Maluku adalah salah satu wilayah kepulauan yang ada di Indonesia. Ia berbatasan langsung dengan Laut Celebes dan Filipina di Utara dan Barat, serta laut Arafuru di Selatan dan Papua di sebelah Timur. Mereka dibagi menjadi dua provinsi, Maluku dan Maluku Utara.
Sama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia, Maluku memiliki kekhasan sendiri dalam berbagai hal. Mulai dari kuliner, bahasa, pakaian adat, dan tentunya arsitektur rumah adatnya. Kenalan lebih jauh, yuk.
BACA JUGA: Mengenal Rumah Adat DKI Jakarta: Sejarah, Keunikan & Fungsi
1. Pulau-pulau terbesar di Maluku
Sebagai wilayah kepulauan, tentu Maluku memiliki beberapa pulau terbesar. Mereka antara lain Halmahera, Obi, Morotai, Bacan, Ternate, dan Tidore di Maluku Utara. Sementara di provinsi Maluku, ada beberapa pulau besar seperti Banda, Ambon, Buru, Seram, Kai, dan Aru. Meski pulau terbesarnya Halmahera dan Seram, sebagian populasi Maluku tinggal di Ambon dan Ternate. Ambon merupakan pulau yang padat dan paling sering dikunjungi
2. Kondisi geografis Maluku
Maluku adalah kepulauan yang memiliki banyak gunung dan rawa. Beberapa gunung tercatat masih aktif. Mereka berada di titik gempa dan sebagian wilayahnya berupa hutan hujan, padang rumput terbuka, dan rawa bakau. Banyak pula pantai-pantai berpasir putih yang menawan dan biota laut yang menjadi daya tarik pencinta snorkelling.
3. Sejarah Maluku
Wilayah ini dulu dikenal dengan nama Spice Islands karena merupakan penghasil pala dan cengkeh terbesar di Asia, bahkan sebelum pendatang Eropa tiba. Di tahun 1500-an, penjelajah asal Portugal datang dan membangun pemerintahan baru di sana. Sebelum akhirnya berebut dengan Spanyol, Inggris, dan akhirnya Belanda. Melansir Ensiklopedia Britannica, kejayaan perdagangan rempah di Maluku meredup di abad ke-18. Ini dipengaruhi oleh ditemukannya komoditas yang lebih menguntungkan, yaitu merica hitam di Pulau Jawa.
Maluku kemudian bergabung dengan Republik Indonesia pasca jatuhnya pemerintah Belanda dilanjut dengan proklamasi kemerdekaan pasca Perang Dunia II berakhir. Namun, ini bukan tanpa perpecahan. Seperti dilansir dari jurnal David Adam Scott dalam The Asia Pacific Journal, sebagian penduduk Maluku tergabung dalam Republik Maluku Selatan (RMS) yang mendeklarasikan kemerdekaan sendiri (terpisah dari NKRI) di tahun 1950.
RMS memiliki peran yang krusial dalam beberapa momen penting di Maluku. Termasuk menjadi pendukung warga Kristen saat konflik dengan warga muslim yang berkembang jadi perang sipil di tahun 1999. Sementara, warga muslim disokong kelompok bernama Laskar Jihad. Proses deeskalasi membutuhkan waktu bertahun-tahun, tetapi akhirnya berhasil menciptakan perdamaian secara bertahap.
BACA JUGA: Mengenal Keunikan Rumah Adat Honai Asal Papua & Jenisnya
4. Demografi Maluku
Penduduk Maluku cukup beragam. Mereka didominasi etnik Ambon, Kai, dan Buton. Namun, banyak pula ditemukan penduduk keturunan Tiongkok dan Jawa yang bermukim di sana meski jumlahnya tergolong minoritas. Kepercayaan Kristen adalah mayoritas di sana, disusul dengan penganut Islam. Sementara, bahasa yang mereka pakai kebanyakan adalah bahasa Melayu dan dialek Papua.
Sebuah tragedi sempat terjadi di tahun 1999 hingga 2002 yang memicu pembagian Maluku menjadi dua provinsi. Konflik horizontal atau antar warga sipil ini sebenarnya bukan satu-satunya yang terjadi di Indonesia sejak merdeka. Namun, menjadi salah satu yang mengubah konstelasi politik Indonesia.
5. Rumah adat Maluku
Selain kondisi geografis dan profil demografi, arsitektur Maluku juga memiliki spesifikasi sendiri yang berbeda. Ada tiga jenis rumah adat Maluku, mereka bernama Sasadu, Baileo, dan Hibualamo. Semuanya terbuat dari bahan-bahan ramah lingkungan dan tradisional, tetapi memiliki kekuatan yang tak main-main. Bagaimana ini bisa terjadi, yuk cari tahu lebih lanjut!
6. Baileo
Rumah adat maluku Baileo merupakan salah satu yang paling terkenal. Baileo sendiri memiliki arti yang sama dengan balai dalam bahasa Indonesia, sehingga sebenarnya memiliki fungsi sebagai tempat pertemuan atau musyawarah warga. Dari penampakan fisiknya, kita bisa melihat bahwa rumah adat ini dibuat dari batok kelapa sebagai pondasi dan kayu sebagai rangka bangunan serta atap bambu untuk dinding dan dedaunan kering sebagai pengganti genteng. Sangat sederhana, tetapi bersahaja dan tampak kokoh.
