Candi Brahu Mojokerto: Sejarah, Daya Tarik, Lokasi, dan HTM

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sejarah dengan banyaknya situs kuno dan prasasti yang ditinggalkan dari masa lalu. Menurut Kemendikbudristek, diperkirakan terdapat lebih dari 2.000 candi yang tersebar di Indonesia. Salah satu candi yang cukup unik dan berbeda dari candi lainnya adalah Candi Brahu di Mojokerto, Jawa Timur.

Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di kawasan arkeologi Trowulan, yang diyakini sebagai bekas ibu kota Kerajaan Majapahit. Candi ini menarik perhatian karena ada yang meyakini usianya lebih tua dibandingkan candi-candi lain di sekitar Trowulan, bahkan lebih tua dari Kerajaan Majapahit itu sendiri.

Nama “Brahu” yang dikaitkan dengan candi ini kemungkinan besar berasal dari kata “wanaru” atau “warahu”, yaitu nama bangunan suci dalam prasasti Alasantan, yang juga letaknya tidak jauh dari candi Brahu. Oleh karena itu, “Brahu” berarti bangunan suci. Lalu seperti apa cerita candi ini dan apa saja hal menarik yang bisa ditemukan? Kalau Sedulur ingin berkunjung, simak informasinya berikut.

BACA JUGA: Museum Trowulan Mojokerto: Sejarah, Daya Tarik, dan HTM

Sekilas Tentang Candi Brahu

candi brahu
Unsplash/Septianur Aji

Candi Brahu diyakini pernah digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja pada zaman Mataram kuno, karena adanya lubang di tengah candi. Namun, tidak demikian halnya dengan cerita rakyat lain. Jenazah raja tidak dikremasi di Candi Brahu, melainkan di lokasi lain. Setelah kremasi, abu jenazah dibawa ke Candi Brahu untuk disucikan dan akhirnya dilarung.

Sayangnya, setelah diselidiki lebih lanjut, tidak ditemukan bukti bahwa Candi Brahu digunakan sebagai tempat kremasi jenazah. Asumsi itu mungkin muncul karena Candi Brahu berasal dari kata “Bra” yang berarti brawijaya atau raja dan “Hu” yang berarti abu. Oleh karena itu, Candi Brahu diartikan sebagai “abu raja”. 

Namun ada teori lain yang menyebutkan bahwa candi tersebut ditemukan bersamaan dengan prasasti tembaga Alasantan yang dibuat oleh Raja Mpu Sindok dari Kahuripan sekitar tahun 861 Saka atau tanggal 9 September 939 M. Pada prasasti disebutkan bahwa nama tempat tersebut adalah “waharu” yang artinya tempat suci. Dari sinilah nama Brahu berasal. 

Candi ini juga dipastikan sebagai candi Budha dengan ditemukannya arca Budha pada penggalian awal. Candi Brahu berbeda dengan candi lainnya. Candi ini terbuat dari batu bata dan tidak terdapat relief seperti Candi Borobudur, karena sulitnya membuat relief dengan batu bata.

Keunikan lainnya adalah bentuk bangunannya. Candi menghadap ke barat, mempunyai alas berbentuk persegi panjang berukuran 18 x 22,5 meter, dan tinggi kurang lebih 20 meter.

Sejarah Candi Brahu

Berbeda dengan candi kerajaan lain di Jawa Timur seperti Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Tikus di Malang, yang dibangun sebagai makam raja-raja zaman dulu, Candi Brahu hanya digunakan sebagai tempat sembahyang. Candi ini merupakan salah satu candi yang diyakini dibangun sebelum masa pemerintahan Kerajaan Majapahit dan terletak di reruntuhan Trowulan. 

Candi Brahu sudah ada pada masa Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk, dan candi ini juga sudah ada pada masa pemerintahan Brawijaya I. Oleh karena itu, sejarah Candi Brahu diperkirakan bahwa ini adalah candi pertama yang dibangun di situs bersejarah Trowulan.

