Ponorogo mempunyai banyak kesenian daerah, salah satu yang paling terkenal adalah reog. Kesenian reog merupakan rangkaian tari yang terdiri dari tari pembuka dan tarian inti. Kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Ponorogo juga dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat masyarakat Jawa Tengah. Kebudayaan masyarakat Ponorogo antara lain adalah Grebeg Suro, Larung Risalah Doa, dan Kirab Pusaka.
Namun kota ini tidak hanya terkenal dengan tradisi Reog dan budayanya yang kental, namun juga sebagai memiliki tempat wisata religi yang kaya akan nilai sejarah dan spiritual. Beberapa di antaranya adalah situs bersejarah seperti makam bersejarah dan masjid kuno.
Ke Ponorogo tidak hanya ke destinasi wisata alam yang indah dan sejuk. Sedulur juga bisa datang ke wisata religi Ponorogo yang bisa menambah wawasan keagamaan. Sedulur bisa memperluas pengalaman spiritual dan pengetahuan dengan mengikuti wisata religi ini. Berikut ini beberapa destinasi wisata religi Ponorogo yang perlu Sedulur sambangi.
BACA JUGA: Fakta dan Sejarah Menarik Museum Sunan Giri Sidoarjo
1. Masjid Tegalsari
Masjid kuno peninggalan Kyai Ageng Muhammad Besari ini terletak di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo. Masjid ini dibangun sekitar abad ke-17 oleh Ki Ageng Hasan Besari. Ada kitab berusia 400 tahun dalam masjid ini. Kyai Ageng Muhammad Besari merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari Siti Fatimah putra Baginda Kusen.
Masjid kuno ini terletak 12 kilometer tenggara kota Ponorogo. Luas masjid dan pesantrennya kurang lebih 4.500 meter persegi. Tembok yang mengelilingi kompleks masjid menjulang tinggi di sekelilingnya. Ketinggian tembok kurang lebih 11 meter.
Masjid ini terdaftar sebagai cagar budaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Republik Indonesia Tahun 1992. Kyai Ageng Muhammad Besari adalah seorang ulama kharismatik yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Ponorogo dan sekitarnya.
Arsitektur Masjid Tegalsari juga unik. Di dalam masjid terdapat 36 tiang penyangga jati kokoh tanpa paku. Semua kayu jati diperkuat dengan pasak kayu. Selain itu, kubah masjid terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) dan masih mempertahankan keasliannya hingga saat ini.
Bangunan masjid beratap tiga di sebelah barat. Terdapat 4 saka guru, 12 saka rawa, dan 24 saka pinggir sebagai penyangga atap tajug yang akan dipasang menggunakan sistem ceblokan. Saat ini kayu penyangga masih dalam kondisi baik.
Mimbarnya mulai rusak karena termakan usia. Sekarang terdapat mimbar kayu berukir yang merupakan replika dari mimbar aslinya. Kemudian di sebelah timur terdapat pendopo beratap limas khas Jawa. Berbeda dengan bangunan baru di sisi timur yang beratap kubah metal. Dan di depan masjid terdapat rumah Kyai Ageng Besari. Rumah ini masih terawat baik dan digunakan sebagai tempat wisata religi.
- Lokasi: Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
- Harga tiket masuk: Gratis
- Jam operasional: 24 jam
2. Makam Bathoro Katong
Bagi masyarakat Ponorogo, nama Raden Katong yang saat itu biasa dikenal dengan Bathoro Katong lebih dari sekadar tokoh sejarah. Hal ini terjadi terutama di kalangan pelajar yang meyakini bahwa Bathoro Katong adalah penguasa pertama Ponorogo dan pelopor penyebaran Islam di Ponorogo.
Untuk memasuki makam Bathoro Katong harus melewati tujuh pintu gapura. Sebelumnya, banyak orang yang harus keluar dari mobilnya di gapura 1 jika ingin melewatinya. Namun hal ini tidak lagi terjadi dan semua kendaraan berhenti atau turun begitu saja ketika mencapai gerbang 3 dari depan.
