Menjadi seorang single parents memang bukan hal yang mudah untuk dijalani, termasuk bagi Ibu Yuli Rohimah. Wanita berusia 38 tahun ini juga tengah struggle dan berproses untuk bisa tetap memberikan yang terbaik bagi keluarga dan kedua buah hatinya. Kepergian mendiang suami pada awal 2019 lalu membuat dirinya terpukul. Namun, ia tidak diam begitu saja.
Merasa tidak bisa menggantungkan hidup pada keluarganya terus-menerus, Bu Yuli memutar otak untuk mencari pemasukan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia pernah menjual frozen food, salad, dan puding buatan sendiri untuk dijual dan dititipkan di toko orang lain.
Merasa capek harus keliling setiap hari, Bu Yuli mencoba mencari inspirasi bisnis dan nekat memulai bisnis kecil-kecilan dengan menjual es teh di depan rumahnya. Sempat ragu soal keuntungannya, Bu Yuli meyakinkan diri untuk mencoba bisnis rumahan ini. Di toko yang awalnya hanya berupa gerai es teh, lama-lama menjadi toko kelontong yang menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Mulai dari snack, beras, sembako, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Kedua buah hati adalah sumber motivasi
Setiap harinya, Bu Yuli berjualan di toko kelontong yang diberi nama “Maler II”. Nama tersebut diharapkan bisa membawa keberuntungan karena berarti “rezeki yang terus mengalir”. Membuka toko setiap hari sejak pukul 7:00 pagi hingga 9:00 malam tentu saja membuatnya merasa lelah. Belum lagi setiap harinya ia harus melayani pelanggan dan mengangkat barang stok sendirian.
Lelah memang hal lumrah yang dirasa. Kedua anaknya yang duduk di bangku SD pun selalu mengingatkan sang bunda untuk tetap selalu menjaga kesehatan dan rehat sehari dalam seminggu setelah bekerja tiada henti.
Jika ditanya tentang hal yang memotivasinya untuk bekerja keras setiap hari, tentu adalah kedua buah hatinya. Alfathir Neymar Khan (8) dan Khanza Alfatun Nisa (7) adalah tumpuan yang membuat Bu Yuli tetap tegar menghadapi kesulitan. Bu Yuli ingin selalu diingat oleh anak-anaknya sebagai ibu yang tangguh, tegas, dan penyayang.
Ia juga ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan anak-anaknya. Jajanan dan mainan yang diminta anaknya selalu diusahakan dan diwujudkan. Bu Yuli tidak ingin anaknya kelihatan susah di depan teman-temannya. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok ibu yang kuat meskipun sudah tidak ada suami yang menemaninya.
Kesedihan ibarat cambuk untuk tetap semangat
Di mata Bu Yuli, mendiang suaminya adalah sosok yang pekerja keras, penyabar, dan family man. Suaminya sangat menyayangi keluarga dan selalu menjadikan keluarga sebagai prioritas. Tidak disadari, Bu Yuli sering merasa sedih ketika anak-anak membicarakan kenangan tentang ayahnya. Namun, hal itu justru dijadikan sebagai penyemangat bagi dirinya sendiri untuk terus mendidik anak-anaknya menjadi orang yang baik dan berhasil di masa depan.
Sebagai seorang single parents yang merawat dan mengasuh kedua anaknya seorang diri, Bu Yuli punya harapan besar untuk kedua anaknya. Dia ingin kedua buah hatinya sama-sama bisa tetap menjadi pribadi yang kuat. Hal sederhana itu sebenarnya sudah cukup membuatnya sangat bangga sebagai orang tua.
Keseharian yang sibuk tiada henti juga membuat Bu Yuli berterima kasih kepada Aplikasi Super. Pasalnya, kehadiran aplikasi ini bisa membantunya ketika harus menyetok barang dagangan. Tanpa perlu meninggalkan toko kelontongnya, ia bisa memesan barang kapan saja dan barang pesanan pun langsung diantarkan ke toko keesokan harinya. Sangat praktis dan efisien.
Terima kasih kepada para ibu sekaligus super hero yang tak kenal lelah. Jasa dan pengorbananmu tidak akan lekang oleh waktu. Sebagai anak, mari sampaikan apresiasimu kepada Ibu, Mama, Bunda, atau apapun panggilanmu kepada orangtua wanita di hari yang spesial ini. Selamat Hari Ibu!
Untuk menonton kisah lengkap dari Bu Yuli, silakan klik di sini!
View this post on Instagram