Menurut WHO, depresi adalah gangguan mental yang paling umum di dunia. Setidaknya mereka mengklaim 3,8% dari total populasi dunia mengidap gangguan tersebut. Depresi bisa menginterupsi kehidupan seseorang dari segi aspek personal maupun profesional. Kondisi ini juga tidak bisa disimplifikasi sebagai perubahan suasana hati semata. Bila dibiarkan dan tidak tertangani, bisa berakibat pada efek fatal seperti menyakiti diri sendiri. Termasuk gangguan depresi mayor.
Depresi terdiri dari beberapa tipe. Antara lain gangguan depresi mayor, depresi psikotik, gangguan bipolar, depresi peripartum, dan lain sebagainya. Kali ini mari kita kenalan dengan depresi mayor yang merupakan salah satu gangguan mental dengan pengidap terbanyak di dunia.
BACA JUGA: Ikigai, Intip Cara Orang Jepang Mengejar Kebahagiaan
1. Definisi gangguan depresi mayor
Melansir National Center for Biotechnology Information, gangguan depresi mayor merupakan penyakit mental yang menyebabkan seseorang memiliki suasana hati yang sangat muram, tidak bersemangat melakukan hal yang menyenangkan, sering merasa bersalah dan tidak berguna, hingga memiliki keinginan untuk menyakiti diri bahkan mengakhiri hidup. Gejalanya mirip dengan gangguan depresi persisten karena gejalanya dirasakan sangat sering.
Namun, seseorang baru akan didiagnosa mengalami depresi persisten bila ia mengalami depresi lebih dari 2 tahun tanpa jeda. Sementara major depressive disorder (MDD) akan kambuh dengan jeda paling sebentar 2 bulan.
2. Gejala gangguan depresi mayor
Tenaga ahli akan mendiagnosa seseorang sebagai pengidap depresi mayor bila memenuhi setidaknya lima di antara sejumlah gejala dan indikator berikut:
- Kehilangan antusiasme pada kegiatan apapun, tidak bersemangat melakukan aktivitas
- Berat badan yang naik atau turun secara drastis
- Perasaan tidak tenang atau gelisah yang tak kunjung hilang
- Beberapa merasa sangat malas dan lelah secara fisik dan psikis
- Merasa bersalah dan tidak berguna
- Sulit berkonsentrasi
- Insomnia atau bahkan keinginan tidur yang berlebih
- Tidak bisa membuat keputusan
- Mudah tersinggung
- Rasa tak enak badan yang tidak bisa diobati dengan medikasi biasa
- Keinginan untuk menyakiti diri sendiri hingga mengakhiri hidup
Seseorang dengan MDD akan merasakan gejala di atas selama 4 hari atau lebih dalam seminggu, hingga ia merasa hidupnya terinterupsi. Kalau diperhatikan, kebanyakan mirip dengan gejala gangguan depresi persisten.
BACA JUGA: Mengenal Gangguan Kecemasan Jenis, Penyebab & Gejalanya
3. Suasana hati yang dirasakan penderita depresi mayor
Melansir WebMD, ada tiga suasana hati yang paling sering dirasakan pengidap MDD saat gangguan tersebut kambuh. Mereka adalah sebagai berikut:
Cemas yaitu saat seseorang merasakan stres dan tak nyaman hampir seharian. Perasaan ini membuatmu tidak bisa berkonsentrasi karena pikiranmu terus memainkan skenario yang tidak mengenakan dan bahkan meyakini bahwa akan ada sesuatu buruk yang terjadi dalam waktu dekat.
Melankoli adalah perasaan sedih yang intens hingga membuatmu malas melakukan aktivitas yang biasanya kamu sukai. Pengidapnya akan merasa tidak enak walaupun ada kebahagiaan di hadapannya. Biasanya suasana hati ini datang di pagi hari dan membuatmu malas makan, tidak bisa tidur, hingga ingin mengakhiri hidup.
Gelisah ditandai dengan pergerakan yang diulang-ulang, tidak bisa duduk tenang, bertindak impulsif, hingga bercakap tanpa henti.
4. Penyebab depresi mayor
Gangguan ini disebabkan oleh faktor genetik dan eksternal. Sebuah penelitian yang dilakukan Saltiel dan Silvershein pada Jurnal Neuropsychiatric Disease and Treatment menemukan bahwa orang dengan depresi mayor memiliki volume hippocampus yang lebih kecil dibanding yang tidak. Hippocampus berperan penting dalam membentuk, mengorganisasi, dan menyimpan memori serta sensasi atau emosi yang dirasakan terkait memori tersebut.