Candi ini didirikan oleh Empu Sendok yang merupakan raja sejarah kerajaan Mataram kuno, dan Candi Brahu diperkirakan merupakan salah satu reruntuhan kerajaan Mataram kuno. Hal itu disimpulkan dari sebuah prasasti yang ditemukan 45 meter sebelah barat candi. Dalam prasasti tembaga Alasantan menjelaskan “warahu” atau “wanaru”, adalah bangunan suci untuk upacara keagamaan. 

Prasasti tersebut juga menjelaskan bahwa pembangunan Candi Brahu ini atas perintah dari Empu Sendok, yakni raja dari Kahuripan. Berdasarkan penemuan prasasti yang berasal dari tahun 939 M, sejarah Candi Brahu lebih tua dibandingkan dengan Kerajaan Majapahit.

Dalam sejarah Majapahit, Candi Brahu sebagai bangunan suci untuk tempat peribadatan maupun sembahyang. Hal ini didasarkan pada ditemukannya beberapa barang berbahan logam yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.

Dilihat dari struktur bangunannya, sejarah Candi Brahu merupakan candi kerajaan Budha, dan candi ini mempunyai pagoda yang merupakan ciri khas candi Budha. Tapi bentuk candinya sangat berbeda dengan candi lain di Trowulan. Itulah kenapa Candi Brahu dianggap cukup unik karena punya kekhasan tersendiri.

Arsitektur Candi Brahu

Candi Brahu mempunyai struktur dasar, alas candi, tubuh, dan atap. Ukuran asli Candi Brahu kurang lebih 17 x 17 meter dan kemudian diperluas pada bagian dasar candi. Candi ini juga mempunyai relief yang menggambarkan sekretisme agama Hindu dan Budha.

Namun pada dasarnya struktur utama Candi Brahu hampir sama dengan candi-candi yang ada di Jawa Timur yang mana ciri-cirinya sebagai berikut:

  • Bangunan candi berbentuk ramping
  • Atapnya terdiri dari gabungan tingkat-tingkat
  • Bagian atas atap berbentuk kubus
  • Pintu dan relungnya hanya dipahat pada bagian atas, dan tidak ditemukan makara.
  • Reliefnya tidak terlalu timbul dan menggambarkan sosok-sosok yang mengingatkan pada wayang kulit.
  • Ditemukan di belakang halaman. 
  • Kebanyakan menghadap ke barat.
  • Kebanyakan terbuat dari batu bata merah. Sebab, batu andesit yang digunakan dalam pembangunan candi seperti candi-candi di Jawa Tengah tidak ada.

Untuk detail penjelasan bagian arsitektur dari candi megah ini, Sedulur bisa menyimaknya berikut.

1. Bagian Kaki Candi Brahu

Seperti yang telah dijelaskan di atas, pondasi candi diperkirakan hanya berukuran 17 x 17 meter. Pasalnya, ditemukan susunan batu bata lain di kaki candi. Bagian dasar candi terdiri dari rangka bawah dan rangka atas, dan badan candi berdiri di atas rangka atas. 

Rangkanya terdiri dari sisi genta setengah lingkaran dengan pelipit rata. Bagian dasar candi terdiri dari dua tingkat, di mana tangga memberikan akses ke bagian dalam candi. Selasar tangga sudah runtuh. Candi ini menghadap ke barat.

2. Bagian Tubuh Candi Brahu

Sebagian besar batu di Candi Brahu merupakan hasil pemugaran pemerintah Belanda. Bagian utama candi ini mempunyai banyak sudut, tekukan, dan tumpul. Bagian tengah badan candi sedikit lebih kecil, dan bentuk candi memberikan kesan seperti pinggang. 

Fasad candi sendiri memiliki garis lengkung yang dipertegas dengan pola batunya. Ukuran tubuh utama candi adalah 10 x 10,5 meter dan tinggi candi kurang lebih 9,6 meter. Terdapat ruangan berukuran 4×4 meter di dalam candi. Lantai ruangan Candi Brahu rusak. 

