Usia dan kedewasaan seseorang adalah dua hal yang selalu berjalan beriringan. Bertambah tua adalah hal yang mutlak. Namun menjadi dewasa adalah pilihan masing-masing individu. Umur yang bertambah setiap tahunnya secara tidak langsung membuat sebagian besar orang mempertanyakan tujuan hidupnya saat memasuki usia dewasa muda. Fase ini yang disebut dengan quarter life crisis.
Bagi yang berusia 18 hingga 30 tahun, mengalami quarter life crisis adalah hal yang sangat lumrah dan wajar. Kiris ketika memasuki usia seperempat abad ini adalah proses pendewasaan diri yang pada akhirnya bakal bisa dilewati meskipun banyak yang harus dikorbankan dan berdarah-darah prosesnya.
Bagi anak muda yang sering menyebutkan istilah ini, pahami lebih dalam tentang definisi, penyebab, tanda, hingga cara berdamai krisis ini. Apabila fase mengenal diri sendiri ini bisa terlewati, adalah kabar baik bahwa kamu memang sudah siap secara mental untuk melanjutkan perjalanan untuk berproses dalam kehidupan.
BACA JUGA: Manfaat Menulis, Baik Untuk Kesehatan Mental?
1. Definisi
Saat masih remaja, mungkin kamu sama sekali tidak paham tentang apa itu quarter life crisis. Setelah memasukin fase dewasa muda, proses ini tidak dapat dihindari. Pada dasarnya, krisis seperempat abad ini adalah fase mencari jati diri yang dialami oleh orang-orang yang melewati usia remaja, yakni sekitar 18-30 tahun.
Quarter life crisis pada remaja tua ini diawali dengan pertanyaan sederhana tentang kehidupan. Seorang individu akan mulai mempertanyakan tentang yang terjadi di masa lalu, yang tengah dijalani sekarang, dan rencana untuk menyongsong asa di masa depan. Masa ini krusial namun akan memberikan banyak value yang bisa dipetik dan diterapkan untuk berkembang menjadi lebih baik ke depannya.
2. Dampak quarter life crisis
Life quarter crisis memang terkesan sepele. Pada akhirnya memang bisa dilalui apabila benar-benar sudah menemukan jawabannya, menerima kekurangan dan kelebihan dalam diri, serta memaafkan masa lalu yang pernah menyakiti perasaanmu. Namun pada kenyataannya, ada dampak yang dirasakan di fase ini bagi sebagian besar orang.
Dilansir dari Satupersen, 86% kaum milenial yang ada di fase krisis ini sering merasa tidak nyaman. Hal tersebut meliputi rasa kesepian bahkan yang paling buruk adalah depresi. Sangat dibutuhkan kestabilan emosi dan mental untuk membuat seseorang bisa tetap tenang dan stabil.
BACA JUGA: Ciri Mental Breakdown, Gangguan Kecemasan & Tips Mengatasinya
3. Penyebab
Yang membuat seseorang mulai masuk dalam fase ini adalah perasaan bingung dan dilematis tentang diri dan hidupnya. Ada banyak hal yang tidak bisa dipikirkan dan dicari jawabannya dalam beberapa menit. Pun bila sudah ada jawabannya, tidak bisa langsung memberikan rasa lega.
Hal yang seringkali membuat seseorang berpikir lama bahkan tak menutup kemungkinan merasa insecure dan overthinking adalah soal pendidikan, karier, cita-cita, harapan, percintaan, hubungan dengan keluarga, sahabat, bahkan dengan orang di sekitarmu. Bila dipecah, berikut adalah topik yang bakal membuat para dewasa muda untuk merenung lama.
Banyaknya pilihan
Untuk menjalani hidup, kamu diberikan banyak pilihan. Contoh quarter life crisis yang sederhana adalah ketika membahas soal pilihan jurusan yang sesuai dengan ilmu yang diinginkan. Tapi, kamu juga perlu mempertimbangkan tentang prospek pekerjaan di masa depan. Dari sini, kamu akan dibuat galau untuk memilih antara idealisme dan realita.
