Semoga kisah kehidupan para Sedulur Super ini bisa menginspirasi kita semua…
Masa sulit seperti saat ini, segala hal jadi sangat berarti. Kehilangan keluarga yang disayang, tidak adanya pendapatan, keuangan yang semakin hari semakin menipis, hingga kelaparan yang melanda. Semua sungguh menyakitkan. Sumber Penghidupannya luluh lantak akibat hilangnya keramaian. Mereka yang seharusnya mendapatkan penghasilan, nyatanya harus rela menerima kepahitan. Takkan ada yang tahu nasib seseorang di depan, tak juga mereka. Yang bisa mereka lakukan hanyalah berusaha lebih keras, demi memenuhi kebutuhan yang tak terbatas. Hidup yang tak menentu seperti ini, membuat mereka berkata dalam hati, “mau makan apa nanti?”. Sungguh ironi, sumber penghasilan mereka telah lenyap begitu saja. Kalau sudah begini, harus berbuat apakah mereka?
Beberapa hari yang lalu, Aplikasi Super berhasil mewawancarai serta sedikit mengulik kehidupan para Sedulur Super di tengah pandemi corona. Seperti apakah kisah mereka? Simak tulisan di bawah ini!
Kehidupan Sedulur Super Bapak Hasyim
“Sudah tidak ada yang naik becak. Mau dapat uang dari mana? Pasar di sini kan ditutup semua. Istri juga baru kena stroke mas, bingung saya untuk makan saja susah apalagi untuk berobat. Anak saya juga barusan cerai dari suaminya. Sekarang terpaksa harus ngais sampah buat cari barang rongsok malam-malam supaya keluarga bisa makan.”
– Pak Hasyim, 62 tahun.
Begitu kata Pak Hasyim, yang berprofesi sebagai tukang becak ini. Bingung, sedih, dan khawatir, semua perasaan itu bercampur. Namun, beliau harus rela menerima segala kenyataan yang ada. Beliau terus berdoa serta berharap bahwa kondisi ini segera tiada, dengan begitu beliau bisa menarik penumpang seperti sediakala.
Kehidupan Sedulur Super Ibu Sumiati
“Sebelum ada virus ini (penghasilan) lumayan. Sekarang aduh Mas, nggak tau. Gorengan nggak ada yang beli, setiap hari nyisanya banyak. Dapet uang cuma bisa dari sini Mas, soalnya bapak juga nganggur. Dulu buruh serabutan tapi kan pasar ditutup. Sekarang jualan TV bekas juga nggak jalan.”
– Ibu Sumiyati, 39 tahun.
Sama halnya dengan Ibu Sumiati, seorang penjual gorengan yang juga terkena dampak pandemi. Sang suami, yang kini menjadi pengangguran hanya bisa membantu Ibu Sumiati berjualan gorengan. Entahlah, apa yang harus Ibu Sumiati dan suami lakukan setelah ini. Seakan mereka cemas akan masa depan. Satu hal yang pasti, mereka harus tetap bertahan. Mereka harap, situasi ini lekas membaik.
Kehidupan Sedulur Super Ibu Sakinah
“Biasanya jualan nasi di pasar, tapi gara-gara corona jadi ditutup. Saya sudah tidak bisa jualan lagi Mas, tidak ada penghasilan sama sekali. Dapat uang dari mana? Makan tempe tahu setiap hari aja buat keluarga sudah cukup.”
– Ibu Sakinah, 40 tahun.
Ibu Sakinah, perempuan hebat yang dulunya berjualan nasi di pasar. Kini beliau tak lagi berpenghasilan. Pasar tempat ia berjualan, telah ditutup karena pandemi ini. Ibu Sakinah mungkin kehilangan mata pencaharian, namun semangatnya takkan goyah. Beliau akan terus berjuang menghidupi keluarganya.
Kehidupan Sedulur Super Ibu Sumira
“Kalau tidak capek ya saya baru mijat. Sekarang sepi sekali, hampir tidak ada penghasilan sama sekali.”
– Ibu Sumira, 74 tahun.
Ibu Sumira, yang berprofesi sebagai tukang pijat. Kini penghasilan ibu Sumira tak lagi seperti dulu, yang mendapat upah lumayan karena tidak pernah sepi pelanggan. Namun, Ibu Sumira tak pernah menyerah. Beliau terus berdoa, agar bisa lekas kembali memijat seperti sediakala.
Itulah tiga dari beberapa kisah Sedulur Super yang menginspirasi. Mereka hanyalah sedikit dari ribuan PKL yang terkena dampak pandemi. Kehilangan penghasilan dan tak ada pemasukan, membuat mereka harus berpikir lebih keras untuk sekadar mencari sebutir beras. Harapan yang telah mereka bangun sejak lama, kini harus runtuh begitu saja. Mereka mungkin tak bisa berbuat banyak, namun kita bisa mengembalikan harapan mereka dengan layak. Satu kebaikan dari Sedulur, akan memberi kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan.
Semoga kisah mereka bisa menggerakkan simpati kita. Bantuan kita, sungguh berarti bagi mereka. Mari saling menguatkan, terus berbagi di masa yang sulit, yang pasti bisa dilewati. Bumi terus berputar, dan hidup akan terus berjalan. Namun, kita takkan bisa berjalan sendirian, karena masih banyak orang yang membutuhkan. Harapan mereka adalah harapan kita juga, bukan?
Masa sulit seperti ini tentu akan segera kita lewati. Untuk itulah, mari saling menguatkan dan berbagi dengan sesama. Uluran tangan kita, sangatlah berarti bagi mereka. Karena kita tahu, berbagi kebahagiaan itu indah.Segera salurkan donasi #SembakoUntukSedulur ke www.sembakountuksedulur.com