Gapura 1 dan 2 jaraknya kurang lebih 400 meter. Begitu pula dari gapura nomor 2 ke nomor 3. Gapura 3 dan 4 berjarak kurang lebih 50 meter. Panjang dari gapura 4 ke 5 kurang lebih 20 meter, dari gapura 5 ke 6 kurang lebih 25 meter, dan dari gapura 6 ke 7 kurang lebih 25 meter. Terdapat tujuh gapura masuk yang melambangkan lapisan langit yang digambarkan dalam kisah Isra’ Mi’raj.
Makam Bathoro Katong mempunyai arsitektur yang menarik sebagai campuran atau hasil akulturasi budaya Hindu-Budha, Jawa, dan Islam. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya sebuah masjid di kompleks makam Bathoro Katong. Selain itu juga terlihat dari segi bangunan makam dengan gaya arsitektur Joglo, bentuk makam menyerupai punden berundak, terdapat ukiran aksara Arab, dan di sekitar makam terdapat sesaji dupa.
Selain itu, hiasan luar makam di Bathoro Katong meliputi dua bentuk ornamen. Bagian atas berisi lambang kebesaran Majapahit yang pada masa itu masih menganut agama Hindu dan Budha, dan bagian bawah merupakan ornamen Islam. Hal ini akibat dari akulturasi budaya, karena masa ini dapat dikatakan sebagai masa peralihan dari Hindu Budha ke Islam di Ponorogo.
Selain itu, arsitektur makam yang menyerupai pendopo yang dalamnya ada makam Bathoro Katong sangat rendah. Hal ini juga memiliki makna filosofis, karena siapa pun yang masuk ke dalam makam harus menundukkan kepala dan makam Bathoro Katong yang ada di dalamnya Sedulur harus menghormati. Objek wisata religi ini terletak di bagian timur pusat kota Ponorogo. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit.
- Lokasi: Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
- Harga tiket masuk: Gratis
- Jam operasional: 24 jam
BACA JUGA: 7+ Fakta Kampung Peneleh, Tempat Bersejarah Kota Pahlawan
3. Sendang Tirto Waluyojati
Sendang Tirto Waluyojati terletak kurang lebih 30 km dari pusat kota Ponorogo, tepat di Desa Klepu. Jika Sedulur ingin mengunjungi tempat ini bisa menuju ke kecamatan Pulung kemudian melalui kecamatan Sooko untuk mencapai Desa Klepu.
Sendang Tirto Waluyojati merupakan salah satu tempat ziarah umat Katolik di Pulau Jawa untuk menghormati Bunda Maria. Tempat ini diresmikan oleh Mgr. A. J. Dibjakarna pada tanggal 27 Mei 1988 dengan nama Sendang Waluyojatiningsih. Ia merupakan uskup Surabaya.
Saat ini tempat religi ini dikenal dengan nama Goa Maria Fatima. Sebagai tempat ziarah dan berdoa, Gua Maria Fatima atau Sendang Tirto Waluyojati dilengkapi dengan area berdoa. Jalur jalan salib yang mengelilingi jalur menuju tempat ziarah ini meliputi Gereja Stasi, Gereja Sakramen Maha Kudus, dan patung Bunda Maria Fatima. Tempat ini juga memiliki hutan pinus dan mata air yang masih asli.
- Lokasi: Desa Klepu, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo
- Harga tiket masuk: Gratis
- Jam operasional: 07.00 – 18.00 WIB
4. Makam Astana Srandil
Makam Astana Srandil terletak di Desa Srandil, Ponorogo. Untuk mencapai lokasi makam ini sangatlah mudah. Makam ini terletak tidak jauh dari jalan utama antara kabupaten Ponorogo dan kecamatan Badegan, sekitar 15 km dari pusat kota Ponorogo.
Komplek pemakaman Astana Srandil terdapat sekitar 60 makam, termasuk makam Raden Mertokusumo, pengikut Pangeran Diponegoro dari Polorejo. Raden Mertokusumo merupakan cikal bakal berdirinya makam Astana Srandil di Ponorogo.