Atapnya tinggi dan dindingnya pun terbuka, sehingga sirkulasi cahaya dan udara pun bagus. Sementara, pondasinya dibuat tinggi sehingga menciptakan rumah panggung. Rumah yang tinggi semacam ini banyak dibangun di masa lalu karena bisa menghindarkan penghuni dari bencana seperti banjir. Rumah yang tinggi juga bisa menangkal kedatangan nyamuk, apalagi bila lokasinya di wilayah tropis dan berhutan.
Rumah adat ini banyak ditemukan dibangun di kawasan permukiman suku Huaulu yang mendiami Pulau Seram. Hingga kini Baileo masih dipakai warga sebagai tempat berkumpul dan berembuk.
7. Sasadu
Rumah adat Maluku bernama Sasadu banyak ditemukan di pulau Halmahera, Maluku Utara. Sasadu memiliki gaya arsitektur yang tak jauh beda dari Baileo, tetapi lebih kompleks. Ia juga berupa rumah panggung dengan limas segitiga dengan alas segi delapan yang tidak berdinding. Kerangka panggungnya lebih rendah, tetapi kayu yang dipakai lebih tebal. Ia juga disangga pilar-pilar besar yang kokoh.
Melansir liputan Kompas, Sasadu merupakan bangunan yang dipakai penduduk lokal untuk ritual, pertemuan warga dan tetua desa, hingga musyawarah dan upacara adat di waktu-waktu tertentu.
Meski tidak berdinding, pintu masuk untuk tiap kelompok komunitas dibedakan berdasar hitungan tiangnya. Ketua dan tetua desa masuk lewat pintu paling tengah. Sementara, penduduk laki-laki dan perempuan pun masuk dari pintu yang berbeda. Begitu pula dengan tamu harus masuk dari pintu tertentu.
Atap Sasadu dibuat lebih rendah di bagian pintu masuk sebagai pengingat bagi siapa pun yang masuk untuk tetap merendah. Atapnya secara gradual makin tinggi dan lapang saat berada di bagian tengah bangunan. Penataan tempat duduknya juga menarik, setelah tetua di bagian tengah, kursi mengelilingi paling depan diisi oleh perempuan. Sementara, laki-laki berada di belakang sebagai simbol bahwa mereka memiliki peran sebagai pelindung.
Menariknya lagi, rumah adat Maluku Utara ini ternyata dibangun dengan konstruksi tahan gempa karena menggunakan tumpuan sendi, jepit, dan rol. Nenek moyang kita sebenarnya sudah paham betul betapa rentannya tanah Indonesia yang terletak di dekat gunung berapi dan patahan lempeng bumi yang rawan gempa.
BACA JUGA: 10 Nama Rumah Adat Bali, Ciri Khas & Keunikannya
8. Hibualamo
Salah satu rumah adat Maluku adalah Hibualamo yang ditemukan di Halmaher, Maluku Utara. Melansir salah satu artikel ilmiah dalam Jurnal Filsafat UGM yang ditulis Ricardo F. Nanuru, Hibualamo sebenarnya sebuah sistem budaya yang menjadi pemersatu masyarakat Halmahera di Maluku Utara. Namun, seiring berkembangnya waktu, ia dimanifestasikan menjadi sebuah bangunan atau rumah besar yang ditujukan sebagai tempat berkumpul, berunding, dan memecahkan masalah bersama-sama.
Dulu Hibualamo berbentuk bundar dan sangat sederhana. Namun, seiring berkembangnya waktu ia dimodifikasi jadi lebih kompleks dan kokoh. Bangunan ini kini difungsikan sebagai tempat untuk menggelar upacara adat Maluku dan pertemuan antar warga. Disebutkan bahwa semua suku, agama, klan, dan komunitas bisa masuk di rumah Hibualamo tanpa diskriminasi. Ini karena filosofi yang dipegang bahwa semua orang berkedudukan sama di masyarakat. Tak peduli apa pun jabatan dan status sosialnya.
Ada lima prinsip utama dalam filosofi rumah Hibualamo, mereka antara lain.
- O dora yang artinya kasih terhadap sesama manusia.
- O hayangi berarti sayang, saling menjaga dan menolong.
- O baliara dapat diasosiasikan dengan memelihara, melindungi, dan mendukung.
- O adili yaitu prinsip keadilan, kesetaraan derajat, hak, dan kewajiban.
- O diai berarti kebenaran, norma yang disepakati.
Inilah yang membuat Hibualamo spesial karena sejak lama telah menerapkan sistem politik demokrasi dan kesetaraan. Namun, di masa kini, fungsi rumah adat Hibualamo pun mulai berkurang karena adanya institusi-institusi khusus yang spesifik menyelesaikan masalah sesuai dengan kategori masing-masing, misal masalah hukum di kantor polisi dan pengadilan, masalah penyakit di rumah sakit, pernikahan di KUA dan rumah ibadah serta lain sebagainya. Hibualamo kini hanya dipakai saat ada upacara adat Maluku atau event kebudayaan.
