Belajar sejarah adalah salah satu cara ampuh mengenal dan memahami sebuah peristiwa atau asal-usul sebuah fenomena. Termasuk dengan mempelajari apa yang dulu pernah terjadi di sebuah kota atau daerah pada masa pra dan pasca kemerdekaan Indonesia. Salah satu yang krusial adalah pertempuran Ambarawa di Jawa Tengah yang cukup tragis.
Apa pemicunya, siapa saja tokoh yang terlibat, dan pelajaran apa yang bisa kita ambil sebagai generasi yang tak harus merasakan dampak langsung perang? Berikut ulasan lengkapnya buat Sedulur semua.
BACA JUGA: Hari Ayah Nasional 12 November, Ini Sejarah & Cara Perayaan
Latar belakang perang Ambarawa
Setiap peristiwa pasti diawali oleh peristiwa sebelumnya yang saling bertautan. Seperti setiap pilihan pasti punya konsekuensinya sendiri. Mengutip Tonny Sumarno, dkk. dalam International Journal of Arts and Social Science tentang analisa Pertempuran Ambarawa dari perspektif strategi perang universal, saat itu pihak Belanda yang diutus oleh sekutu atau AFNEI (Allied Force Netherland East Indies) diwakili oleh Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) datang ke Jawa Tengah termasuk Ambarawa pada 20 Oktober 1945 dengan tujuan awal melucuti senjata tentara Jepang dan membawa mereka yang tersisa untuk ditahan sebagai prisoner of war (POW).
Di awal kedatangan mereka, masyarakat Indonesia menyambut dengan baik. Bahkan gubernur Jawa Tengah saat itu sepakat membantu kelancaran misi NICA dan bersedia membantu kebutuhan logistik mereka. Namun, semua berubah ketika NICA datang ke Ambarawa dan Magelang, tetapi justru membebaskan tentara Belanda yang berhasil ditangkap warga lokal dan Jepang, serta malah mempersenjatai mereka.
Sikap NICA yang tidak konsisten dengan tujuan awalnya ini menimbulkan kecurigaan bahwa Belanda hendak mengambil kembali hak memerintah di Hindia Belanda yang saat itu telah memproklamasikan diri sebagai negara merdeka bernama Indonesia.
Mengapa Ambarawa?
Merujuk buku The British Occupation of Indonesia 1945-1946 tulisan Richard Macmillan, Ambarawa menjadi sasaran kedatangan NICA karena di sanalah terdapat kamp detensi atau internment tentara Belanda yang didirikan oleh Jepang selama ia beroperasi di Indonesia. Ada sekitar 14 ribu tahanan di sana dan kondisi tahanannya memprihatinkan sehingga sekutu menjadikannya prioritas utama untuk dilakukan evakuasi.
Selain itu, menurut Sumarno, dkk. alasan ekonomi juga melatarbelakangi kedatangan NICA ke Ambarawa. Di samping menjemput pasukan mereka, Ambarawa dilihat sebagai lahan yang subur dan menjanjikan karena bisa jadi tempat untuk mengembangkan komoditas yang sedang dicari saat itu, terutama bahan makanan seperti kopi, pala, cengkeh, teh, dan coklat.
Secara geografis, lokasi Ambarawa juga menguntungkan. Udaranya sejuk dan berupa dataran tinggi sehingga mudah bagi mereka untuk mengawasi pergerakan di kawasan lain di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Mereka bermaksud menjadikan Ambarawa sebagai markas militer dan pusat ekonomi selama masa peralihan dari yang mereka sebut status quo pasca kekalahan Jepang di Perang Dunia II ke pemerintahan Hindia Belanda lagi.
