Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW, Miliki Makna Menyentuh!

Di bulan September ini, setiap muslim dunia termasuk di Indonesia akan merayakan Hari Raya Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1445 H/2023 M. Bagi Sedulur yang masih bingung dengan perayaan ini, tentu wajib mengetahui bagaimana sejarah Maulid Nabi itu sendiri. Karena dengan memahami sejarah dari momen penting ini, kita bisa menambah ketebalan iman dan informasi tentang perkembangan Islam dari tahun ke tahun.

Untuk itu dalam kesempata kali ini, kita akan bahas bersama bagaimana Sejarah Maulid Nabi beserta dengan makna yang menyentuh kalbu. Seperti apa ulasan lengkap terkait sejarah, makna dan asal usul dari Maulid Nabi itu sendiri? Yuk, mari langsung kita simak penjelasannya di bawah ini!

BACA JUGA: Doa dan Bacaan Maulid Nabi Lengkap Arab, Latin & Terjemahan

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

sejarah maulid nabi
Hindustan Times

Sebagai sebuah perayaan dengan akar peristiwa sejarah, tidak heran jika akan banyak versi terkait sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW sendiri. Terdapat beberapa versi sejarah yang saat ini banyak dipercaya dan diyakini terkait maulid nabi itu sendiri.

Berikut ini beberapa penjelasan versi dari sejarah Maulid Nabi yang perlu Sedulur ketahui. Apa saja? Yuk mari langsung kita simak penjelasannya berikut.

1. Sejarah versi Sultan Al Muzhaffar

Sejarah versi yang pertama menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi diinisiasi oleh Sultan Al Muzhaffar. Beberapa ahli sejarah yang mempercayai teori dan meneliti hal ini lebih lanjut adalah Ibnu Khallikan, Ibnu Kathir, dan Al Hafizh Al Suyuthi. Tentu versi ini juga ada beberapa pakar dan ahli yang mendebat dan menolaknya. Berdasarkan data sejarah yang ditemukan dan menyampaikan alternatif atau versi lain dari Maulid Nabi Muhammad SAW lainnya.

2. Sejarah versi Sultan Salahuddin Al Ayyubi

Versi lain sejarah Maulid Nabi yaitu versi Sultan Salahuddin Al Ayyubi. Terdapat sumber sejarah juga yang mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pertama kali dilakukan oleh Sultan Salahuddin Al Ayyubi. Sultan Salahuddin Al Ayyubi merupakan panglima perang dan pejuang Muslim yang mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di wilayah Mesir, Suriah, Yaman, Irak, Hijaz, serta Palestina. Disinyalir, Sultan Salahuddin Al Ayyubi mengadakan perayaan Maulid Nabi pertama kali untuk membangkitkan semangat umat Muslim yang sedang loyo pada saat membela agamanya di periode Perang Salib.

3. Sejarah versi Dinasti Fatimiyyun

Dari sekian banyak Sejarah Maulid Nabi, versi sejarah yang paling kuat berasal dari versi Dinasti Fatimiyyun. Seorang ahli sejarah Islam yang bernama Al Maqrizi, atau Taqi Al Din Abu Al Abbas Ahmad bin Ali bin Abdul Al Qadir bin Muhammad Al Maqrizi, menjelaskan bahwa pada masa kekhalifahan Fatimiyyun, terdapat banyak perayaan Islam di sepanjang tahun. Contohnya adalah perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, Maulid Nabi, Maulid Ali bin Abi Thalib, Maulid Hasan, malam pertama bulan Rajab, malam penutup Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Muhammad Bakhit Al Muti’i, seorang ulama besar di Mesir, pernah menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Abu Tamim Maad Al Muizz Li Dinillah, seorang khalifah Fatimiyyun. Ia melakukan perayaan tersebut pada sekitar tahun 362 H. Terdapat juga versi lain dari sejarah ini, namun masih tetap pada masa kekhalifahan Fatimiyyun. Asal usul sejarah Maulid Nabi dapat dilihat dari perayaan yang dimulai pada hari-hari awal Islam, sekitar abad ke-11.

Sementara itu, Maulid Nabi dimulai di Mesir dengan Syiah Fatimids, yang merupakan keturunan Ali bin Abi Thalib (imam/khalifah keempat Islam). Maulid ini menarik sejumlah besar umat Muslim yang berkumpul untuk shalat di Masjid Al Azhar. Mereka juga membaca Al Qur’an secara bersama-sama saat merayakan hari kelahiran Rasulullah tersebut.

BACA JUGA: Dalil Al Qur’an dan Hadist Tentang Perayaan Maulid Nabi!

Jejak Maulid Nabi di Indonesia

sejarah maulid nabi
Quranic

Sejarah Maulid Nabi di Indonesia tidak lepas dari sumbangsih para Wali Songo yang membantu penyebaran agama di negara kita ini. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masing-masing Wali tersebut mengadakan acara perayaan.