Filosofi kerukunan yang disimbolkan lewat rumah Hibualamo makin menguat pasca kerusuhan dan konflik antar agama di tahun 90-an hingga awal 2000-an lalu.
9. Fungsi rumah adat
Meski sudah digantikan fungsinya dengan institusi modern, rumah adat masih memiliki fungsi esensial dalam tatanan masyarakat Maluku. Apa saja?
- Pengingat akan warisan leluhur yang wajib dilestarikan, dikenang, dan dimaknai.
- Mengandung nilai seni tinggi yang bisa menarik untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata budaya dan sejarah.
- Ada banyak pembelajaran yang bisa dipetik, mulai dari konstruksi bangunannya yang kokoh serta ramah lingkungan. Hingga filosofi tentang kerukunan dan perdamaian yang melekat.
- Tempat dilangsungkannya upacara adat dan musyawarah adat. Acara kebudayaan pun bisa dilakukan di sini dengan khidmat.
- Bangunannya besar dan kokoh sehingga bisa jadi tempat berlindung yang bisa ditempati banyak orang. Ini lokasi yang ideal untuk penampungan sementara saat terjadi bencana atau hal-hal darurat lainnya.
BACA JUGA: 12 Gambar Rumah Adat Jawa Timur Lengkap Beserta Namanya
10. Ciri khusus rumah adat Maluku
Ada beberapa ciri khusus yang bisa kita rangkum dari rumah adat Maluku, yaitu.
- Bahan bangunan yang ramah lingkungan seperti bambu, kayu, rumbia, dan batok kelapa. Meski sederhana, mereka masih kokoh meski termakan usia.
- Ukiran khas yang menjadi simbol filsafah kehidupan leluhur, mulai dari anjing, ayam, bulan, matahari, dan bintang yang melambangkan optimisme akan mencapai kemakmuran dan perdamaian.
- Lantai papan kayu dan pasak-pasaknya yang disatukan dengan teknik kunci, jadi minim logam.
- Jumlah tiang penyangga yang pakem sebagai simbol persatuan klan pembentuk masyarakat Maluku saat ini.
- Keberadaan Batu Pamali atau batu-batu kerikil yang dulunya dipakai untuk meletakkan sesaji. Namun, dengan kedatangan agama modern, batu-batu kerikil kini dipakai sebagai pengingat bagi pendatang dan generasi muda untuk menghargai rumah adat.
11. Pakaian adat Maluku
Selain rumah adat Maluku dan keunikannya, Sedulur juga wajib mengenal ragam pakaian adat Maluku yang biasa dipakai saat ada upacara adat dan kebudayaan. Ada setidaknya 5 jenis yang wajib kamu tahu.
- Cele merupakan pakaian adat yang mirip dengan kebaya putih dengan bahan brokat berenda. Bedanya ada pada bagian kerah yang akan dilapisi dengan rompi berbentuk huruf U dengan warna merah dan corak floral khusus. Corak dan warna rompi akan serasi dengan bawahan kain roknya. Untuk kostum laki-laki, baju cele berbentuk semacam jas lengan panjang yang dipakai sebagai outer untuk kemeja putih. Bawahannya adalah celana panjang hitam lurus.
- Salele adalah pakaian adat dengan warna terang. Untuk perempuan, ia berbentuk seperti baju kurung lengan panjang yang dipadu dengan sarung yang dililit ke pinggang dan diikat dengan rapi. Sementara untuk laki-laki, salele dijahit menyerupai kemeja tanpa kerah dan celana panjang gelap.
- Koja dipakai oleh kerabat kerajaan yang berusia muda. Ia semacam baju lengan panjang dari kain satin yang kemudian diberi aksesori perhiasan seperti bros, tusuk konde, dan kalung emas. Sementara baju koja laki-lakinya berbentuk jubah panjang yang dipakai topi khusus.
- Nona rok memiliki kemiripan dengan baju cele untuk perempuan. Bedanya adalah absennya rompi U sehingga tampak lebih sederhana dan makin mirip dengan kebaya lengan panjang dengan kerah polos. Hiasan rendanya juga lebih sederhana dan hanya berupa variasi warna keemasan yang kalem. Sementara bawahannya berupa kain merah yang diikatkan pada pinggang.
- Pakaian bangsawan Maluku didominasi warna putih dengan lengan panjang dan atasan yang panjang pula. Biasanya bawahannya berupa kain satin emas untuk perempuan dan untuk laki-laki berupa celana panjang putih. Tampilannya tampak lebih elegan dan sederhana, tetapi terlihat mewah.
Maluku adalah kawasan yang sangat beragam dari segi geografis, demografi, dan budaya. Ini membuatnya jadi wilayah yang sangat strategis untuk mengembangkan objek wisata edukasi dan ekologi yang menarik sebagai bahan pembelajaran nyata. Dari rumah adatnya saja, Sedulur sudah bisa belajar banyak tentang budaya, filosofi, dan sejarah Maluku.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.