Indonesia memang terkenal dengan keberagaman budaya yang berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda. Dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia, salah satu yang paling terkenal adalah Suku Asmat. Tentu saja Sedulur sudah tidak asing lagi kan dengan Suku asal Papua yang satu ini?
Ya, suku yang terkenal pandai dalam membuat ukiran kayu-kayu unik dan indah ini, berasal di Papua dan menjadi suku terbesar di pulau Indonesia paling timur tersebut. Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai Suku Asmat dan berbagai hal menarik di dalamnya. Pastinya Sedulur sudah tidak sabar kan? Untuk itu, langsung saja simak informasi yang akan dijelaskan di bawah ini.
BACA JUGA: Mengenal Keunikan Pakaian Adat Papua yang Tetap Lestari
1. Kehidupan suku asmat
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Suku Asmat berasal dari pulau Papua. Suku ini terkenal karena hasil ukiran kayu yang terkesan indah, unik, dan juga khas. Populasi masyarakat dari suku ini terbagi menjadi dua kategori, yakni masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman hutan dan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai.
Walaupun berasal dari satu suku yang sama, namun kedua kategori dari suku tersebut sangat berbeda, entah itu untuk cara berpikir, pola hidup, struktur sosial, serta kesehariannya. Misalnya saja untuk meta pencaharian, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai pada umumnya bekerja sebagai nelayan. Sedangkan untuk masyarakat pedalaman, lebih banyak yang menjadi petani kebun atau pemburu binatang.
Persamaannya terletak pada ciri fisik, di mana rata-rata penduduk dari Suku Asmat memiliki tinggi kurang lebih 172 cm untuk pria, dan 162 cm untuk wanita. Warna kulit mereka umumnya hitam dan rambutnya keriting. Adanya kesamaan ciri fisik ini dikarenakan suku tersebut memang masih berasal dari satu keturunan dengan warna Polynesia.
Saking luasnya wilayah dari Kabupaten Asmat, membuat jarak antar kecamatan atau bahkan antar kampun menjadi sangat jauh. Terlebih lagi kontur tanah yang berawa, membuat perjalanan yang dilakukan dari satu kampung ke kampung yang lain bisa memakan waktu antara 1 hingga 2 jam dengan berjalan kaki. Suku ini memang sangat terkenal dengan tradisi dan juga keseniannya.
Banyak yang mengenal mereka sebagai pengukur handal dan hal ini sudah diakui secara internasional. Ukiran khas Asmat sendiri memiliki bentuk dan jenis yang sangat beragam. Pada umumnya, ukiran yang dihasilkan oleh mereka menceritakan tentang sesuatu, seperti kehidupan sehari-hari, kisah dari para leluhur, serta rasa cinta mereka pada alam semesta.
Tidak hanya seni ukir saja, namun Suku Asmat juga menyukai nyanyian dan tarian. Biasanya kedua aktivitas tersebut ditampilkan pada saat mereka menghadapi masa panen, menyambut tamu dari luar, hingga ritual untuk menghormati roh para leluhur. Suku ini memang terkenal sangat menghormati leluhur mereka. Ini terlihat dari berbagai tradisi yang dimiliki oleh mereka. Walaupun saat ini kebudayaan modern sudah banyak mempengaruhi kehidupan mereka, namun untuk urusan adat istiadat dan tradisi masih cukup kental dan pastinya sangat sulit untuk dihilangkan.
2. Rumah adat suku asmat
Dalam tradisi masyarakat Asmat, Rumah Bujang atau yang juga disebut sebagai Jew dikenal sebagai rumah adat. Rumah ini adalah bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat di sana.
Jew adalah rumah utama, di mana setiap aktivitas dari masyarakat Asmat dilakukan di rumah tersebut. Saking pentingnya, harus diadakan sebuah upacara khusus pada saat ingin membuat Rumah Bujang. Nama dari Rumah Bujang sendiri diambil dari peraturan di dalamnya, yakni hanya para pria yang belum menikah atau bujang yang dibolehkan untuk tinggal. Namun hal ini dikecualikan pada saat ada acara besar. Sesekali perempuan juga boleh masuk ke dalamnya.
Setiap kampung pasti mempunyai Jew, karena memang rumah tersebut merupakan pusat kehidupan dari Suku Asmat. Perempuan yang berasal dari kalangan masyarakat Asmat hanya boleh masuk ke dalam jika ada ritual atau pesta adat. Bisa dibilang jika Jew ini adalah rumah inisiasi, di mana para pemuda laki-laki yang tinggal akan mendapatkan inisiasi seperti memukul itifa, melatih cara perang, mencari ikan, sampai memahami kisah para leluhur.
Dalam bahasa Asmat, Jew itu memiliki arti spirit atau roh. Maka dari itu, Jew juga dapat diartikan sebagai jiwa atau sukma yang menggerakkan dan menghidupkan kehidupan bersama, jadi setiap kelompok masyarakat tetap bersatu.