Kronologi pertempuran Ambarawa
Ketegangan yang mulai terpupuk karena perilaku NICA, akhirnya tereskalasi menjadi perang di Magelang pada 26 Oktober 1945. Gencatan senjata sempat disepakati pada November, tetapi di tanggal 20 November pertempuran tidak dapat dielakkan lagi. Pertempuran Ambarawa dimulai oleh Belanda dengan memanfaatkan tahanan perang Jepang yang berada di bawah kontrol mereka.
Mereka menganggap bahwa tentara Jepang tahu betul seluk beluk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), baik dari kelemahan dan markas-markas tersembunyi mereka. Mengingat TKR sendiri adalah tentara Indonesia yang dulunya dilatih Jepang lewat program-program pelatihan mereka seperti Heiho, PETA, dan Kaigun.
Strategi tersebut ternyata berhasil, Belanda dan sekutu berhasil menjatuhkan TKR di Temanggung. Namun, TKR dan sukarelawan rakyat Indonesia tidak putus asa. Mereka menggunakan perlawanan non kekerasan, yaitu dengan memutus pasokan logistik makanan dan air minum tentara sekutu. Tujuannya tentu menunda pergerakan sekutu sembari mempersiapkan diri untuk pertempuran berikutnya.
Merujuk tulisan Novirantika, dkk. dalam Jurnal Candi tahun 2021. Di masa ini, TKR bekerjasama dengan organ-organ masyarakat di luar militer melancarkan beberapa strategi. Salah satunya mobilisasi warga dan pemuda untuk ikut bertempur dan merelokasi warga yang tidak bisa berperang. Dapur umum dan tenda medis juga dibangun dengan bantuan sukarelawan dari warga lokal. Mereka juga mengumpulkan armada-armada perang seperti beberapa mobil, meriam, peluru, pistol, dan senjata lainnya yang dicuri dari Jepang dan Belanda sebagai perbekalan.
BACA JUGA: Mengenal Makna Lambang Garuda Pancasila hingga Sejarahnya
Tokoh penting yang terlibat
Ada beberapa tokoh-tokoh pertempuran Ambarawa yang posisinya krusial dalam proses pertempuran. Mereka antara lain Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman dan Kyai Subkhi. Merujuk Sumarno, dkk. Kolonel Sudirman berinisiatif mengatur strategi dengan membagi pasukannya dalam beberapa sektor, yaitu sektor Barat, Timur, dan Selatan guna memecah konsentrasi lawan. Mereka melakukan serangan secara gerilya alias sembunyi-sembunyi. Tahap awal berhasil, dan Kolonel Sudirman pun segera mengubah strategi dengan membagi lagi pasukan tersebut ke sektor-sektor yang belum dijamah, yaitu Sektor Utara.
Sementara, Kyai Subkhi memiliki peran memberikan dukungan moral dan spiritual. Tidak bisa dimungkiri bahwa Indonesia lekat dengan hal-hal spiritual sejak lama. Peran tokoh agama pun jadi penting di masa perang. Selain memberikan dukungan, Kyai Subkhi adalah pencetus digunakannya senjata bambu runcing. Mengingat saat itu, warga Indonesia tidak memiliki perbekalan senjata yang lengkap seperti sekutu dan Jepang.
Tokoh yang gugur sebagai kusuma bangsa pada pertempuran Ambarawa adalah Kolonel Isdiman. Ia adalah pimpinan TKR Jawa Tengah sebelum digantikan oleh Sudirman. Isdiman gugur pada 26 November 1945 karena serangan dari sebuah pesawat tempur.
Selain itu dari pihak sekutu ada Brigadir Bethell yang merupakan utusan sekutu untuk Jawa Tengah dan memimpin operasi pembebasan tawanan perang Belanda serta pelucutan senjata tentara Jepang. Ia sempat melakukan perundingan dengan perwakilan Indonesia dengan berjanji konsisten dengan tugas awal mereka, tetapi mereka sendiri pula yang mengingkarinya.
