Kerajaan Ternate: Sejarah, Pendiri, Kejayaan & Peninggalan

Kerajaan Ternate dikenal dengan Kesultanan Ternate atau Kerajaan Gapi. Kerajaan ini merupakan satu di antara empat kerajaan Islam di Kepulauan Maluku yang menjadi salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. 

Kerajaan ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan tentunya menarik untuk diketahui. Kerajaan yang memiliki masa kejayaan pada abad ke-15 ini juga memiliki bukti peninggalan yang masih ada dan bisa dilihat hingga kini. 

Bagaimana sejarah dan informasi lain mengenai Kerajaan Ternate? Simak informasi berikut ini. 

BACA JUGA: Kerajaan Malaka: Sejarah, Pendiri, Letak & Masa Kejayaan

Selayang pandang tentang Kerajaan Ternate

ternate
Kompas.com

Kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang memiliki peran penting di kawasan timur pada abad ke-13 hingga abad ke-19. Pada awalnya, di abad ke-13, terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga) di pulau Ternate yang dulu bernama pulau Gapi.

Adanya hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru untuk mencari rempah–rempah, penduduk Ternate menjadi semakin heterogen. Ada pedagang dari Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa yang mulai bermukim disana. 

Oleh karena letak Kerajaan Ternate yang sangat strategis, perdagangan akhirnya menjadi semakin ramai. Namun adanya ancaman yang sering datang dari para perompak, akhirnya diadakanlah musyawarah untuk membentuk organisasi yang lebih kuat dengan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.

Atas dasar itulah, pada tahun 1257, Momole Ciko yang merupakan pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat menjadi raja pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272), yang hingga kini juga dikenal sebagai pendiri Kerajaan Ternate.

Ternate kemudian mulai berkembang dari sebuah kerajaan kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku. Setelah masuknya Islam, jabatan pemimpin yang awalnya adalah kolano (raja) diubah menjadi sultan.

Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Ternate, jabatan tinggi setelah sultan adalah jogugu (perdana menteri) dan fala raha (penasihat). Selanjutnya ada jabatan-jabatan lain, seperti Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Kapita Lau, Salahakan, Sabua Raha, dan Sangaji.

Raja Kerajaan Ternate

ternate
iNews

Berikut adalah beberapa raja yang pernah menjabat.

  • Masa Pra-Islam 

1257 – 1277 : Ciko atau Baab Mashur Malamo sebagai raja pertama Kerajaan Ternate

1277 – 1284 : Poit atau Kaicil Yamin 

1284 – 1298 : Siale atau Kaicil Kamalu 

1298 – 1304 : Kalabatta atau Kaicil Bakuku 

1304 – 1317 : Komala atau Ngara Malamo 

1317 – 1322 : Patsyaranga Malamo 

1322 – 1331 : Sida Arif Malamo 

1331 – 1332 : Paji Malamo 

1332 – 1343 : Shah Alam 

1343 – 1347 : Tuhu Malamo 

1347 – 1350 : Boheyat atau Kaicil Kie Mabiji 

1357 – 1357 : Ngolo Mahacaya 

1357 – 1359 : Momole 

1359 – 1372 : Gapi Malamo 

1372 – 1377 : Gapi Baguna I 

1377 – 1432 : Kumala Putu 

1432 – 1405 : Gapi Baguna II

  • Masa Islam 

1466 – 1468 : Kolano Marhum 

1486 – 1500 : Sultan Zainal Abidin 

1500 – 1522 : Sultan Bayan Sirullah 

1522 – 1529 : Sultan Deyalo 

1529 – 1532 : Sultan Boheyat 

1532 – 1535 : Sultan Tabariji 

1535 – 1570 : Sultan Khairun Jamil 

1570 – 1583 : Sultan Babullah 

1583 – 1606 : Sultan Saidi Saifuddin 

1606 – 1610 : Sultan Hidayat 

1610 – 1627 : Sultan Mudaffar 

1627 – 1648 : Sultan Hamzah 

1648 – 1672 : Sultan Mandar Syah 

1672 – 1690 : Sultan Sibori 

1690 – 1692 : Kekuasaan Ternate dijalankan para Bobato 

1692 – 1714 : Kaicil Toloko 

1714 – 1751 : Kaicil Raja Laut 

1751 – 1754 : Oud Hoorn 

1754 – 1777 : Sahmardan 

1777 – 1796 : Arunsah 

1796 – 1801 : Sarka atau Sarkan 

1801 – 1807 : Muhammad Yasin 

1807 – 1823 : Sarmole van der Parra 

1823 – 1861 : Muhammad Zain 

1861 – 1876 : Muhammad Arsyad 

1876 – 1900 : Ayanhar II 

1900 – 1902 : Haji Muhammad Ilham 

1902 – 1914 : Haji Muhammad Usman 

1914 – 1927 : Kekuasaan Kesultanan Ternate lowong 

Sejak 1927 : Iskandar Muhammad Jabir Syah

Saat ini, takhta kesultanan dijabat oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah.