Sisa-sisa arang juga ditemukan di sebuah ruangan dan dibawa ke BATAN, Badan Pusat Penelitian Tenaga Atom Nasional untuk dianalisis. Dari hasil analisis penanggalan karbon menunjukkan bahwa arang tersebut tercipta antara tahun 1410 hingga 1646 Masehi.

3. Bagian Atap Candi

Atap candi ini berbeda dengan candi lain di Trowulan yang umumnya berbentuk prisma atau segi empat bersusun. Candi Brahu bersudut lebih banyak dan bagian atap paling atas bentuknya datar. Cara membangun candi ini dengan merekatkan batu-batu tersebut sehingga berbentuk candi yang presisi dan indah. Atap candi memeiliki tinggi sekitar 6 meter. 

Di bagain sudut tenggara dari atap candi, terdapat hiasan yang sudah rusak yang berbentuk lingkaran yang diperkirakan sebagai sisa–sisa stupa. Dari situlah beberapa ahli menyimpulkan bahwa Candi Brahu merupakan candi yang bercorak Budha.

BACA JUGA: Menilik Kampung Kemasan Gresik, Wisata Kota Tua Bersejarah

Penemuan di Sekitar Candi Brahu

candi brahu
Kemenparekraf/Candi Brahu

Candi Brahu ini dipugar antara tahun 1990 dan 1995. Candi ini juga mempunyai relief yang menggambarkan sinkretisme antara agama Hindu dan Budha. Mewakili kedua agama tersebut, Candi Brahu secara tradisional dipelihara oleh umat Buddha dan Hindu. Candi ini masih digunakan sampai sekarang sebagai tempat sesaji. Biasanya sesaji ditaruh hanya di depan pintu candi. 

Candi-candi lain seperti Candi Gentong, Candi Gedong, dan Candi Tengah juga ditemukan di sekitar Candi Brahu. Candi Gentong hanya berjarak kurang lebih 360 meter dari Candi Brahu. Sedangkan Candi Gedong dan Candi Tengah sudah tidak ada lagi. 

Selain prasasti dan candi-candi di atas, beberapa benda yang berasal dari masa Majapahit atau bahkan lebih awal juga ditemukan di sekitar bangunan candi. Berikut beberapa di antaranya:

  • Empat lempengan prasasti yang diduga dari masa Empu Sendok
  • Enam arca bercorak agama Budha
  • Piring perak dengan tulisan kuno di bagian bawah
  • Perhiasan terbuat dari emas dan perak

Lokasi dan Rute Candi Brahu

Candi Brahu lokasinya beradi di Trowulan, yang diyakini merupakan ibu kota kerajaan Majapahit pada masa lalu. Letaknya di Dusun Bejijong, Desa Bejijong, Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Trowulan, Jawa Timur. Namun candi ini diyakini sudah ada sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit.

Untuk rute menuju Candi Brahu tidaklah sulit. Sedulur bisa melalui Jalan Raya Mojokerto – Jombang. Lalu ada jalan yang tidak terlalu lebar menuju ke utara tepat sebelum Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Timur. lalu ikuti saja jalan tersebut sekitar 1,8 km. Candi Brahu terletak di sisi kanan jalan.

Jam Operasional dan Harga Tiket

Untuk masuk ke area Candi Brahu Sedulur perlu membayar tiket yang murah. Jadi, jangan khawatir karena gak bakal bikin kantong Sedulur jebol. Berikut informasinya sekaligus jam operasionalnya. 

  • Jam Operasional: Buka setiap hari pukul 07.00 WIB–16.00 WIB.
  • Harga Tiket: Rp3.000 per orang
  • Parkir Motor: Rp2.000
  • Parkir Mobil: Rp5.000

Tapi perlu dicatat bahwa harga ini bisa saja berubah sewaktu-waktu, tergantung dari kebijakan pengelola setempat. Tapi informasi ini bisa menjadi rujukan untuk kamu.

