Cetak Saring & Cetak Tinggi: Pengertian, Teknik dan Contohnya

Dalam bidang seni, cetak saring adalah salah satu jenis seni grafis atau seni dua dimensi. Lebih tepatnya pengkategorian tersebut didasarkan bahwa teknik pembuatan seni grafis. Teknik ini sendiri lebih umum dikenal sebagai sablon.

Penggunaan teknik sablon sendiri memiliki banyak manfaat seperti memberikan gambar pada berbagai macam media seperti baju, bendera, tas, dan lain sebagainya. Ingin tahu lebih lanjut mengenai teknik dan contoh cetak saring? Simak informasi selengkapnya berikut ini, ya, Sedulur!

BACA JUGA: Pengertian Seni Grafis Beserta Jenis, Fungsi & Contohnya

Pengertian cetak saring

cetak saring adalah
istock

Sebelum mencari tahu tentang teknik-teknik dalam pencetakan ini, ada baiknya Sedulur memahami mengenai pengertiannya terlebih dahulu. Cetak saring atau screen printing merupakan salah satu jenis seni grafis yang merupakan salah satu jenis karya seni dua dimensi yang dibuat dengan teknik cetak.

Seni grafis sendiri dibagi menjadi empat jenis berdasarkan teknik pembuatannya. Ada teknik cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring. 

Sementara itu, cetak saring adalah seni grafis yang dibuat menggunakan cetakan dari bahan screen atau layar kain yang dilapisi dengan bahan yang peka terhadap cahaya. Pada umumnya, teknik pembuatan seni grafis ini lebih dikenal dengan istilah schablone atau sablon. 

Sejarah teknik cetak saring

sejarah
istock

Dirangkum dari berbagai sumber, teknik cetak mencetak telah ditemukan sejak 105 Masehi. Kala itu, seorang penemu kertas di China, Tsa’ai Lun mengukir sebilah kayu dan memberinya zat warna pada bagian yang timbul. Kemudian ia memindahkan gambar tersebut ke kertas.

Sementara, teknik cetak saring atau sablon pertama kali ditemukan pada era Dinasti Song atau sekitar tahu 960 hingga 1279 M di China. Kala itu teknik sablon digunakan untuk pembuatan topeng khusus. Di sisi lain, sejarah mencatat teknik ini sudah dikenal dan digunakan bangsa Jepang sejak 1664 atau sekitar abad ke-17.

Perkembangan teknik tersebut dilatarbelakangi oleh tingginya harga kimono dengan motif yang ditulis tangan. Yuzenzai Miyasaki dan Zisukeo Mirose kemudian mengembangkan teknik tersebut dengan menyablon beraneka motif kain kimono. Selanjutnya teknik cetak sablon itu mulai merambah ke berbagai negara.

BACA JUGA: Seni Kriya: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Jenis & Contohnya

Alat dan bahan cetak saring

bahan cetak saring
istock

Terdapat sejumlah alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam membuat seni grafis menggunakan teknik cetak sablon ini. Mulai dari meja sablon, screen, hingga emulsi dan cat warna. Berikut informasi selengkapnya.

Alat cetak saring

1. Meja sablon adalah sebuah meja yang memiliki penjepit screen sablon dengan permukaan yang halus, biasanya berupa kaca atau kayu sebagai alasnya.

2. Screen atau layar adalah sebuah media yang berguna mengantarkan tinta sablon ke objek sablon. Screen biasanya berupa kain kasa berbingkai kayu atau aluminium.

3. Meja afdruk adalah sebuah meja dengan bentuk seperti meja pada umumnya tetapi memiliki penampang bagian atas berupa kaca transparan dan dilengkapi dengan meja lampu neon atau lampu UV. Sesuai namanya, meja ini digunakan dalam proses afdruk atau penyinaran film pada screen.

4. Rakel merupakan alat untuk menekan tinta yang terdapat di screen ke atas bahan yang disablon. Rakel juga merupakan peralatan yang utama dalam proses cetak saring atau sablon.

Bahan cetak saring

1. Obat afdruk merupakan sebuah cairan yang digunakan untuk membuat film. Bahan ini biasanya dikenal dengan nama emulsi.

2. Sensitizer adalah bahan campuran untuk obat afdruk yang berperan memindahkan sebuah desain ke screen sablon.

3. Tinta atau cat air termasuk bahan yang sangat penting dalam proses cetak saring. Perlu diketahui bahwa terdapat dua jenis tinta, yaitu tinta berbasis air atau water based ink dan tinta yang berbasis minyak atau oil based ink.

Selain alat dan bahan utama di atas, Sedulur juga memerlukan peralatan penunjang lainnya seperti busa, mangkok atau gelas untuk wadah tinta dan emulsi, hingga alat pengering seperti hair dryer.

BACA JUGA: Apa Itu Karya Seni Montase: Definisi, Fungsi & Teknik Membuat

Proses pembuatan cetak saring

cara membuat
istock

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, cetak saring atau sablon adalah salah satu teknik proses cetak dalam seni grafis yang menggunakan screen berupa kain. Sementara itu, proses pembuatan seni grafis dengan teknik cetak ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan.

Pertama adalah pembuatan klise. Kemudian proses afdruk dan terakhir yaitu proses mencetak. Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Pembuatan klise dalam proses sablon dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu membuat langsung di screen, menggambar manual di kertas, dan mencetak gambar yang dibuat di komputer.

2. Proses afdruk adalah tahap yang kedua yang merupakanpemindahan gambar klise ke atas screen. Secara umum, tahap afdruk terdiri atas lima proses sebagai berikut.

