Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam terbesar yang pernah berdiri di Provinsi Banten Dari tahun 1526, kerajaan Islam ini berdiri selama tiga abad lamanya dan terkenal menguasai jalur pelayaran dan perdagangan. Sebelum abad ke-13, wilayah Banten adalah tempat sepi dan bukan jalur perdagangan, hingga akhirnya penyebaran Islam masuk di wilayah Jawa.
Pada awal abad ke-16, wilayah Banten sendiri masih kental dengan agama Hindu dan merupakan bagian dari wilayah Pajajaran. Saat itu Portugis mendirikan wilayah dagang dan benteng di Sunda Kelapa, hingga pada akhirnya Sultan Trenggono mengutus anaknya, Fatahillah, yang kelak akan diberi gelar Sunan Gunung Jati untuk menaklukkan wilayah Pajajaran hingga akhirnya mendirikan Kerajaan Banten.
Letak Geografis
Letak Kerajaan Banten ada di Provinsi Banten, lebih tepatnya meliputi bagian barat Pulau Jawa, seluruh bagian Lampung, dan sebagian wilayah di bagian selatan Jawa Barat. Letak ini menjadi salah satu alasan mengapa kerajaan ini menguasai jalur pelayaran dan perdagangan yang melewati Selat Sunda, terutama setelah dipimpin oleh sultan yang mampu memaksimalkan potensi tersebut.
BACA JUGA: Kerajaan Kalingga: Sejarah, Raja, Kejayaan & Peninggalannya
Sejarah Kerajaan Banten
Sejarah Kerajaan Banten diawali dengan didirikannya kerajaan oleh Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Meski beliau yang mendirikan, namun raja pertama Kerajaan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin (1552 – 1570), yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati.
Di bawa kepemimpinan beliau, Banten berhasil menaklukkan wilayah Lampung yang kaya akan rempah-rempah. Bahkan Selat Sunda menjadi jalur perdagangan yang populer. Selain itu, pelabuhan yang tadinya sepi menjadi sangat ramai karena dikunjungi oleh para pengusaha kaya atau saudagar-saudagar dari Gujarat, Venesia dan Persia.
Kepemimpinan Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Kepemimpinannya berhasil menundukkan Kerajaan Pajajaran. Kemudian tahta beralih pada putranya, Maulana Muhammad. Berikutnya beralih tahta pada Pangeran Ratu yang dikenal sebagai Abdul Mufakhir. Pada periode ini lah pertama kalinya Belanda mendarat di Banten dengan pimpinan Cornelius de Houtman.
Kemudian silsilah Kerajaan Banten berlanjut, dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651 – 1692) sebagai raja Kerajaan Banten yang membawa pada masa kejayaan. Namun masa itu harus berhenti ketika tahta berpindah tangan pada Sultan Haji (1671 – 1686), yang merupakan putra dari Sultan Ageng Tirtayasa.
Masa kejayaan
Masa kejayaan kerajaan ini berlangsung ketika berada di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Inilah beberapa hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk memajukan kerajaan hingga akhirnya menjadi masa kejayaan kerajaan tersebut.
- Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga menjadi luas ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan.
- Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional. Di sana, menjadi tempat pertemuan pedagang lokal dengan pedagang yang datang dari Eropa.
- Sultan Ageng Tirtayasa memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam.
- Adanya modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur bernama Lucas Cardeel.
- Memperkokoh armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa.
- Sultan Ageng Tirtayasa merupakan sosok yang gigih melawan pendudukan VOC di Indonesia.
Runtuhnya Kerajaan Banten
Apakah Sedulur familiar dengan politik adu domba? Taktik ini dikenal sering melibatkan pengkhianatan dan banyak membuat gugur pemerintahan hingga kerajaan yang mulanya berdiri kokoh. Penyebab keruntuhan Kerajaan Banten salah satunya juga ditengarai oleh politik ini.
Munculnya politik adu domba di tengah masa keemasan kerajaan ini dipicu oleh kegigihan sang sultan melawan VOC. Politik itu dilancarkan melalui Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji. Saat itu, Sultan Haji yang terlibat konflik mau bekerja sama dengan Belanda untuk meruntuhkan kekuasaan ayahnya.