Puncak peperangan dan taktik Supit Urang
Di tanggal 11 Desember 1945, setelah mendapatkan beberapa progres positif, Kolonel Sudirman mengumpulkan para komandan sektor dan dilakukanlah diskusi serta musyawarah. Disepakatilah bahwa serangan kali ini harus dilakukan dengan cepat dan dilancarkan pada dini hari pasca subuh di tanggal 12 Desember. Serangan tersebut kemudian dinamakan dengan taktik Supit Urang.
Sesuai dengan namanya, supit urang adalah taktik penyerangan dari dua sektor yang bertujuan membuat posisi lawan terjepit dan membuat mereka mengarah ke satu sisi. Di satu sisi ini, TKR dan laskar perlawanan lainnya sudah menunggu untuk melancarkan serangan pamungkas.
Pejuang Indonesia menjepit Belanda dan sekutu dari sisi Barat dan Selatan sehingga menjepit mereka di sektor Utara yaitu jalur antara Ambarawa dan Semarang. Dalam prosesnya, Sudirman memobilisasi TKR di Magelang, Yogyakarta, Semarang, Solo, Salatiga, dan Purwokerto sekaligus. Bila dilihat dari peta pergerakannya, mereka semua memang membentuk formasi seperti udang dengan capitnya.
Hasil pertempuran Ambarawa
Setelah pertempuran selama sekitar empat hari empat malam, TKR berhasil melakukan penetrasi ke Benteng William I yang merupakan satu-satunya markas tersisa dari sekutu. Sebagian dari mereka tidak berhasil selamat, tetapi beberapa berhasil kabur menuju Semarang sebelum TKR masuk. Perang akhirnya berakhir di tanggal 15 Desember dengan kemenangan TKR. Itulah mengapa selain monumen Palagan Ambarawa, benteng tersebut juga dijadikan salah satu situs sejarah penting di Indonesia.
Dampak pertempuran Ambarawa cukup signifikan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kemenangan di Ambarawa mampu melemahkan kekuatan dan pergerakan sekutu di wilayah Indonesia lain. Namun, tak bisa dimungkiri, Indonesia pun harus kehilangan banyak nyawa dari para pejuang baik TKR maupun organ lain di luar militer serta rakyat biasa.
BACA JUGA: 5 Negara Pendiri ASEAN Tahun 1967 dan Sejarah Bedirinya
Trivia
- Lewat kronologi atas, bisa disimpulkan bahwa Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 Oktober sampai 15 Desember 1945.
- Dianggap sebagai perang terbesar karena memakan korban yang tidak sedikit dari pihak Indonesia dan sekutu.
- Tanggal 15 Desember akhirnya diperingati sebagai Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri untuk mengenang jasa pejuang yang dengan gigih melawan penjajah dengan berjalan kaki dan senjata seadanya.
Pelajaran yang bisa dipetik
- Kegigihan yang mengalahkan keterbatasan. Dengan senjata seadanya, mereka tak kenal lelah melakukan perlawanan guna mempertahankan kemerdekaan. Dari keterbatasan justru mereka menemukan taktik-taktik baru yang ternyata ampuh.
- Kerjasama dan gotong royong. Perjuangan mempertahankan kedaulatan negara bukan hanya peran militer, tetapi juga kontribusi seluruh rakyat Indonesia saat itu.
- Demokrasi dan kesetaraan. Saat itu Kolonel Sudirman mendengarkan nasihat dan masukan komandan sektor hingga akhirnya sepakat akan satu strategi. Hal ini penting karena makin banyak ide dan masukan, makin bijak pula keputusan yang diambil.
Pertempuran Ambarawa terjadi karena keserakahan Belanda dan sekutu yang belum rela meninggalkan Indonesia meski telah dilakukan proklamasi kemerdekaan setelah kekosongan kekuasaan pasca kekalahan Jepang di Perang Dunia II. Hal inilah yang kemudian menyulut kemarahan rakyat Indonesia dan akhirnya memicu terjadinya perjuangan dengan kekerasan.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.