BACA JUGA: Kerajaan Banten: Sejarah, Kejayaan, Keruntuhan & Peninggalan

Sejarah Kerajaan Ternate

Berikut adalah urutan sejarah yang menjelaskan Kerajaan Ternate pada masa lampau.

Masa kedatangan Islam

ternate
kebudayaan.kemdikbud

Tidak ada sumber yang jelas mengenai awal kedatangan Islam di Ternate. Namun, menurut perkiraan, Islam mulai datang sejak banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim disana saat ini. Meskipun begitu, dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan sudah mulai memeluk Islam pada pertengahan abad ke-15. 

Kolano Marhum (1465-1486), merupakan raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Sepeninggal Kolano Marhum, puteranya yang bernama Zainal Abidin (1486-1500) mulai mengambil alih kepemimpinan. 

Beberapa langkah yang akhirnya diambil oleh Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan. Selain itu, beliau juga mulai mengakui Islam sebagai agama resmi kerajaan dan mulai memberlakukan syariat Islam. Lebih lanjut, lembaga kerajaan yang mengacu pada hukum Islam juga mulai dibentuk dengan melibatkan para ulama.

Semua langkah tersebut kemudian diikuti oleh kerajaan lain di Maluku. Sultan Zainal Abidin juga mendirikan madrasah pertama di Ternate. Beliau pernah memperdalam ajaran Islam pada Sunan Giri di pulau Jawa dan dikenal sebagai Sultan Bualawa atau Sultan Cengkih.

Masa kedatangan Portugal

ternate
Republika

Setelah kepemimpinan Sultan Zainal Abidin, Ternate semakin berkembang dibawah masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521). Selain diwajibkan berpakaian secara islami, rakyat juga mulai diajari teknik pembuatan perahu dan senjata untuk memperkuat pasukan Ternate. 

Pada masa inilah, orang Eropa pertama bernama Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) datang ke Maluku pada tahun 1506. Setelah itu, pada tahun 1512, Portugal mulai menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan Fransisco Serrao dan atas persetujuan sultan, Portugal kemudian diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate.

Sultan Bayanullah kemudian wafat dan meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia. Permaisuri Nukila selaku istri dan Pangeran Taruwese sebagai adik almarhum sultan  kemudian bertindak sebagai wali. 

Permaisuri Nukila yang berasal dari Tidore kemudian memiliki maksud untuk menyatukan Ternate dan Tidore dibawah satu mahkota, dibawah kepemimpinan salah satu dari kedua puteranya, yakni Pangeran Hidayat (kelak Sultan Dayalu) dan pangeran Abu Hayat (kelak Sultan Abu Hayat II). Namun di sisi lain, pangeran Taruwese juga menginginkan tahta bagi dirinya sendiri.

Mengetahui situasi ini, Portugal masuk dan memanfaatkan kesempatan untuk mengadu domba keduanya hingga pecah perang saudara. Kubu permaisuri Nukila didukung oleh Tidore akhirnya dikalahkan oleh kubu pangeran Taruwese yang didukung Portugal. 

Bukannya memiliki jabatan setelah meraih kemenangan, pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh Portugal. Atas pengaruh Gubernur Portugal yang bertindak sebagai penasihat kerajaan, dewan kerajaan kemudian mengangkat pangeran Tabariji sebagai sultan. 

Ketika Sultan Tabariji mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia akhirnya difitnah dan dibuang ke Goa, India. Di sana, ia dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian dimana harus menjadikan Ternate sebagai kerajaan Katolik dan vasal kerajaan Portugal. Namun, perjanjian itu akhirnya ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun (1534-1570).

Pengusiran bangsa Portugis

ternate
Republika

Perlakuan Portugal yang sadis tersebut kemudian membuat Sultan Khairun geram dan bertekad untuk mengusir mereka dari Maluku. Tak hanya sultan, rakyat juga merasakan kemarahan dan akhirnya berdiri di belakang membela Sultan Khairun. 

