Awal kehebohan tanaman penghasil emas
Topik pembahasan tentang tanaman ini menjadi hangat setelah salah satu dosen Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan orasi ilmiah Guru Besar Tetap. Tepatnya pada akhir 2021 lalu.
Prof. Dr. Ir. Hamim, M.Si., dalam orasinya yang berjudul Fisiologi Toleransi Cekaman Logam Berat pada Tumbuhan dan Pemanfaatannya dalam Program Fitoremediasi dan Fitomining mengungkapkan bahwa jenis tanaman yang menghasilkan emas ini merupakan tanaman yang mempunyai mekanisme fisiologis untuk menyerap logam berat pada lokasi sekitar tanaman tersebut tumbuh. Salah satu logam berat tersebut dapat berupa emas.
Seperti yang telah diketahui bersama, emas merupakan salah satu logam berat yang tidak mudah untuk terdegradasi dan dapat berada dalam tanah selama ratusan tahun lamanya. Beliau juga menuturkan bahwa tanaman penghasil emas tersebut dapat berperan sebagai agen pembersih lingkungan dari logam berat yang berbahaya bagi Bumi dan makhluk hidup. Proses pembersihan lingkungan oleh tanaman tersebut dikenal dengan fitoremediasi.
Secara ilmiah, tanaman dengan kemampuan tersebut digolongkan sebagai tanaman hiperakumulator. Logam berat yang diserap oleh jaringan tanaman tersebut dapat mencapai kadar yang cukup besar. Sehingga nantinya tanaman hiperakumulator dapat berfungsi sebagai alat penambangan logam yang bernilai tinggi atau disebut dengan fitomining.
Proses fitomining pun tidak terbatas hanya pada logam seperti emas, namun dapat berupa nikel, perak, platinum, dan juga talium. Untuk melakukan fitomining, tanaman hiperakumulator haruslah berlokasi di wilayah yang kaya akan kandungan logam tinggi, terutama wilayah dengan jenis tanah serpentine dan ultramafic.
Di sekitar kita terdapat beberapa tanaman penghasil emas tersebut. Penasaran apa saja? Berikut pembahasan singkatnya.
BACA JUGA: 18 Tanaman Hias Indoor yang Sehat dan Mudah Dirawat di Rumah