah menggunakan sistem. Adapun kelebihan model ini adalah mempersingkat waktu pengembangan perangkat lunak dan penerapan fitur akan menjadi lebih mudah karena pengembang bisa mengetahui seperti apa yang diharapkan.
Meski tergolong singkat saat waktu pengembangannya, namun metode ini tetap memiliki kelemahan yaitu proses yang dilakukan untuk analisis dan perancangan terlalu singkat serta hal yang tidak bisa ditoleransi adalah kurang fleksibel terhadap suatu perubahan. Namun terlepas dari kelemahan dan kelebihannya, model ini dapat menyajikan gambaran lengkap tentang suatu sistem perangkat lunak yang biasa terdiri atas model kertas, model kerja, lalu juga program.
BACA JUGA: Apa itu Malware: Pengertian, Jenis & Cara Mengatasinya
Manfaat SDLC
Setelah memahami model dan pengertian, maka berikutnya adalah manfaat penggunaan program ini. SDLC merupakan sistem pembuatan serta pengelolaan software yang mumpuni. Sistem ini dapat mengurangi durasi proses produksi, mengurangi biaya operasional, dan menjaga kualitas produk untuk waktu yang tidak sebentar. Nah, selain pembahasan di atas, dijelaskan bahwa Software Development Life Cycle mempunyai sejumlah manfaat lain seperti halnya berikut ini.
- Kontrol manajemen yang lebih baik atas seluruh proyek.
- Transparansi dan visibilitas proses pembuatan dan pengelolaan software.
- Kejelasan atas persyaratan perancangan software.
- Satu visi produk untuk semua pihak yang terlibat.
- Hasil yang dapat diprediksi dalam hal waktu, biaya, dan pendapatan.
Sekian penjelasan mengenai apa sih Software Development Life Cycle atau SDLC itu. Di mana program ini sangat penting dalam proses pengembangan sebuah software. Jadi intinya, SDLC merupakan proses pengubahan dan pembuatan sistem serta metodologi yang dapat digunakan dalam mengembangkan software.
Secara umum sistem ini adalah praktik bisnis ketika membangun aplikasi software dalam mengukur dan meningkatkan proses pengembangannya. Maka dari itu, dengan mengetahui apa itu SDLC, kini Sedulur sudah bisa mengetahui proses panjang yang biasanya harus dilalui agar software atau aplikasi dapat digunakan oleh pengguna.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.