Rumah ada Jew ini terbuat dari kayu lokal, rotan, dan juga daun nipah sebagai atap. Kulit kayu loka sendiri digunakan untuk bagian lantai rumah. Biasanya Jew dibuat dengan 7 hingga 10 pintu dengan satu wair ( tungku utama) dan sejumlah tungku lain di sisi kanan dan kiri. Makna dari pintu dan tungku perapian tersebut, menunjukan jumlah keluarga atau marga yang ada di setiap kampung.
Dalam kebudayaan adat masyarakat Asmat, setiap fam atau marga akan ditunjukkan dengan dua pintu dan dua buah tungku perapian. Kemudian di bagian tiang rumah Jew, telah dilengkapi ukiran kepala perang masing-masing kelompok yang sudah meninggal. Penempatan ukiran kepala perang yang sudah meninggal itu, memiliki makna sebagai pedoman bagi masyarakat Asmat dari satu generasi ke generasi yang berikutnya.
Dengan begitu, maka warisan adat istiadat akan tetap mengalir dalam kehidupan masyarakat selamanya. Selain itu, ukiran kepala perang tersebut juga melambangkan warisan tradisi yang harus dilestarikan. Masyarakat Asmat selalu membuat Jew dengan arah menghadap arah matahari terbit maupun sejajar dengan aliran sungai yang ada di daerah tersebut. Sedangkan untuk posisi rumah masyarakat, ada di bagian samping atau belakang Jew. Posisi dari Jew ini, juga menjadi simbol atau penanda lingkaran hidup, kebersamaan hidup, serta cara berkomunikasi masyarakat suku Asmat.
3. Bahasa suku asmat
Menurut para ahli bahasa (Language of the Southern Division), bahasa yang digunakan suku Asmat termasuk kelompok bahasa bagian selatan Papua. Namun tidak hanya satu, ada beberapa bahasa yang digunakan seperti Asmat Bets Mbup, Asmat Sawa, Asmat Sirat, Asmat Safan, dan Asmat Unir Siaru. Berikut ini penjelasan dari beberapa bahasa tersebut.
- Bahasa Asmat Bets Mbup
Ada tiga buah dialek dari Bahasa Asmat Bets Mbup, yakni bahasa Asmat dialek Bets Mbup, bahasa Asmat dialek Simay, serta bahasa Asmat dialek Bismam. Persentase perbedaan dari ketiga dialek tersebut yakni 51% hingga 80%.
Bahasa dialek Bets Mbup ini dituturkan oleh masyarakat Kampung Atsi, Distrik Atsi, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Tidak hanya di kampung itu, bahasa dialek satu ini juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Biwar Laut, Amanam Kay, Omanasep, Yasiu, serta You.
- Bahasa Asmat Sawa
Bahasa Asmat Sawa adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Sawa, Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Wilayah untuk penututuran bahasa Asmat yang satu ini berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Asmat Yamas di sebelah barat, bahasa Asmat Tomor di sebelah timur, bahasa Asmat Sawa di sebelah selatan, dan bahasa Asmat Buagani di sebelah utara.
- Bahasa Asmat Safan
Bahasa Asmat Safan atau Asmat Pantai dituturkan oleh etnik Asmat Safan di Kampung Aworket, Distrik Safan, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Masyarakat yang berdomisili di Kampung Primapun untuk bagian barat, Kampung Emene untuk bagian timur, Kampung Aworket di bagian selatan, dan di sebelah utara Kampung Kampung Saman.
- Bahasa Asmat Sirat
Bahasa Asmat Sirat dituturkan oleh masyarakat Kampung Yaosakor, Distrik Sirets, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Asmat Sirat ini juga digunakan pada masyarakat Kampung Awok, Kaimo, Pos, Waganu I, Pepera, Waganu II, Karpis, dan Jinak. Di bagian timur yakni Kampung Amborep menuturkan dialek Simay, di bagian barat yakni Kampung Biwar Laut menuturkan dialek Bets Mbup, serta di baguan utara yakni Kampung Kaimo menuturkan bahasa Asmat Sirat.
- Bahasa Asmat Unir
Yang terakhir adalah Bahasa Asmat Unir Sirau yang dituturkan oleh suku asmat berasal dari Kampung Paar, Distrik Unir Sirau, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Masyarakat Kampung Birip, Komor, Amor, Tomor, Munu, Sagapo, Warer, Tii, Koba, Abamu, serta Jipawer juga menuturkan bahasa ini. Di sebelah barat Kampung Paar yakni Kampung Erma Menuturkan bahasa Asmat Kenok, dan sebelah selatan yakni Kampung Yufri menuturkan bahasa Asmat Joirat Intan.
4. Pakaian suku asmat
Tidak hanya terkenal dengan ukirannya, suku Asmat juga mempunyai pakaian adat tersendiri. Semua bahan untuk membuat pakaian tersebut, diambil secara langsung dari alam. Ini adalah salah satu bentuk representatif akan kedekatan suku Asmat dengan alam di sekitarnya. Selain bahan, desain dari pakaian tradisional masyarakat Asmat pun juga menjadikan alam sebagai inspirasi.