Kegalauan tiada akhir ini bisa membuatmu ada di posisi dilematis. Ini adalah salah satu proses yang membuat seseorang yang awalnya bodoh amat bisa menjadi lebih serius dalam mengalkulasikan segala peluang dan kemungkinan yang ada. Pada akhirnya, kamu harus memutuskan jalan mana yang akan dipilih untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Makna hidup
Setelah berkutat dengan pilihan yang diambil, kamu akan terus diberondong pertanyaan tentang makna hidup menurut definisimu. Jawaban untuk memecahkan misteri ini berkaitan erat dengan motivasi yang membuatmu tetap semangat menjalani hari.
Di sini, kamu harus memiliki visi yang jelas dan realistis. Pasalnya, ada banyak pihak yang perlu dipikirkan untuk membuat hidupmu menjadi lebih bermakna. Sebut saja orangtua, saudara, keluarga, dan pasangan di masa depan.
Perlu untuk diketahui, tolak ukur kebahagiaan seseorang dalam hidup tidak akan bisa disamakan dengan individu lainnya. Kamu sendiri yang paham apa yang dibutuhkan dan harus dikorbankan untuk mewujudkan goals yang dikejar.
Ekspektasi
Hal yang membuat quater life crisis menjadi terasa berat untuk dilalui adalah menyoal ekspektasi. Untuk menyelaraskan pilihan dan goals kehidupan idealmu, masih ada ekspektasi orang lain yang harus dipenuhi. Bagian yang terasa menuntut inilah yang seringkali menjadi cobaan terberat bagi sebagian besar orang dewasa muda.
Apakah kamu akan memenuhi ekspektasi dan tuntutan orang lain? Semua ada di tangan dan tergantung pada bagaimana kamu akan melaluinya.
BACA JUGA: Apa Itu Insecure? Kenali Tandanya Serta Cara Mengatasinya
Pertemanan
Quarter life crisis adalah masa transisi yang berimbas pada lingkar pertemanan. Di fase ini, secara tidak langsung akan tersaring siapa teman yang memang benar-benar ada untuk saling menemani dan menyemangati di masa sulit maupun senang.
Teman datang dan pergi adalah bagian yang lumrah di proses ini. Maka jangan kaget apabila circle pertemananmu menjadi lebih mengecil. Yang bertahan di sisimu saat ini adalah yang benar-benar masuk dalam support system-mu.
Hubungan asmara
Memasuki usia 18 tahun hingga 30 tahun, ada banyak hal yang membuat seseorang jadi kepikiran. Salah satunya adalah soal asmara. Keinginan dan kebutuhan untuk saling menyayangi dan mencintai kadang tidak sejalan dengan keadaan riilnya.
Mungkin saja kamu yang masih single merasa nyaman dengan status bebas tersebut. Tapi di fase ini, tidak menutup kemungkinan kalau kamu ingin memiliki pasangan dan memimpikan untuk membangun rumah tangga seperti teman-temanmu yang lain. Apa yang kamu jalani sekarang terasa kurang memuaskan dan kurang membuatmu bahagia.
BACA JUGA: Apa Itu Star Syndrome? Ini 20 Ciri & Cara Mengatasinya
4. Tanda quarter life crisis
Tidak bahagia
A quarter life crisis ditandai oleh beberapa hal dari segi psikis maupun perilaku. Salah satunya adalah merasa tidak bahagia meskipun ada previlige dan achievement yang didapat. Ada rasa mengganjal yang membuat hidupmu terasa tidak hidup karena tidak sreg dengan isi hati.
Mencemaskan masa depan
Masa depan memang harus dipikirkan rencananya sedari dini. Namun apabila kamu terus-terusan memikirkan hal ini namun tak segera menemukan jalan keluar, mungkin kamu memang sedang merasakan krisis menuju dewasa ini.
Merasa minder dengan achievement teman
Rutininas memantau media sosial juga bisa membuat kamu merasa minder dengan teman sebayamu. Bisa saja kamu merasa tidak berharga jika dibandingkan dengan teman-temanmu yang sudah bisa beli ini itu, menikah, dan bahagia dengan kehidupannya ketika kamu belum ada di tahap tersebut.
Kecewa dengan keadaan
Manusia bisa berencana, tapi pada akhirnya Tuhan lah yang mengatur jalannya. Seringkali kamu merasa dunia tidak adil ketika apa yang sudah kamu usahan sedemikian rupa tidak sejalan dengan hasil akhirnya. Tidak apa apabila kamu kecewa dengan keadaan. Fase marah ini bisa menjadi pertanda kalau kamu sedang dalam proses pemulihan dan berdamai dengan realitas tersebut.