Sultan Khairun kemudian mengobarkan perang pengusiran Portugal disaat kedudukan Portugal yang kala itu sudah sangat kuat. Selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku, mereka juga memiliki sekutu–sekutu dari suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. 

Adanya dua kerajaan besar, yakni Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, mereka yang berada di Maluku menjadi kesulitan mendapat bala bantuan. Akhirnya, mereka terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. 

Bukannya segera pergi, Portugal yang dipimpin oleh Gubernur Lopez de Mesquita malah mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya dengan kejam.

BACA JUGA: 10 Kerajaan Islam Pertama di Indonesia Beserta Peninggalannya

Masa kejayaan Kerajaan Ternate

ternate
Tirto.id

Atas dasar pembunuhan Sultan Khairun tersebut, rakyat Ternate semakin kuat untuk mengusir Portugal. Bahkan seluruh Maluku saat itu juga mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583). Semua pos Portugal yang berada di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia mulai digempur. Setelah melakukan peperangan selama 5 tahun, Portugal akhirnya meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. 

Di bawah pimpinan Sultan Baabullah inilah, Ternate mencapai puncak kejayaannya. Bahkan, wilayah kekuasaannya membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.

Sultan Baabullah menjadi raja Kerajaan Ternate yang terkenal dan mendapat julukan penguasa 72 pulau. Oleh karena semua pulau tersebut berpenghuni, Kesultanan Ternate akhirnya menjadi kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu.  

Masa kedatangan Belanda

ternate
Wikipedia

Setelah wafatnya Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah. Pada tahun 1580, Kerajaan Spanyol yang telah bersatu dengan Portugal mencoba menguasai Maluku kembali dengan menyerang Ternate. 

Dengan kekuatan baru, Spanyol kemudian memperkuat kedudukannya di Filipina. Tak mau kalah, Ternate juga menjalin aliansi dengan Mindanao untuk menghalau Spanyol. Namun, usaha Ternate gagal, dan Sultan Said Barakati berhasil ditawan dan dibuang ke Manila.

Oleh karena banyaknya kekalahan yang diderita, Ternate akhirnya meminta bantuan Belanda pada tahun 1603. Meskipun pada akhirnya Ternate berhasil menahan Spanyol, hal itu harus dibayar dengan menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku. Pada tahun 1607, Belanda akhirnya membangun benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama di wilayah Nusantara.

Runtuhnya Kerajaan Ternate

ternate
gurupendidikan

Setelah masa itu, beberapa sultan Ternate berikutnya harus berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Oleh karena kemampuan yang terbatas dan selalu diawasi pergerakannya, mereka pun hanya mampu menyokong perjuangan rakyat secara diam-diam. 

Hingga pada akhirnya, pada tahun 1914, Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) mulai menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah-wilayah kekuasaannya yang dimulai dari wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola. Namun usaha tersebut akhirnya gagal.

Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah, jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Menjelang akhir abad ke-17, Kerajaan Ternate sepenuhnya berada di bawah kendali VOC. Hal itu dinilai sebagai penyebab runtuhnya Kerajaan Ternate, meski kerajaan ini tidak benar-benar hancur.

BACA JUGA: Kerajaan Aceh: Raja, Kejayaan, Keruntuhan & Peninggalannya

Bukti peninggalan

gurupendidikan
discovery malut

Ada banyak bukti peninggalan Ternate yang masih ada hingga kini. Seperti Bahasa Ternate yang digunakan secara luas di Indonesia Timur terutama di pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda-beda.

Tak hanya itu, dua naskah surat sultan Ternate yang dikirim oleh Sultan Abu Hayat II kepada Raja Portugal pada tanggal 27 April dan 8 November 1521 juga diakui sebagai naskah Melayu tertua di dunia dan saat ini masih tersimpan di Museum Lisabon, Portugal.

Peninggalan lain yang bisa kita lihat dari kesultanan ini adalah kompleks pemakaman sultan Ternate, benda-benda peninggalan seperti alat-alat perang, singgasana raja, dan Al Quran yang ditulis tangan oleh raja di Museum Kesultanan Ternate. 

Demikian sejarah serta informasi lain mengenai Kerajaan Ternate yang menjadi bukti sejarah Nusantara. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan Sedulur dalam mempelajari Sejarah Indonesia lebih baik lagi. Selamat belajar!

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.