Sebagai lambang kejantanan, pakaian adat untuk kamu laki-laki dibuat menyerupai burung atau binatang lainnya. Sedangkan untuk rok dan penutup dada bagi kaum perempuan, dibuat dengan menggunakan daun sagu. Sehingga jika dilihat secara sekilas, maka bentuknya akan menyerupai keindahan dari bulu burung kasuari. Kemudian untuk bagian penutup kepala juga dibuat dari daun sagu dan bulu burung kasuari untuk bagian samping. Itu semua seolah menunjukkan kedekatan antara masyarakat Asmat dengan kekayaan alam yang dimilikinya.
BACA JUGA: Teknik Pembuatan Gerabah: Pengertian, Fungsi, Alat & Bahan
5. Budaya suku asmat
Papua juga mempunyai alat musik daerah yang khas bernama TIfa. Bentuk dari Tifa ini cukup mirip dengan gendang, dan merupakan alat musik khas dari daerah Papua dan Maluku. Alat musik yang satu ini dibuat dari kayu, dan bagian tengahnya dibuat lubang dengan penutup menggunakan kulit rusa.
Hal ini dimaksudkan agar bunyi yang dihasilkan terdengar sangat indah. Biasanya alat musik ini digunakan untuk acara-acara khusus, seperti upacara adat untuk mengiringi tari-tarian peperangan. Seperti sebuah genderang, bunyi dari Tifa ini digunakan untuk mengobarkan semangat masyarakat ketika hendak berangkat ke medan pertempuran.
Seperti halnya pada suku-suku di pulau Papua yang lain, Suku Asmat berasal dari provinsi Papua Barat ini juga mempunyai senjata trandisonalnya sendiri. Senjata tradisional dari suku Asmat ini adalah kapak batu yang dibuat dari batu hijau, yang mampu menampilkan kesan artistik. Panjang dari kapak ini sekitar 45 cm dengan panjang bilah batu kurang lebih 20 cm, dan mempunyai berat 1 kg.
Walaupun jika dibandingkan dengan kebanyakan kapak ukurannya lebih kecil, namun kapak yang satu ini sangat kuat dan menjadi salah satu benda yang sangat berharga. Pada umumnya, masyarakat Asmat menggunakan kapak batu tersebut untuk berbagai aktivitas harian seperti menebang pohon dan juga membantu mereka dalam proses pembuatan sagu.
Bagi suku Asmat sendiri, kapak batu tidak sekedar sebuah senjata biasa. Tetapi juga barang yang tergolong mewah. Hal ini karena kapak tersebut dibuat dari batu nefrit yang cukup langka, dan cara Pembuatannya yang rumit.
BACA JUGA: 25+ Nama Tari Tradisional Indonesia Terpopuler dan Asalnya
6. Seni ukir dan patung suku asmat
Seperti yang telah diketahui, jika ukiran Adalah kesenian yang paling terkenal dari suku Asmat. Tidak hanya terkenal di Indonesia saja, namun ukuran dari Suku Asmat ini juga terkenal di kalangan turis-turis asing. Polanya yang unik dan bersifat naturalis, merupakan ciri khas seni ukir yang dibuat oleh masyarakat Asmat. Jika dilihat dari segi model, ukiran yang dibuat Suku ini sangat beragam. Mulai dari patung manusia, panel, perahu, tifa, perisai, telur kaswari hingga ukiran pada tiang.
Pola ukuran yang dibuat oleh Suku Asmat, biasanya diadopsi dari pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari mereka seperti perahu binatang, pohon, orang berperahu, berburu dan masih banyak lagi. Mengukir adalah sebuah tradisi atau ritual yang erat kaitannya dengan spiritualitas hidup dalam suku terkenal di Papua tersebut. Di mana kebanyakan masyarakat mereka masih menganut paham kepercayaan dinamisme.
Tidak hanya sekedar mengukir, namun mereka juga mengekspresikan gambar dalam kehidupan spiritual masyarakat Asmat sendiri. Ada 12 sub etnis dalam masyarakat Asmat, dan masing-masing karya seni setiap etnis memiliki ciri khas masing-masing. Begitupun juga dengan kayu yang digunakan dalam proses pengukiran. Ada sub etnis yang ukiran perisai atau salawaku menonjol, ada yang ukiran patungnya menonjol, dan ada pula yang mengukir pada peralatan perang atau hiasan dinding.
Lewat ulasan di atas, kini Sedulur sudah mengenal lebih dekat akan suku Asmat yang satu ini ‘kan? Kekayaan budayanya yang indah menjadikan suku Asmat sebagai salah satu suku istimewa di Indonesia. Mulai dari keseniannya, hingga pakaian adatnya sangat menarik untuk dikenali lebih dekat. Bukankah Indonesia yang kaya akan keragaman ini begitu indah?