Playing victim adalah tindakan yang menyebalkan dan seringkali merugikan kita. Sedulur harus mengenali ciri-cirinya di bawah ini.
Playing victim adalah tindakan dari seseorang yang bersalah namun seseorang tersebut memainkan peran sebagai korban dan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Kebiasaan ini dapat merusak kesehatan mental lingkaran pertemanan dan keluarga. Sungguh merupakan perilaku yang tidak terpuji,
Segala hal terkait playing victim diulas habis-habisan pada artikel ini. Terutama ciri-ciri dan cara mengatasinya. Hal ini bertujuan agar Sedulur dapat menghindari lingkungan yang membuat kesehatan mental terganggu. Untuk memulai pembahasan mari kita mulai pembahasan dengan pengertian hingga penyebab playing victim terlebih dahulu.
Apa itu playing victim?
Secara harfiah jika diterjemahkan, playing victim adalah tingkah laku yang dimainkan sebagai korban. Biasanya seseorang yang playing victim tidak ingin disalahkan dan bertindak seolah sebagai korban. Atau juga karena ia tidak bisa membedakan siapa yang bersalah dan siapa yang menjadi korbannya.
Kejadian yang umum terjadi adalah playing victim dalam hubungan, terutama hubungan asmara. Siapapun bisa saja menjadi playing victim bahkan mungkin pernah melakukannya tanpa menyadarinya. Hal ini tidak ada kaitannya dengan gen, lingkungan, hingga zodiak.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pelaku playing victim terhindar dari tuduhan dan mendapatkan simpati dari orang-orang sekitar. Berikut ini beberapa ciri-ciri yang harus Sedulur kendali, belajar dari contoh playing victim adalah hal yang paling tepat untuk mempelajarinya.
Baca Juga: Kenali Apa Itu Toxic Relationship Serta Tanda & Cara Atasinya
Ciri dan Tanda Playing Victim
1. Merasa lemah
Ciri pertama dari orang berzodiak playing victim adalah merasa lemah. Kelemahan tersebut dimanfaatkan untuk mengubah situasi yang ada. Kebiasaan merasa lemah ini juga ditunjukan sebagai bukti bahwa pelaku seorang yang lemah tidak mungkin membuat sebuah kesalahan.
Selain merasa lemah, biasanya mereka mengasihani diri sendiri. Sebagai seorang yang lemah dan dituduh sebagai pelaku yang bersalah. Narasi mengasihi diri sendiri terus mereka ulang untuk meyakinkan bahwa pelaku tidak bersalah dan bahkan seorang yang lemah.
2. Memanipulasi orang lain
Manipulatif playing victim adalah istilah yang merujuk kepada tingkah laku pelaku yang sering memanupulasi beberapa hal. Pelaku biasanya selalu menampilkan diri sebagai orang yang tidak berdaya, sebagai usaha untuk memanipulasi lingkungan sekitar dengan tujuan untuk mendapatkan simpati dan dukungan. Pelaku juga seringkali dapat membuat orang lain merasa bersalah atas suatu hal yang pernah diperbuatnya.
Kebiasaan memanipulasi orang lain ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental lingkarang pertemanan pelaku playing victim. Playing victim merupakan kebiasaan yang berdampak buruk dan bisa menimbulkan efek domino bagi kesehatan mental lingkungan sekitar. Perilaku seperti ini patut dihindari dengan mempelajari bagaimana ciri-ciri dan gejala seseorang yang berkemungkinan untuk melakukan playing victim.
3. Menyalahkan apapun kecuali diri sendiri
Kebiasaan toxic playing victim adalah menyalahkan apapun yang ada di sekitarnya kecuali dirinya sendiri. Ketika ada permasalahan, orang yang biasa playing victim akan menyalahkan faktor eksternal atau kondisi yang ada di luar dirinya sebagai penyebab masalah. Padahal, dirinya sendiri bisa jadi penyebab masalah.
Namun, pelaku selalu berasa tidak bersalah dan selalu orang lain yang menjadi permasalahan. Kita bisa mengambil contoh seseorang yang memiliki hubungan percintaan yang buruk di masa lalu. Ia merasa hubungan tersebut menganggu kehidupannya. Mereka tidak akan pernah melakukan refleksi diri untuk mendapatkan ketenangan.
Hal yang akan mereka lakukan adalah menyalahkan kejadian di masa lalu tersebut karena pihak lain di luar dirinya yang menyebabkan diri seperti itu. Padahal, bisa saja kita memperbaiki diri agar bisa mendapatkan ketenangan. Karena bisa jadi kita yang menjadi penyebab masalah. Para pelaku playing victim tidak akan pernah merasa bersalah, adapun mereka selalu menjadi korban.