Bagian otak ini juga berperan aktif dalam manajemen stres dan kemampuan mengambil keputusan. Hippocampus pengidap MDD akan mengalami pengurangan saat kondisi klinis tersebut muncul, sehingga mereka menyarankan agar segera dilakukan pengobatan atau terapi untuk menghindari kerusakan organ tersebut.
Faktor eksternal disebutkan dalam National Center for Biotechnology Information sebagai riwayat depresi di keluarga, pengalaman masa lalu, hingga tekanan psikososial. Mayoritas pengidap MDD adalah perempuan dan ini didorong pula oleh faktor hormonal sampai perubahan drastis pasca melahirkan.
BACA JUGA: Panic Attack: Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya
5. Faktor pemicu atau peningkat risiko
Semua orang punya potensi mengalami depresi, tetapi ada beberapa hal yang bisa memicu atau meningkatkan risiko.
- Memiliki anggota keluarga yang didiagnosa mengidap depresi mayor
- Memiliki penyakit kronis atau menahun
- Mengidap demensia atau alzheimer
- Mengidap kecemasan berlebih
- Pernah mengalami hal buruk di masa lalu
- Menggunakan obat-obatan terlarang atau narkotika
Hal-hal di atas berpotensi memicu seseorang untuk memikirkan kematian, tidak bersemangat menjalani hidup, dan merasa tidak berguna.
6. Obat gangguan depresi mayor
Ada dua cara utama mengendalikan dalam proses perawatan gangguan depresi mayor, yaitu psikoterapi dan medikasi. Berikut obat yang diresepkan seorang psikiater untuk pengidap MDD.
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) yang merupakan obat paling sering disarankan. Obat gangguan depresi mayor SSRI bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin dalam otak. Serotonin adalah hormon penyampai pesan yang berfungsi pula memperbaiki suasana hati dengan mengatur emosi dan meredakan rasa cemas.
Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI) adalah obat gangguan depresi mayor antidepresan yang biasanya diberikan pada penderita penyakit komorbid bawaan seperti gangguan kecemasan dan rasa sakit kronis terutama pada syaraf.
Dokter mungkin akan menambahkan beberapa jenis obat antidepresan lainnya. Namun, namanya medikasi pasti tidak lepas dari efek samping. Selama mengonsumsi obat-obat tersebut, pasien bisa merasakan mual, pusing, mulut kering, insomnia, perubahan nafsu makan, hingga reduksi fungsi organ seksual.
7. Psikoterapi untuk menangani
Selain medikasi, pasien juga akan disarankan melakukan psikoterapi, yaitu sesi ngobrol dengan psikiater. Ada dua jenis psikoterapi yang bisa dilakukan.
Cognitive behavioral therapy yang bertujuan untuk membantu pasien menemukan solusi atas masalah yang ia hadapi atau mengganggu kehidupannya dengan memecahnya menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Terapi jenis ini sangat umum dilakukan untuk merawat berbagai gangguan kesehatan mental, termasuk depresi. Di setiap sesi, terapis akan meminta pasien menjabarkan masalah mereka dalam porsi-porsi kecil. Setiap isu akan dikupas tuntas mulai dari perasaan pasien tantang isu tersebut hingga apa yang sudah dan akan ia lakukan.
Interpersonal psychoteraphy untuk penderita depresi mayor yang sudah akut. Di sini, terapis akan bersikap non-netral, sehingga aktif memberikan solusi atas masalah yang dihadapi pasien. Terapi ini fokus pada isu dalam hubungan pasien dengan orang-orang di sekitarnya mulai dari orang tua, pasangan, anak, dan lain sebagainya.
8. Apakah depresi mayor bisa sembuh?
Depresi tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol frekuensi kedatangannya. Seseorang yang pernah mengalami episode depresi, memiliki risiko tinggi untuk kambuh di kemudian hari. Biasanya dalam terapi, terapis akan memberikan trik-trik khusus untuk membantu pasien meredam kedatangan depresi secara mandiri. Pasien juga bisa melakukan beberapa langkah self-care seperti istirahat cukup, menerapkan pola hidup sehat, olahraga, hingga mendekatkan diri dengan orang-orang yang suportif.
Bila Sedulur mengalami atau mengenal orang yang mengidap gangguan mental tertentu. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada ahli. Kadang depresi memang tidak terlihat, bahkan orang terdekat pun bisa melewatkannya, tetapi bila menemukan gejala-gejala depresi pada diri sendiri atau kerabat, segera cari pertolongan dari tenaga medis.