  • Pelapisan yaitu tahap di mana emulsi dicampur dengan sensitizer atau obat afdruk siap pakai. Bahan tersebut kemudian dioleskan pada screen menggunakan pelapis.
  • Pengeringan awal. Pada tahap ini screen dikeringkan menggunakan kipas angin. Perlu diketahui, tahap satu dan dua sebaiknya dilakukan di ruang tertutup.
  • Penyinaran screen di bawah matahari. Screen yang telah kering selanjutnya dilapisi dengan busa hitam di bagian bawah dan letakkan klise di bagian atas screen. Selanjutnya, tutup dengan kaca agar klise menempel rapat pada screen.
  • Pembuatan klise, pada tahap ini Sedulur harus menyempurnakan klise dengan menghilangkan bagian yang bukan termasuk desain yang diinginkan menggunakan penyemprot air.
  • Terakhir, proses pengeringan menggunakan hair dryer ataupun sinar matahari.

3. Proses mencetak adalah langkah yang terakhir dengan meletakkan screen di bawah media yang akan dicetak. Kemudian tuang warna yang diinginkan di atasnya dan ratakan menggunakan rakel. Proses pembuatan seni grafis dengan teknik cetak saring pun selesai.

BACA JUGA: Seni Makrame: Definisi, Teknik Menyimpul & Cara Membuatnya

Contoh seni grafis dengan cetak saring

contoh
istock

Hasil seni grafis menggunakan teknik cetak saring atau sablon dapat dijumpai dalam barang sehari-hari. Berikut beberapa contoh produk hasil cetak sablon.

  • Kaos
  • Tas
  • Celana
  • Banner
  • Spanduk
  • Undangan
  • Batik

Trivia

Berikut adalah beberapa istilah terkait teknik cetak saring yang bisa Sedulur pelajari.

  • Afdruk: proses memindahkan gambar ke screen
  • Hair dryer: alat pengering untuk mengeringkan screen
  • Hand sprayer: alat penyemprot screen setelah proses penyinaran
  • Kodatrace: bahan transparan untuk membuat film diapositif
  • Rakel: karet penyaput pasta warna yang dijepit dengan logam atau kayu
  • Sandye: pewarna pigmen yang digunakan dalam proses cetak saring pada bahan kain atau kaus
  • Screen: kerangka kayu dan monyl atau kain sutera yang digunakan untuk mencetak gambar pada benda yang akan disablon
  • Seni grafis: cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas
  • Ulano 8: bahan untuk menghapus bayangan pada screen
  • Ulano 133: bahan coating atau pelapis yang terdiri atas emulsi dan sensitizer berbahan dasar minyak
  • Ulano TZ: bahan coating atau pelapis yang terdiri atas emulsi dan sensitizer berbahan dasar air

Mengenal cetak tinggi

Cetak tinggi
Pinterest

Selain cetak saring, ada salah satu teknik lagi yang biasa digunakan untuk menyablon yaitu cetak tinggi. Cetak tinggi adalah jenis karya seni grafis yang menggunakan klise dengan bagian-bagian yang menonjol. Dalam proses cetak, bagian yang menonjol itu akan menerima tinta dan menghasilkan gambar utuh. Bagian menonjol yang terkena tinta disebut sebagai bagian positif. Sementara bagian datar disebut sebagai bagian negatif karena tidak menghantarkan tinta.

Endro Sasono dalam buku Teknik Cetak Tinggi dan Cetak Dalam (2013: 25) menulis bahwa cetak tinggi terbagi dalam 2 jenis. Pembagian itu didasarkan pada jenis bahan klise, yakni letterpress dan cetak flekso.

1. Letterpress

Klise letterpress terbuat dari bahan yang keras. Jenis ini disebut juga boekdruck yang bermakna “cetak buku.” Hal ini karena di awal kemunculannya, letterpress hanya digunakan untuk mencetak buku. Pionir letterpress adalah Johannes Gutenberg yang menemukan teknik ini pada tahun 1440. Ketika menemukannya, Gutenberg sedang mengembangkan teknik percetakan buku dengan klise huruf-huruf lepas yang terbuat dari timah.

Letterpress biasanya menggunakan klise dengan berbagai bahan, yaitu timah, cor timah, seng, tembaga, dan plastik. Saat ini, letterpress jarang digunakan dalam proses cetak karena terbuat dari bahan klise yang mahal. Selain itu, mutu produknya terbatas.

2. Cetak flekso

Klise cetak flekso terbuat dari bahan yang lembut dan elastis. Teknik cetak flekso mampu untuk menghasilkan klise dengan tinta kental di bahan-bahan dengan berbagai tingkat penyerapan. Klise dalam cetak flekso terbuat dari bahan polimer dan karet. Pemilihan bahan klise dalam cetak flekso tergantung pada tingkat kesulitan desain. Desain dengan tingkat kesulitan tinggi akan lebih baik jika menggunakan bahan polimer. Hal ini karena dalam proses cetak flekso, bahan polimer melalui proses photopolymer.

Dalam proses photopolymer, bahan cetak akan ditransfer menggunakan media film atau komputer. Karena itu, gambar bisa dicetak dengan banyak detail. Sebaliknya, klise yang berbahan karet akan dibuat dengan cara tradisional, yakni dicungkil. Teknik cetak flekso terus dipakai hingga sekarang karena menghasilkan kualitas yang bagus dan bahan klisenya tergolong murah.

Demikian tadi pembahasan mengenai cetak saring, termasuk terkait sejarah hingga proses pembuatannya. Ternyata teknik yang juga dikenal sebagai sablon itu sudah ditemukan sejak ratusan tahun silam, ya, Sedulur! Apakah kamu juga tertarik untuk mencoba membuat seni grafis dengan teknik sablon?