BACA JUGA: Mengenal Ciri Kepribadian Introvert dan Cara Mengatasinya
5. Cara mengatasi quarter life crisis
Semakin memahami dan menyayangi diri sendiri
Quarter life crisis terjadi ketika kamu masih belum cukup mengenali diri dan keadaan yang tengah kamu lalui. Untuk bisa “lulus” dari krisis ini, kamu perlu melalui proses untuk semakin mengenal dan menerima diri sendiri. Ketahui apa saja target yang kamu cari, kekurangan apa yang harus diperbaiki, dan kelebihan apa yang perlu ditingkatkan.
Dengan begitu, kamu bisa menyesuaikan proses untuk mencapai goals dengan kemampuan yang dimiliki. Kamu akan secara otomatis berhenti untuk membandingkan diri dengan orang lain dan stop untuk berusaha menyenangkan banyak pihak.
Rencana realistis
Saat masih remaja, kamu dimanjakan dengan berbagai iming-iming utopis. Di fase ini, kamu akan menyadari bahwa rencana realistis tidak akan membuatmu sakit terlalu dalam bila angan-angan mustahilmu tidak bisa terwujud. Kamu bisa mulai untuk membuat rencana jangka pendek dalam kurun waktu lima tahun.
Selain itu, kamu juga perlu memproyeksikan tentang rencana jangka panjang. Aspek yang perlu diperhitungkan adalah tentang pernikahan, investasi, biaya pendidikan anak, dan masa pensiun. Breakdown dan pikirkan baik-baik dan matang. Tak perlu terburu-buru. Semua orang punya timing-nya sendiri.
Siap kehilangan & mencari support system
People come and go adalah hal yang wajar. Yang dulunya sahabat yang ke mana-mana selalu bersama, bisa saja berpisah jalan. Yang dulunya kamu akrab dengan saudara dan orangtua, tak menutup kemungkinan ada perubahan seiring berjalannya waktu. Sudahi krisis ini dengan motto siap untuk kehilangan. Dengan begini, kamu tidak akan dibuat sedih berkepanjangan ketika orang yang berarti untukmu tiada tanpa berpamitan.
Sebagai gantinya, tetaplah membuka hati dan baik kepada setiap orang. Sambutlah orang yang bisa membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik. Jadikan mereka yang selalu setia di sisimu sebagai support system dan berikan timbal balik serupa untuk membuat mereka tetap bertahan.
Detox media sosial
Menjadi saksi kesuksesan orang lain di media sosial bisa menjadi salah satu penyebab seseorang insecure di fase ini. Untuk bisa merdeka dari perasaan tersebut, detox media sosial bisa menjadi salah satu solusinya.
Untuk memulainya, kamu bisa mencoba untuk membatasi waktu untuk berselancar di platform tersebut. Selain itu, kamu punya kuasa untuk unfollow akun orang yang dirasa kurang sefrekuensi denganmu. Tidak perlu sungkan untuk melakukannya dan tidak perlu takut bila ada yang bilang sombong.
Punya panutan yang bisa membimbing
Agar tidak hilang arah, kamu bisa mencari sosok yang motto dan arahannya bisa dijadikan panutan. Selama value yang diberikan bisa membuatmu jadi lebih semangat dan bisa berdamai dengan diri sendiri, tidak ada salahnya, kok.
Sekadar informasi tambahan, ternyata quarter life crisis dalam Islam cukup berbanding terbalik. Ketika krisis seperempat abad ini dialami ketika orang memasuki usia mulai dari 18-30 tahun, dalam ajaran ini justru fase ini sudah dialami ketika seseorang memasuki usia akil balig. Hal ini diharapkan agar ketika “resmi” menjadi dewasa yang ditandai dengan mimpi basah dan menstruasi, seorang individu sudah tahu arah hidupnya.
Terlepas dari pandangan ajaran agama dan realita di lapangan yang terjadi saat ini, hal yang dialami selama quarter life crisis memberikan nilai kehidupan yang bisa membuat seseorang jadi pribadi yang lebih baik di masa depan. Semoga yang diharapkan dan direncanakan bisa memberi hasil akhir yang memuaskanmu, Sedulur!