Karena masalah itu, pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga kekuasaannya ia serahkan pada putranya. Dengan itu pula, VOC berhasil menguasai kerajaan. Sejak saat itu, Kesultanan Banten menjadi tidak memiliki kedaulatan dan rakyat semakin menderita.
Keturunan Kerajaan Banten
Keturuan dari Kerajaan Banten beserta dengan pengikutinya pun kabur dan bersembunyi, untuk mencegah ketidakadilan dari penjajah Belanda. Baru setelah Indonesia merdeka, keturunan dari Kerajaan Banten muncul dan menyampaikan tentang silsilahnya. Namun perihal ini juga masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Para ahli sejarah dan ahli ilmu lainnya turut terlibat untuk membuktikan kebenaran tentang keturanan kerajaan Banten ini. Hal ini penting agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan, seperti misal klaim sepihak tanpa didukung dengan bukti yang kuat.
Peninggalan kerajaan Banten
Kerajaan Banten meninggalkan beberapa jejak dengan ciri khas Islami sebagai salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia. Contohnya terdapat bangunan keagamaan berupa Masjid Agung Banten yang terletak di Desa Banten Lama, Kecamatan Kaseman. Masjid ini mudah dikenali karena bentuknya yang unik dengan menara yang mirip mercusuar.
Kemudian ada Istana Keraton Kaibon, merupakan tempat tinggal bunda ratu Aisyah. Beliau ini merupakan ibu dari Sultan Saifudin. Berbeda lagi dengan istana lain yang dinamakan Keraton Surosowan yang menjadi pusat pemerintahan sekaligus tempat tinggal para sultan.
Ada juga Benteng Speelwijk. Benteng ini menjadi bukti penjagaan Kesultanan Banten atas serangan laut sekaligus sering digunakan untuk memantau aktivitas pelayaran kala itu. Bangunan lain juga berdiri seperti Vihara Avalokitesvara yang menjadi bukti adanya toleransi agama, dan meriam Ki Amuk yang ada dalam Benteng Speelwijk.
BACA JUGA: Mengenal Klitih dengan Sejarah, Arti & Asal Usulnya
Sistem pemerintahan Kerajaan Banten
Sistem pemerintahan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kerajaan ini berdiri begitu kokoh pada masanya. Mereka menggunakan agama Islam sebagai pilar berdirinya kerajaan. Pemimpin untuk kerajaan ini memiliki gelar Sultan.
Di bawah Sultan, terdapat gelar Pangeran Ratu, Pangeran Adipati, Pangeran Gusti, dan Pangeran Anom yang dimiliki oleh para pewaris. Kemudian ada gelar Mangkubumi, Kadi, Patih, dan Syahbandar untuk orang-orang yang bekerja di bagian administrasi pemerintahan. Ada pula gelar Tubagus, Ratu, dan Sayyid yang digunakan oleh para bangsawan di kerajaan kala itu.
Wilayah antara Cibanten dan Cikarangantu menjadi pusat pemerintahan kerajaan. Kalau sekarang, lokasi tersebut merupakan Surosowan, Banten Lama, dan Kota Serang. Selain istana, wilayah di sekitar pusat pemerintahan juga dilengkapi dengan alun-alun, pasar, serta didirikannya Masjid Agung Banten yang ada mercusuarnya.
Kerajaan Islam ini dulu pernah dipimpin oleh sultan-sultan ternama yang membawa kerajaan pada masa kejayaan. Diantaranya adalah Sultan Maulana Hasanuddin dan Sultan Ageng Tirtayasa.Dibawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, perekonomian Banten mengalami peningkatan yang signifikan. Terdapat 30– 40 km kanal dibangun menggunakan 16.000 tenaga orang.
Itu dia ulasan mengenai Kerajaan Banten, salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya dalam waktu yang lama di Indonesia. Semoga penjelasan yang singkat tadi bisa menambah wawasan Sedulur, terutama wawasan sejarah. Seperti kata pepatah, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya. Dengan mengetahui sejarah, kita bisa menghormatinya sehingga bisa menjadi bangsa yang besar.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!