Misalnya pada masyarakat Jawa, Maulid Nabi dirayakan dengan membaca Mankib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, dan Burdah. Usai membaca Manakib Nabi Muhammad, masyarakat biasanya akan melanjutkan dengan acara menyantap makanan secara bersama-sama, yang disediakan secara gotong royong oleh warga.

Amalan di Hari Maulid Nabi

Sholawat nabi pendek
The Islamic Information

Amalan baik ini perlu dilakukan, sehingga tak hanya mengingat Rasulullah, tapi kita juga terus meneladani ajarannya. Di Indonesia sendiri, ada beberapa tradisi atau amalan yang biasanya dilakukan. Berikut ini beberapa tradisi yang dimaksud.

1. Membaca sholawat Nabi

Perayaan Maulid Nabi tentu harus diisi dengan sholawat yang berisi pujian kepada Rasulullah. Ini bisa menjadi bentuk syukur kita karena Rasulullah telah memberikan teladan yang baik untuk kita hidup selama di dunia. Bentuk bacaan sholawat Nabi sebagaimana yang sering kita baca saat tasyahud akhir ketika salat, yang bisa Sedulur lafalkan yaitu:

  • Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kamma shallaita ‘ala Ibrahim wa’ala aali Ibrahim, innaka Hamidum Majid.
  • Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kamma barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka Hamidum Majid.

2. Melakukan puasa sunnah

Untuk mengisi perayaan Maulid Nabi, Sedulur juga bisa melakukan puasa Senin dan Kamis, dan juga puasa tengah bulan Yaumul Bids, yakni pada tanggal 13, 14, dan 15 Hijriah. Berpuasa pada tanggal-tanggal tersebut diyakini dapat melipatgandakan pahala kita. Makna dan tujuan utamanya yaitu agar kita senantiasa ingat akan Allah SWT. dan Rasulullah SAW. Hal ini yang menjadikan tujuan utama perayaan itu sendiri.

3. Bersedekah

Bersedekah untuk saudara-saudara kita yang kurang mampu, juga bisa menjadi bentuk amalan dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Suka cita perayaan Maulid Nabi semestinya dirasakan oleh seluruh umat Islam. Terlepas seorang muslim tersebut berstatus mampu atau tidak mampu. Dengan berbagi, kita juga bisa lebih meneladani sifat Rasulullah yang dermawan.

4. Memperbanyak amal kebaikan

Senantiasa berusaha untuk melakukan amal yang baik harus dilakukan, terlebih dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Muhasabah diri dan memperbanyak amalan baik penting untuk dilakukan, agar kita senantiasa meneladani ajaran kebaikan yang diberikan oleh Rasulullah SAW.

BACA JUGA: Wajib Tahu! Ini Hikmah Maulid Nabi Beserta Keutamaannya

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW

sejarah maulid nabi
Radar Pekalongan

Sejarah peringatan Maulid Nabi sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Berikut ini tiga teori asal usul perayaan Maulid Nabi. Perayaan Maulid diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang beraliran Syiah Ismailiyah (Rafidhah) pada tahun 362-567 hijriah.

Perayaan Maulid Nabi dilakukan sebagai salah satu perayaan saja. Maulid Nabi berasal dari kalangan ahlus sunnah oleh Gubernur Irbil di wilayah Irak, Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri. Dikisahkan, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya, serta memberikan hidangan, hadiah, hingga sedekah kepada fakir-miskin.

Peringatan Maulid Nabi diadakan pertama kali oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih dengan tujuan untuk meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin, dalam rangka menghadapi Perang salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yarusalem. Sementara itu, sejarah peringatan Maulid Nabi di Indonesia sendiri mulai berkembang di masa Wali Songo atau sekitar tahun 1404 masehi. Peringatan Maulid Nabi dilakukan demi menarik hati masyarakat memeluk agama Islam.

Oleh karenanya, Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga dikenal dengan Gerebeg Mulud karena tradisi masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan cara menggelar upacara nasi gunungan.

Makna Maulid Nabi Muhammad SAW

sejarah maulid nabi
Madinah Media

Makna peringatan Maulid Nabi adalah mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah dari Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu, umat Islam akan memahami bahwa satu-satunya tauladan adalah Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023, Maulid Nabi Muhammad 2023 jatuh pada tanggal 28 September 2023, tepatnya hari Kamis. Hari Maulid Nabi sendiri merupakan tanggal merah yang merupakan hari libur. Bagaimana cara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2023? Tentu Sedulur bisa coba mengamalkan beberapa amalan yang telah dijelaskan di atas sebelumnya.

Demikian tadi ulasan sejarah Maulid Nabi beserta dengan asal usulnya dan tradisi yang dilakukan oleh setiap muslim di dunia, termasuk muslim di Indonesia. Semoga penjelasan di atas membantu Sedulur untuk lebih khusyu dalam merayakan maulid nabi Muhammad.