4. Seringkali terlibat drama hidup
Penyebab playing victim seringkali muncul akibat tidak ingin disalahkan meskipun jelas seseorang tersebut adalah pelakukanya. Pelaku playing victim juga seringkali membuat berbagai drama dalam kehidupan. Drama tersebut tentu saja rekayasa dan diciptakan untuk tujuan memanipulasi orang di sekitarnya.
Drama yang diciptakan akan berisi narasi tentang bagaimana pelaku playing victim tidak berdaya dan dirugikan. Narasi lainnya yang lebih umum biasanya seperti bahwa pelaku telah dikhianati, disakiti, hingga dikucilkan. Tujuannya untuk mendapatkan simpati orang banyak agar pelaku playing victim bisa terhindar dari tuduhan sebagai dalang utama. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk pada lingkarang pertemanan.
5. Sering menghindari tanggung jawab
Penyebab playing victim bisa dikenali sedari awal ketika seseorang mulai menghindari tanggung jawabnya. Ia seringkali melemparkan yang menjadi tanggung jawabnya kepada orang lain. Tindakan ini mungkin seringkali kita temui sejak di bangku sekolah, kuliah, hingga pekerjaan.
Jika Sedulur menemukan ada teman atau sahabat yang begitu, maka kemungkinan besar seseorang tersebut bisa memainkan peran sebagai korban dalam masalah di masa depan. Padahal, pada dasarnya mereka adalah pelaku utama. Sudah jelas bahwa tindakan ini sangat merugikan. Maka dari itu, banyak kampanye untuk mencegah dengan slogan stop playing victim yang artinya berhenti memainkan peran sebagai korban.
6. Memperkeruh masalah, tidak mencari solusi
Ciri orang playing victim yang terakhir adalah seringkali memperkeruh masalah. Masalah selalu diperkeruh dan berkutat pada hal-hal tersebut. Bukannya mencari solusi, mereka selalu menghindar untuk sampai pada solusi. Karena dengan begitu, kebenaran yang ditutupi akan terungkap. Sedangkan para pelaku berusaha untuk menutupi masalah dan playing victim.
Playing victim adalah tindakan yang tidak terpuji dan bisa merugikan orang lain. Kita perlu melakukan beberapa hal sebagai tindakan agar terhindar menjadi korban. Terdapat beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi orang playing victim. Sedulur bisa simak ulasannya di bawah ini.
Baca Juga: Kenali Apa Itu Body Shaming: Definisi & Dampak bagi Kesehatan
Cara Mengatasi Orang Playing Victim
Tidak mudah memang menghadapi seseorang yang sering bermain menjadi korban. Alih-alih sebagai pelaku utama, pelaku sering kali berkelit dan memanipuasi sekitar agar percaya bahwa pelaku juga adalah korban. Untuk menghindari hal tersebut, terdapat beberapa cara menghadapi orang playing victim, berikut langkahnya:
1. Langsung bertindak tanpa berdebat
Langsung bertindak begitu curiga, beritahu terkait sikapnya yang menganggu dan berbelit. Tegaskan untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas kesalahannya. Selain itu, Jangan berdebat dan tidak memberikan perhatian berlebih kepada pelaku playing victim. Dengan berdebat dan meladeninya, pelaku akan merasa telah mengendalikan sesuatu.
2. Atur emosi & menjaga jarak
Jangan terjebak dengan drama yang dibuat oleh pelaku. Atur emosi, jernihkan pikiran dan hindari segala interaksi dengan pelaku. Salah satu kepiawaiannya yaitu memutarbalikkan fakta.
Jauhi orang yang berpotensi menjadi playing victim. Jaga jarak, dan kurangi interaksi. Jika masih sebatas dugaan, belum ada bukti kuat, kita bisa menjaga jarak saja. Namun, jika sudah terbukti, kita harus benar-benar tegas menjaga jarak dan komunikasi.
Sekian penjelasan terkait playing victim. Playing victim adalah tindakan yang tidak terpuji, jauh dari tanggung jawab dan tidak bermartabat. Agar bisa mendapatkan lingkungan sosial yang menyehatkan mental, sudah sepatutnya kita menghindari orang-orang yang berperilaku seperti itu. Fokus pada diri sendiri, belajar untuk mencintai diri sendiri dan menjaga kesehatan mental dan kesehatan tubuh diri sendiri.
Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik kita adalah konsumsi makanan bergizi secara teratur. Sedulur bisa mulai mengkonsumsi makanan bergizi secara teratur, dengan pertimbangan kandungan di dalamnya. Jangan khawatir untuk persoalan stok dan persediaan, Sedulur bisa membelinya di Aplikasi Super. Tersedia lengkap bahan kebutuhan makanan di Aplikasi Super. Sedulur bisa klik di sini untuk download Aplikasi Super.