Secara arsitektural, makam Astana Srandil bercirikan gerbang berbentuk candi dan arsitektur kuno khas pasarean bernuansa Jawa, Hindu, dan Islam. Astana Srandil merupakan pemakaman Islam yang tergolong baru dibandingkan pemakaman Islam lainnya di nusantara.
Makam ini dibangun pada abad ke-19. Karakter pemakaman khas Islam Indonesia sangat kental dalam bentuk bangunan Astana Srandil. Hal ini terlihat dari adanya kori agung, atau gapura berpintu dan beratap, sebagai pintu masuk makam dari halaman pertama hingga halaman kedua dan ketiga.
Gapura makam Astana Srandil mempunyai atap berbentuk limasan sebagai bukti pengaruh budaya daerah Ponorogo. Untuk datang ke sini, pastikan Sedulur dalam kondisi fisik yang baik. Karena untuk mencapainya memerlukan usaha lebih karena lokasinya berada di daerah perbukitan dengan jalan terjal sehingga aksesnya tidak mudah.
- Lokasi: Di kaki bukit Gunung Srandil, Jalan Astana, Desa Srandil, Kecamatan Badegan, Ponorogo
- Harga tiket masuk: Gratis
- Jam operasional: 07.00 – 18.00 WIB
5. Makam Kyai Donopuro
Kyai Donopuro merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Ponorogo. Misi tersebut ia jalankan bersama kedua adiknya, Kyai Noyopuro dan Nyai Wongsopuro. Jika ingin ke sini Sedulur bisa datang langsung ke Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Jetis, Desa Tegalsari, Dukuh Setono. Lokasinya berada di sisi barat desa, dekat Sungai Keyang.
Kyai Kyai Donopuro konon meninggalkan “warisan” berupa masjid kecil yang dibangun 423 tahun lalu. Faktanya, masjid tersebut masih digunakan sampai sekarang. Kondisinya juga terawat dengan baik dan masih terus dijaga.
- Lokasi: Dukuh Setono, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo
- Harga tiket masuk: Gratis
- Jam operasional: 24 jam
6. Masjid Agung Ponorogo
Masjid Agung Ponorogo atau Masjid Agung R.M.A.A Tjokronegoro merupakan salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi orang ketika ke Ponorogo. Masjid ini didirikan pada tahun 1858 oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro. Daya tarik masjid ini adalah sembilan kubah kecil berwarna hijau yang melambangkan sembilan wali atau dikenal dengan Wali Songo.
Dulunya pembangunan masjid ini hanya diperuntukkan sebagai musala. Namun kemudian dibangun kembali oleh Adipati Tjokronegoro dengan 16 tiang kayu jati sebagai pilar utama. Konon pembangunannya dilakukan dalam kondisi sakral oleh tukang kayu khusus Kerajaan Solo.
Diketahui, pemugaran Masjid Agung Ponorogo dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama oleh Bupati Soemadi pada tahun 1975 dan kemudian pada tahun 1984 oleh Bupati Soebarkah. Akhirnya dipugar pada tahun 1995 oleh Bupati Markum Singodimedjo.
- Lokasi: Jalan K.H. Hasyim Asy’ari, Sukun, Kauman, Kec. Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
- Harga tiket masuk: Gratis
- Jam operasional: 24 jam
Itulah tadi beberapa destinasi wisata religi Ponorogo yang bisa Sedulur sambangi. Sedulur di sini bisa wisata sejarah hingga agama dan tentunya menambah wawasan kamu.
Oia, apabila Sedulur ingin beribadah dan berwisata religi dalam waktu yang cukup lama. Jangan lupa juga untuk persiapkan perbekalan ringan seperti air mineral. Sedulur bisa membawa Air Minum Pirlo yang dapat memberikan kesegaran dalam setiap aktivitas tanpa perlu khawatir dehidrasi dan kekurangan cairan.
Dengan kemasan yang praktis dan mudah dibawa kemanapun, Pirlo juga menjadi solusi untuk menemani Sedulur bepergian. Belum lagi, harganya yang terjangkau dan tersedia di toko kelontong serta SuperApp.