Ghosting adalah istilah yang mulai populer di beberapa tahun terakhir. Istilah ini merujuk pada sikap yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar saat seseorang sedang menjalani hubungan yang istimewa dengan orang lain. Dengan kata lain, ketika kamu sedang berada dalam tahap PDKT atau hubungan cinta, tiba-tiba pasangan kamu akan pergi begitu saja. Tanpa alasan bahkan penjelasan.
Ghosting adalah bahasa gaul yang cocok menggambarkan kondisi tersebut. Sebab tukang ghosting adalah orang yang mirip seperti hantu, tiba-tiba suka menghilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Dan setelah kepergiannya akan memunculkan rasa takut pada kamu yang ditinggalkan. Ouch!
Jadi, yuk cari tahu tentang arti ghosting dan bagaimana cara menyikapinya!
BACA JUGA: 15 Ide Kado untuk Cowok yang Berkesan & Bikin Senang
Alasan seseorang melakukan ghosting:
1. Tak punya kemampuan menjaga komitmen
Dalam menjalin hubungan, komitmen tentu menjadi hal paling mendasar dan penting yang harus dimiliki oleh dua orang yang sedang menjalin sebuah hubungan. Komitmen penting untuk dimiliki karena akan membuktikan bahwa kamu dan dia bisa menjalani sebuah hubungan dengan baik, saat berada di segala kondisi. Baik kondisi senang maupun sedih. Sebab menjalin sebuah hubungan tak cuma soal bahagia, tapi ada sedih dan rasa sakit yang mungkin harus kamu dan dia lewati. Jika komitmen kuat, maka kamu dan dia bisa tetap menjaga hubungan ini dengan baik.
Berbeda jika salah satu di antara kalian tak memiliki kemampuan untuk menjaga komitmen. Maka ketika hubungan baru diterpa sedikit cobaan, maka salah satu pasti akan memilih pergi dan menghilang tanpa kabar begitu saja.
2. Adanya ketakutan dalam diri sendiri
Ghosting adalah hal yang mungkin paling menunjukkan bahwa seseorang sebenarnya memiliki masalah dengan dirinya sendiri. Mereka yang melakukan ghosting biasanya memiliki ketakutan yang bahkan tak mereka sadari. Ia terlalu pengecut untuk mengambil tindakan atau bahkan sekadar menghadapi kondisi yang ada di depan mata.
3. Tak memiliki kemampuan menghadapi konflik
Adanya ketakutan dalam seseorang yang melakukan ghosting, akhirnya membuat ia menjadi pribadi yang tak memiliki kemampuan dalam menghadapi sebuah konflik. Ketika dihadapkan pada sebuah konflik, tukang ghosting adalah orang pertama yang akan melarikan diri.
Jangankan untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan yang dialami, ia bahkan tak memiliki keberanian untuk menghadapi konflik yang terjadi. Ia terlalu takut dengan konsekuensi yang nantinya akan ia terima. Oleh karena itu, ia merasa lebih baik memilih jalan pintas, yakni kabur.
4. Tak ada alasan lain, dia memang cuma orang yang egois
Terkadang kamu yang menjadi korban ghosting merasa kesalahan ada pada dirimu. Padahal orang yang melakukan ghosting adalah orang yang paling egois. Ia tak pernah sekalipun memikirkan orang lain dan lebih memilih “menyelamatkan” dirinya sendiri ketika sebuah hubungan berada di ujung tanduk.
Jadi ketika menjadi korban ghosting, berhenti menyalahkan diri sendiri. Sebab kamu sudah cukup dengan dirimu sendiri dan tak ada yang salah dengan segala yang kamu miliki. Kalau toh alasan dia meninggalkanmu karena kesalahan yang mungkin tak sengaja kamu perbuat, itu juga bukan alasan untuk pergi begitu saja. Hubungan yang dewasa seharusnya bisa saling berbicara dengan kepala dingin setiap kali masalah datang. Bukan main pergi dan menghilang begitu saja.
Cara menyikapi saat menjadi korban ghosting:
1. Berhenti menyalahkan diri sendiri
Efek ghosting yang mungkin pertama kali akan kamu rasakan adalah memiliki pikiran buruk dengan diri sendiri. Lalu berujung dengan menyalahkan diri sendiri. Kamu akan merasa bahwa kamu tak akan layak dicintai hingga seseorang yang kamu sayang dan percaya meninggalkan kamu begitu saja.
Kamu boleh menikmati rasa sakit itu sesaat setelah ditinggalkan, tapi jangan sampai belarut-larut. Ada saatnya kamu harus segera berhenti menyalahkan diri sendiri. Ketika seseorang memilih pergi meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas atau perbincangan sebelumnya, itu artinya ada yang salah dengan dirinya sendiri. Kesalahan bukan di kamu.
2. Curahkan apa yang mengganjal dalam hati
Ketimbang memendam, lebih baik kamu keluarkan apa saja yang mengganjal di hati. Tentu pastikan kamu memilih orang terdekat dan terpercaya yang bisa mendengarkan ceritamu dengan baik dan tanpa memberikan judgement yang tak perlu.
Setidaknya mencurahkan beban hati dengan orang lain akan meringankan pikiranmu. Tapi sebelum memutuskan bercerita, pastikan kondisi fisik dan mentalmu sudah siap ya.
3. Sadari bahwa dia bukan yang terbaik untuk kamu
Contoh ghosting yang paling menyakitkan adalah saat kamu merasa sangat mencintai seseorang dan percaya bahwa dia akan menjadi yang terakhir, namun kenyataan berkata lain. Antara harapan dan realita yang harus kamu hadapi memiliki gap yang sangat jauh. Merasa depresi dan kesedihan yang luar biasa tentu wajar kamu rasakan. Ghosting artinya adalah kamu berpikir dia tak lagi menghargai keberadaanmu.
Kalau sudah seperti ini, lebih baik segera tanamkan dalam pikiran bahwa dia sama sekali bukan yang terbaik. Kamu berhak mendapatkan orang lain yang lebih baik. Dan bukan dia orangnya. Karena jika dia memang yang terbaik, dia tidak akan meninggalkanmu tanpa kejelasan.
4. Cari kesibukan lain yang lebih menyenangkan
Hal ini mungkin menjadi sesuatu yang klise, namun terkadang saat patah hati, pikiran kamu harus terus dialihkan agar tak terus menerus teringat dengan kesedihan yang terjadi. Berhenti menutup diri hanya karena seseorang meninggalkanmu seenaknya. Buktikan bahwa kamu akan jauh lebih baik tanpa dia di sisimu.
Cari kesibukan lain yang jauh lebih menyenangkan. Buat dirimu jadi semakin sibuk hingga lupa pernah merasakan sakit hati yang luar biasa.
Menjadi korban ghosting memang akan meninggalkan perasaan luka yang begitu mendalam. Apalagi jika hubungan sudah dijalani dalam waktu yang cukup lama. Namun, bukan berarti kamu tak bisa bangkit lagi.
Sementara itu buat kamu yang belum memiliki pengalaman menjadi korban ghosting, ada baiknya mengenal dulu jenis jenis ghosting. Selain ghosting itu sendiri, ada juga yang dinamakan soft ghosting, yakni seseorang yang seakan memberikan isyarat bahwa dia tertarik, padahal tidak sama sekali. Jadi, hati-hati ya!