Fasilitas di Candi Brahu

Candi Brahu memiliki fasilitas yang lengkap untuk menunjang kegiatan wisatamu. Jadi, akan membuat Sedulur betah dan nyaman selama di sini. Berikut ini beberapa fasilitas yang tersedia:

  • Area parkir luas
  • Pusat informasi
  • Toilet umum
  • Pujasera 
  • Toko oleh-oleh

Daya Tarik Candi Brahu

Desa-desa di sekitar Candi Brahu tersebar di pegunungan dan lembah sungai. Wilayah ini masih sangat jarang penduduknya, dan sebagian besar penduduk yang tinggal di sini adalah bangsawan atau pemuka agama. Bisa dibilang keadaan masyarakat sekitar Candi Brahu kurang lebih sama dengan keadaan ketika Kerajaan Majapahit masih berkembang.

Di Trowulan sendiri, Sedulur bisa berjalan-jalan dan mempelajari sejarah candi-candi yang ada di sini, termasuk sejarah Candi Bajang Ratu dan sejarah patung Budha terbesar di Indonesia. Masyarakat di sekitar Candi Brahu juga sangat religius.

Sistem masyarakat sekitar juga masih mewarisi budaya peninggalan Majapahit dahulu, dan biasanya mempunyai lingkungan keagamaan yang masyarakatnya hidup berkelompok seperti Mandala, Sima, dan Dharama.

Bangunan Candi Brahu terletak di kawasan berumput hijau yang luas dan bersih. Di kawasan ini juga banyak terdapat pepohonan yang memberikan kesejukan udara. Wisatawan dapat duduk bersantai di bangku-bangku yang berada di bawah pepohonan sekitar sambil mengagumi kemegahan candi.

Kegiatan di objek wisata ini sangat menyenangkan Sedulur mulai dari pagi hari. Namun, beberapa wisatawan rela datang ke sini saat fajar untuk menyaksikan matahari terbit. Mereka biasanya duduk di belakang pagar dan menikmati pemandangan.

Selain itu, wisata di tempat ini terutama terfokus pada wisata sejarah. Oleh karena itu, kegiatan utamanya adalah mengamati sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan masa lalu.

Tips Berwisata ke Candi Brahu

Sebelum Sedulur berangkat ke Candi Brahu, ada beberapa hal yang perlu Sedulur perhatikan. Dengan begitu Sedulur bisa berwisata dengan lancar dan nyaman. Berikut ini beberapa tips yang perlu Sedulur tahu.

  • Waktu terbaik ketika datang ke sini adalah pagi dan sore. Saat pagi udara masih terasa sangat sejuk, dan sore tidak terlalu panas dan nyaman buat bersantai.
  • Jangan lupa membawa topi dan tabir surya, terutama ketika Sedulur datang saat siang hari.
  • Pastikan membawa kamera untuk mengabadikan momen Sedulur selama berkeliling di sini.
  • Perhatikan tata krama di sekitar candi karena tempat ini disakralkan.
  • Jangan membuang sampah sembarangan untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Itulah tadi informasi lengkap mengenai Candi Brahu Mojokerto. Kalau Sedulur suka dengan wisata sejarah, lokasi ini sangat cocok untuk menjadi pilihan terbaikmu. Pasalnya, banyak banget informasi tentang kerajaan dan kehidupan pada zaman terdahulu.

Oia, biar suasana jalan-jalan serta menikmati peninggalan sejarah di Candi Brahu makin krezi dan seru, Sedulur bisa menjadikan YumiKrez sebagai perbekalan lho. Cemilan berbentuk net yang Yumi Rasanya Krezi Isinya ini cocok banget jadi teman berwisata bersama keluarga, apalagi dengan isi yang banyak nggak habis-habis.

YumiKrez

Sedulur bisa menemukan Yumikrez dengan mudah karena tersedia di toko kelontong dan juga di SuperApp lho. SuperApp adalah aplikasi yang membantu kulakan sembako dan barang kebutuhan pokok untuk toko atau kebutuhan sehari-hari di rumah jadi mudah. Untuk informasi lebih banyak, Sedulur bisa mengikuti Instagram SuperApp.