Sedulur Super, tidak ada salahnya menyisihkan rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Mari saling menguatkan dan berbagi Sembako untuk Sedulur.
Sedulur Super pasti paham, pandemi seperti saat ini memaksa sebagian orang kehilangan mata pencaharian. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga seluruh dunia pun terkena dampaknya. Pendapatan sehari-hari mereka hilang begitu saja. Sumber penghidupannya jadi berkurang karena sepinya jalanan dan hilangnya keramaian. Mereka yang seharusnya mendapatkan penghasilan, nyatanya harus rela bahkan siap menerima sebuah kepahitan. Tidak akan ada yang tahu nasib seseorang di depan, tak juga mereka. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanyalah berusaha lebih keras, demi memenuhi kebutuhan yang tak terbatas.
Memang tidak mudah melewati masa sulit seperti ini sendirian. Untuk itulah, mari mulai dari kita sendiri untuk membantu meringankan beban sesama yang membutuhkan melalui donasi sembako Sembako untuk Sedulur.
Sembako untuk Sedulur, Apa itu?
Sembako untuk Sedulur merupakan gerakan donasi yang diinisiasi oleh Aplikasi Super untuk membantu sebagian masyarakat di Indonesia yang terkena dampak pandemi, khususnya pedagang kaki lima atau PKL. Mereka adalah salah satu dari ribuan orang yang kehilangan pekerjaan dan sepinya pelanggan karena pandemi ini. Namun, mereka terus berjuang dan bertahan mempertaruhkan nyawa dengan tetap berjualan selama masa pandemi.
Untuk itu, Aplikasi Super ingin mengajak para Sedulur Super membantu para pedagang kaki lima ini. Nantinya, hasil penggalangan dana akan disalurkan pada pedagang kaki lima yang membutuhkan dalam bentuk sembako (beras, minyak, mie instan). Aplikasi Super juga akan menyalurkan bantuan di beberapa titik daerah di Surabaya dan sekitarnya.
Perlu Sedulur Super ketahui, program gerakan donasi sembako Sedulur ini dimulai pada 29 April, lalu untuk penyaluran bantuan sendiri dimulai 2 Mei 2020. Bantuan Sedulur sangat berarti dan berharga bagi mereka, terlebih lagi dalam kondisi seperti ini, yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk mengais rezeki. Lihatlah mereka yang terpaksa mengabaikan himbauan pemerintah untuk di rumah saja hanya demi menyambung nafas, mencari sesuap nasi, dan memastikan keluarganya baik-baik saja dan tidak kelaparan.
Ini Kata Mereka…
“Sudah tidak ada yang naik becak. Mau dapat uang dari mana? Pasar di sini kan ditutup semua. Istri juga baru kena stroke mas, bingung saya untuk makan saja susah apalagi untuk berobat. Anak saya juga barusan cerai dari suaminya. Sekarang terpaksa harus ngais sampah buat cari barang rongsok malam-malam supaya keluarga bisa makan.” -Pak Hasyim, 62 tahun, Tukang Becak.
Begitu kata Pak Hasyim, yang berprofesi sebagai tukang becak ini. Bingung, sedih, dan khawatir, semua perasaan itu bercampur. Namun, beliau harus rela menerima segala kenyataan yang ada. Beliau terus berdoa serta berharap bahwa kondisi ini segera tiada, dengan begitu beliau bisa menarik penumpang seperti sediakala.
“Sebelum ada virus ini (penghasilan) lumayan. Sekarang aduh Mas, nggak tau. Gorengan nggak ada yang beli, setiap hari nyisanya banyak. Dapet uang cuma bisa dari sini Mas, soalnya bapak juga nganggur. Dulu buruh serabutan tapi kan pasar ditutup. Sekarang jualan TV bekas juga nggak jalan.” -Ibu Sumiati, 39 Tahun, Penjual Gorengan.
Sama halnya dengan Ibu Sumiati, seorang penjual gorengan yang juga terkena dampak pandemi. Sang suami, yang kini menjadi pengangguran hanya bisa membantu Ibu Sumiati berjualan gorengan. Entahlah, apa yang harus Ibu Sumiati dan suami lakukan setelah ini. Seakan mereka cemas akan masa depan. Satu hal yang pasti, mereka harus tetap bertahan.
“Sekarang saya pengangguran, cari-cari jahitan setiap hari buat makan. Itu pun tidak seperti dulu, cuma satu dua aja saya dapatnya.” –Ibu Mus, 75 Tahun, Penjahit dan Buruh Cuci
Ibu Mus, seorang penjahit dan buruh cuci, kini beliau juga kehilangan pekerjaannya. Pendapatannya saat pandemi turun drastis dibandingkan sebelumnya. Meski usianya tak lagi muda, Ibu Mus tak pernah menyerah. Beliau tetap mencari pekerjaan yang sekiranya beliau mampu.
“Kalau tidak capek ya saya baru mijat. Sekarang sepi sekali, hampir tidak ada penghasilan sama sekali.” –Ibu Sumira, 74 Tahun, tukang Pijat.
Ibu Sumira, yang berprofesi sebagai tukang pijat. Kini penghasilan ibu Sumira tak lagi seperti dulu, yang mendapat upah lumayan karena tidak pernah sepi pelanggan. Namun, Ibu Sumira tak pernah menyerah. Beliau terus berdoa, agar bisa lekas kembali memijat seperti sediakala.
Bagaimana Sedulur Sedulur bisa membantu?
Terdapat dua jenis donasi yang bisa Sedulur Super pilih yaitu donasi berupa uang maupun paket sembako senilai Rp 100.000.
Gerakan donasi Sembako untuk Sedulur ini berakhir pada 5 Juli 2020. Kesempatan terakhir bagi Sedulur Super yang ingin menyisihkan rezekinya untuk sesama yang membutuhkan, segera donasi sekarang sebelum donasi ditutup, ya!
Aplikasi Super juga tidak lupa mengucapkan terima kasih untuk Sedulur Super yang telah berpartisipasi menyumbangkan sebagian rezekinya. Berkat Sedulur Super, saat ini dana yang terkumpul sebesar Rp. 74.491.050. Terdapat 700 paket sembako yang telah disalurkan dan 750 paket sembako lainnya akan disalurkan di Surabaya pada bulan Juli 2020 ini, dari total 1450 paket sembako. Sedulur Super ingin berbagi seperti Sedulur lainnya? Segera donasi sekarang, ya!
Setelah periode donasi berakhir, Aplikasi Super akan mengadakan press release transparansi dana yang terkumpul serta penyerahan bantuan yang akan didokumentasikan oleh beberapa media.
Informasi lain mengenai donasi Sembako untuk Sedulur lebih lanjut, Sedulur Super bisa mengunjungi website www.sembakountuksedulur.com
Mari saling menguatkan dan berbagi dengan sesama. Uluran tangan kita, sangatlah berarti bagi mereka. Karena kita tahu, berbagi kebahagiaan itu indah.